Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Apa itu Stoic? Ini Arti dan Cara Menerapkannya dalam Kehidupan
30 Januari 2025 18:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Pengertian dan Istilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa itu stoic? Istilah ini tentu sudah familier bagi masyarakat yang gemar belajar filsafat. Istilah stoic semakin sering dibahas dalam kehidupan sejak terbitnya buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring.
ADVERTISEMENT
Buku tersebut cukup menggemparkan dunia filsafat di Indonesia, sehingga banyak orang yang awalnya awam menjadi tertarik untuk mempelajarinya. Tentunya, cabang ilmu filsafat ini sangat relevan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apa itu Stoic? Ini Artinya
Apa itu stoic? Mengutip buku Filosofi Teras oleh Henry Manampiring ((2018), stoic atau stoisisme merupakan paham filsafat yang berasal dari Yunani Kuno. Filsafat ini dikembangkan oleh Zeno sekitar abad ke-3 SM.
Stoic mengajarkan bahwa ketenangan dan kebahagiaan hidup bisa diraih dengan cara mengendalikan emosi dan menerima takdir. Selain itu, paham ini juga mengajarkan untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan tidak perlu ambil pusing dengan sesuatu yang tidak bisa dikendalikan.
Seorang stoic meyakini bahwa penderitaan terjadi bukan dari peristiwa yang dialami, melainkan dari cara menyikapi peristiwa tersebut. Oleh karena itu, stoisisme mengajarkan pentingnya sikap bijaksana, tabah, dan menerima hal-hal yang berada di luar kendali.
ADVERTISEMENT
Cara Menerapkan Stoisisme dalam Kehidupan Sehari-hari
Stoisisme dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih kehidupan yang damai, tenteram, dan bahagia. Adapun cara menerapkannya yakni sebagai berikut:
1. Menerima Kenyataan
Hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu, stoisisme mengajarkan pentingnya menerima kenyataan dengan bijaksana dan tidak mengeluh pada segala sesuatu yang tidak bisa diubah.
Contohnya, saat kehilangan pekerjaan, seorang stoic akan memilih mencari peluang baru alih-alih mengeluh dan meratapi nasib.
2. Fokus pada Sesuatu yang Bisa Dikendalikan
Tidak semua hal di dalam hidup ini bisa dikontrol oleh diri. Misalnya, seperti cuaca, pendapat orang lain, atau peristiwa tidak terduga. Sementara itu, sesuatu yang bisa dikendalikan yakni sikap dan respons dalam menyikapi situasi tersebut. Cara ini sangat baik untuk menghindarkan diri dari stres.
ADVERTISEMENT
3. Melatih Ketahanan Mental dan Emosi
Seorang stoic tidak akan membiarkan emosi negatif menguasai dirinya. Contoh emosi negatif yaitu, seperti marah, sedih, kecewa, dan lainnya. Ketika menghadapi masalah, cobalah untuk tetap berpikir jernih, tenang, dan mengambil keputusan secara rasional.
4. Memperbanyak Rasa Syukur
Rasa syukur merupakan cara untuk menghargai segala situasi yang terjadi dalam hidup tanpa bergantung dengan faktor eksternal. Dibanding fokus pada sesuatu yang tidak sempurna, sebaiknya mencoba menghargai hal-hal kecil yang telah dimiliki. Contohnya, seperti keluarga, kesehatan, atau karier, dan lain-lain.
Penjelasan tentang apa itu stoic dapat dijadikan renungan. Dengan menerapkan stoisisme, hidup akan lebih tenang dan jauh dari pikiran atau emosi negatif. (DLA)