Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Memahami Arti dari Menang jadi Arang Kalah jadi Abu
27 Juli 2023 14:13 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Pengertian dan Istilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut KBBI, pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua (biasanya dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara).
Salah satu contoh pepatah adalah menang jadi arang kalah jadi abu. Lantas, apa arti dari menang jadi arang kalah jadi abu? Berikut penjelasannya!
Apa Arti dari Menang jadi Arang Kalah jadi Abu?
"Menang jadi arang, kalah jadi abu" adalah sebuah pepatah atau peribahasa dalam bahasa Indonesia yang mengandung makna filosofis.
Pepatah ini menyiratkan bahwa dalam hidup, seseorang bisa mengalami kesuksesan dan kemenangan (menang) di satu waktu, namun juga bisa mengalami kegagalan dan kekalahan (kalah) di waktu lain.
Makna pepatah ini adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, pepatah ini menunjukkan bahwa dalam hidup, ada pasang surut dan perubahan yang tidak terhindarkan. Kemenangan dan kekalahan adalah bagian alami dari perjalanan hidup kita.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap rendah hati dan bijaksana dalam merespons baik kemenangan maupun kegagalan. Kita harus belajar dari pengalaman kita, terus berusaha untuk lebih baik, dan tidak cepat menyerah di hadapan kesulitan atau kegagalan.
Memahami Arti Pepatah Lain
Selain "Menang jadi arang, kalah jadi abu", ada beberapa pepatah lain yang biasa digunakan, yaitu:
1. "Tak kenal maka tak sayang."
Artinya, ketika seseorang tidak mengenal atau tidak akrab dengan sesuatu atau seseorang, maka ia tidak akan memiliki rasa kasih terhadapnya. Pepatah ini mengajarkan pentingnya mengenal lebih dekat sebelum merasa tertarik atau mencintai sesuatu atau seseorang.
ADVERTISEMENT
2. "Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga."
Pepatah ini menyiratkan bahwa walaupun seseorang sangat pandai atau lihai dalam melakukan sesuatu, jika tidak berhati-hati atau tidak memperhitungkan risiko, akhirnya dia akan menghadapi konsekuensi buruk atau kegagalan.
4. "Air beriak tanda tak dalam, orang bercerita tanda tak berilmu."
Pepatah ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu gegabah atau hanya mengandalkan penampilan luar tanpa melihat pada substansi yang lebih dalam.
Sama halnya dengan mendengarkan orang yang berbicara, kita harus melihat pada pengetahuan dan kebijaksanaan mereka, bukan sekadar penampilan mereka.
5. "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung."
Pepatah ini mengajarkan pentingnya menghargai dan menghormati budaya, tradisi, dan norma yang berlaku di tempat yang kita kunjungi atau tempati. Kita harus mengikuti adat dan norma setempat sebagai tanda penghormatan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
6. "Tak ada gading yang tak retak."
Pepatah ini menyiratkan bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini. Setiap hal, apapun yang tampak sempurna, pasti memiliki cacat atau kelemahan.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengajarkan kita untuk menerima kenyataan bahwa semua orang dan segala sesuatu memiliki kelemahan dan perlu dihargai apa adanya.
Pepatah-pepatah di atas mengandung nilai-nilai bijaksana dan pengalaman hidup yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan memahami dan menerapkan makna pepatah-pepatah ini, kita dapat menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
(SAI)