Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
20 Puisi tentang Sekolah SMA yang Penuh Kenangan
14 April 2025 17:45 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Pengetahuan Umum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Masa SMA memiliki tempat spesial di hati banyak orang. Di sanalah tawa, tangis, cinta pertama, dan perjuangan meraih cita-cita berpadu menjadi satu. Tak heran, banyak orang mengenang masa putih abu-abu lewat ingatan atau tulisan puisi.
ADVERTISEMENT
Puisi tentang masa SMA bisa menjadi cara paling manis untuk mengenang bangku kelas, guru yang menginspirasi, hingga teman-teman yang dulu terasa seperti keluarga kedua.
Artikel ini akan menjabarkan berbagai puisi pendek tentang sekolah SMA yang penuh makna. Sajak ini juga cocok bagi siapa pun yang tengah ingin bernostalgia atau sekadar menyampaikan rasa rindu lewat kata-kata.
Kumpulan Puisi tentang Sekolah SMA
Berikut kumpulan puisi tentang sekolah SMA yang ditulis dengan bahasa sehari-hari dan suasana yang menyentuh hati.
1. Seragam Putih Abu-Abu
Putih abu-abu tak sekadar kain,
Ia menyimpan tawa dan angan yang lain.
Menari di lorong dengan langkah ringan,
Meski tugas menumpuk tak jadi beban.
Pagi yang sibuk tak menghapus semangat,
Karena hati dipenuhi hangatnya sahabat.
ADVERTISEMENT
Seragam ini saksi masa muda bersinar,
Yang kini tinggal dalam ingatan yang benar.
2. Di Sudut Kelas
Di sudut kelas tempatku duduk,
Banyak cerita yang terpatri cukup.
Bukan hanya pelajaran yang kuingat,
Tapi tatap mata dan senyum yang hangat.
Coretan meja menjadi kisah diam,
Tempat curhat di kala hati tenggelam.
Sudut kecil dengan sejuta makna,
Tempat remaja belajar tentang dunia.
3. Pulang Sekolah
Langit sore mulai berwarna jingga,
Langkah kaki menyusuri jalan biasa.
Tawa riang di sepanjang trotoar,
Membuat lelah seolah menguap benar.
Tas di punggung tak terasa berat,
Meski isi penuh catatan yang padat.
Karena hati sudah diliputi bahagia,
Pulang bersama adalah hal luar biasa.
4. Ulangan Harian
Papan tulis penuh angka dan soal,
Pikiran pun menari, kadang tak masuk akal.
ADVERTISEMENT
Ketegangan menyelimuti ruang kelas,
Namun senyum muncul saat lembar dikumpul tuntas.
Pensil patah, keringat mengalir,
Tapi semangat tak pernah memudar.
Walau nilai belum tentu sempurna,
Kami tetap bangga telah mencoba.
5. Di Bawah Pohon
Pohon tua di tengah halaman,
Jadi tempat rehat saat pelajaran.
Berteduh sambil mengobrol ringan,
Kadang juga tempat diam-diam makan.
Daunnya gugur bagaikan waktu,
Meninggalkan jejak kenangan yang syahdu.
Di bawahnya, persahabatan tumbuh tenang,
Tanpa perlu banyak alasan untuk senang.
6. Jam Istirahat
Bel berbunyi, kaki pun melompat,
Menuju kantin dengan langkah cepat.
Aroma gorengan jadi rebutan,
Obrolan ringan jadi hiburan.
Waktu sempit tapi penuh warna,
Tak peduli jajan atau cuma cerita.
Tertawa lepas bersama kawan,
Jam istirahat jadi penawar beban.
7. Kenangan di Perpustakaan
Rak-rak tinggi penuh cerita,
ADVERTISEMENT
Kami cari lebih dari sekadar kata.
Kadang diam, kadang curi pandang,
Antara buku dan rasa yang berkembang.
Tempat sunyi tapi hati ramai,
Ada debar yang sulit diredam damai.
Bukan hanya ilmu yang kami temui,
Tapi cinta yang tumbuh diam-diam di sini.
8. Pagi di Sekolah
Gerbang sekolah mulai terbuka,
Langkah kaki cepat bergegas ria.
Tak ingin terlambat apalagi dihukum,
Jadilah pagi penuh bisik dan gumam.
Doa pagi mengalun lembut di udara,
Semangat pun tumbuh di tiap dada.
Senyum guru menyapa di lorong,
Hari dimulai dengan hati kosong.
9. Guru Favorit
Tatap matanya tegas dan jujur,
Tapi di dalamnya kasih tak hancur.
Suaranya keras namun menyemangati,
Tak hanya mengajar, juga mengerti.
Setiap nasihat tersimpan rapi,
Menjadi bekal sepanjang hari.
ADVERTISEMENT
Bukan sekadar ilmu yang diberi,
Tapi teladan yang selalu kami syukuri.
10. Persahabatan
Bukan tentang siapa paling hebat,
Tapi siapa yang tetap dekat saat sulit berat.
Bukan hanya tawa yang dibagi,
Air mata pun tak pernah sendiri.
Persahabatan ini tumbuh alami,
Lewat waktu, cerita, dan emosi.
Tak butuh janji untuk bertahan,
Karena hati kami sudah saling paham.
11. Upacara Bendera
Langit biru, derap kaki serempak,
Lagu kebangsaan menggema tegak.
Kami berdiri penuh rasa bangga,
Menjadi bagian dari cerita negara.
Panas matahari tak menggoyahkan,
Karena cinta tanah air terus menanjak.
Setiap upacara jadi pengingat,
Bahwa hormat bukan sekadar gerak.
12. Sore di Lapangan
Sepatu kotor oleh tanah basah,
Tapi tawa tetap meriah tanpa lelah.
Bola meluncur tanpa henti,
Di lapangan kami bebas menari.
ADVERTISEMENT
Peluh jadi teman sejati,
Tak mengapa asal hati happy.
Sore di sekolah selalu berarti,
Saat dunia terasa hanya kami.
13. Cinta Diam-diam
Dia duduk tiga bangku ke depan,
Tapi jantungku berdebar diam-diam.
Setiap geraknya jadi puisi,
Yang hanya kubaca dalam hati.
Tak pernah berani sapa langsung,
Hanya senyum yang sembunyi di ujung.
Cinta di SMA memang aneh,
Tak sempat jadi nyata, tapi lekat melekat.
14. Kenangan MOS
Pita warna dan topi kertas,
Langkah kikuk di lapangan luas.
Teriakan kakak kelas tak menakutkan,
Justru jadi awal persahabatan.
Malu-malu tapi penuh canda,
Segan tapi akhirnya terbiasa.
Hari-hari MOS yang melelahkan,
Kini jadi cerita yang dirindukan.
15. Buku Tahunan
Foto-foto dengan gaya beragam,
Tersenyum meski agak malu dalam.
Tulisan tangan penuh harapan,
ADVERTISEMENT
Semoga nanti tetap berteman.
Buku itu kini penuh debu,
Tapi isinya selalu merindu.
Membacanya bagaikan mesin waktu,
Mengantar hati pulang ke masa lalu.
16. Malam Perpisahan
Lampu temaram, suasana haru,
Semua berdiri dalam satu ruang syahdu.
Tangis pecah dalam pelukan erat,
Perpisahan datang begitu cepat.
Tak hanya berpisah dari teman,
Tapi dari rutinitas yang menghangatkan.
Malam itu bukan sekadar akhir,
Tapi awal cerita yang baru lahir.
17. Satu Meja Berdua
Duduk berdua di satu bangku,
Membagi penghapus hingga buku.
Tak banyak kata, tapi penuh rasa,
Yang tumbuh pelan tanpa dipaksa.
Kadang berbagi soal ulangan,
Kadang hanya senyum dan pandangan.
Meja itu jadi tempat cerita,
Tentang cinta kecil penuh makna.
18. Kelas Favorit
Kipas angin tua berderit pelan,
Tapi kelas ini selalu jadi andalan.
ADVERTISEMENT
Bukan karena meja yang bagus,
Tapi karena hati yang menyatu terus.
Di sini tawa selalu pecah,
Bahkan saat guru mulai marah.
Kelas ini tempat nyaman sekali,
Bagai rumah kedua yang sejati.
19. Jam Kosong
Guru tak datang, kelas pun bersorak,
Waktu kosong jadi emas tak terjelak.
Ada yang tidur, ada yang curhat,
Ada pula yang iseng bikin lelucon hangat.
Papan tulis berubah jadi coretan,
Isi hatipun kadang ikut diluapkan.
Meski tak belajar seperti biasa,
Tapi justru momen itu yang terasa.
20. Lulus Sekolah
Toga hitam menutupi duka,
Karena kami tahu ini saatnya berpisah.
Sekolah selesai, cerita baru dimulai,
Tapi kenangan ini tak akan usai.
SMA adalah masa emas,
Penuh tawa, air mata, dan semangat yang ikhlas.
ADVERTISEMENT
Kini kami melangkah ke arah berbeda,
Namun hati tetap tinggal di sana.
Baca Juga: 50 Pantun Ubur-Ubur Ikan Lele yang Jenaka
(SA)