Konten dari Pengguna

Bumi yang Makin Panas dan Kita yang Tidak Bisa Lagi Masa Bodoh

Waode Nurmuhaemin
Doktor Manajemen Pendidikan , Penulis Artikel dan Buku Pendidikan
16 Oktober 2023 16:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waode Nurmuhaemin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cuaca panas. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Hampir semua wilayah Indonesia dihajar suhu panas tanpa ampun. Di Semarang dan Surabaya suhu pernah mencapai 40 derajat celsius satu bulan belakangan ini. Di Sulawesi tempat saya tinggal, juga termasuk wilayah yang mengalami cuaca yang lebih panas dibanding tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sudah jauh-jauh hari, Sekjen PBB Antonio Gutteres memperingatkan bahwa dunia saat ini bukan lagi dilanda global warming (pemanasan global), namun sudah mengarah ke global boiling atau pendidihan global.
Suhu Bumi memang naik 1,5 celsius setelah era industri. Panas ekstrem kali ini, di samping disebabkan oleh masih masifnya penggunaan bahan bakar fosil sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca, juga diakibatkan oleh fenomena El Nino yang mengakibatkan siklus yang menghangat di sebagian Samudera Pasifik hingga mengubah cuaca di seluruh dunia.
Sekjen PBB juga mendesak negara penyumbang emisi karbon terbesar untuk mengambil tindakan cepat dalam mengurangi emisi karbon tersebut. Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang emisi terbesar yang duduk di urutan kesebelas setelah Korea Selatan di mana posisi teratas ditempati oleh China.
Ilustrasi emisi gas rumah kaca. Foto: Shutter Stock
Sebagai individu yang bukan di tataran pengambil kebijakan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek dari emisi karbon. Pertama, menanam pohon secara berkala walaupun satu pohon dalam enam bulan sehingga ada dua pohon yang bisa kita tanam dalam satu tahun. Pohon-pohon adalah paru-paru dunia yang menyerap polusi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Kita dapat menanam pohon di halaman rumah atau dengan menaruh beberapa tanaman kecil di teras rumah. Pohon dan tanaman lain memiliki kemampuan fotosintesis, akan menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.
Pohon atau tanaman juga memiliki siklus pertukaran atmosfer secara alami. Beberapa golongan tanaman dapat melawan peningkatan karbon dioksida yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia seperti polusi udara, pabrik, tambang, dll.
Yang kedua adalah untuk bisa menjaga lingkungan, dengan memakai plastik secara bijaksana. Pakailah bahan yang bisa didaur ulang, bukan yang sekali pakai. Sebab, plastik juga sangat mencemari lingkungan.
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Upaya lain yang bisa dilakukan adalah, menghemat energi agar PLN tidak memakai banyak bahan bakar fosil. Kita memakai listrik dengan tepat guna dan mematikan lampu serta alat elektronik jika tidak dipakai. Termasuk juga kebiasaan men-charge HP tanpa mencabut charger-nya sehingga terjadi pemborosan.
ADVERTISEMENT
Kalau bisa biasakan untuk bersepeda atau bahkan berjalan kaki ke tempat-tempat yang terjangkau. Penggunaan bensin yang diperoleh dari bahan bakar fosil adalah salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca yang menyebabkan global boiling.
Delapan miliar penduduk Bumi harus bersatu menyelamatkan Bumi. Saat ini, sudah mulai ada tanda-tanda Bumi mengalami kerusakan. Jika Bumi tidak bisa ditinggali, maka manusia akan sangat menderita.
Mengungsi ke Mars juga bukan pilihan. Mars satu-satunya planet yang paling mirip Bumi, dan digadang-gadang oleh beberapa bilyuner dan ilmuwan bisa ditinggali. Namun, ongkos ke sana sangatlah mahal. India saja mendaratkan wahananya ke Bulan pada Agustus lalu, konon menghabiskan Rp 300 triliun lebih. Itupun tidak berawak manusia.
Ilustrasi kawah gunung berapi di Mars. Foto: Limbitech/Shutterstock
Sehingga memang semua sudah tidak bisa lagi masa bodoh terkait masalah ini. Semua harus menyadari bahwa melestarikan Bumi adalah tanggung jawab bersama. Kalau tidak bisa melakukan hal-hal besar, minimal dari lingkungan sekitar kita. Tanam pohon salah satunya, sebelum Bumi betul-betul rusak.
ADVERTISEMENT