Akibat Pesugihan Bapaknya, Anak Berubah Jadi Pocong Saat Mendaki Gunung Salak

Konten dari Pengguna
26 Mei 2020 18:33 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Salak. Foto: wikipedia
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Salak. Foto: wikipedia
ADVERTISEMENT
Hidup di Jakarta, keluarga Pak Dhandi tak pernah punya masalah soal uang. Telah sejak beberapa tahun belakangan, Pak Dhandi menjadi direktur utama sebuah perusahaan tambang dalam negeri yang cukup besar. Ia dan keluarga, melihat segala hal yang mereka punyai, layak disebut kaya raya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ia dan istrinya hidup penuh kesepian. Ririn, anak satu-satunya Pak Dhandi, sudah beranjak dewasa dan mulai kerap meninggalkan rumah. Karena kesibukan orang tuanya pula, Ririn menjadi anak perempuan yang jauh dari ibu-bapaknya. Kebutuhan-kebutuhannya amat tercukupi, namun kedekatan emosionalnya begitu kurang.
Suatu hari, lantaran lelah dengan kegiatan perkuliahan, Ririn memutuskan mendaki Gunung Salak di Sukabumi, bersama teman-temannya. Ia berangkat dengan lima orang lain. Lantaran saat itu sedang musih penghujan, salah satu temannya mengimbau Ririn untuk tak lupa membawa mantel, guna berjaga-jaga.
Menuruti apa kata temannya, dibawalah sebuah mantel yang tergeletak di ruang tamu rumah, sesaat sebelum Ririn berangkat ke tempat perkumpulannya dengan teman-teman di Stasiun Senen. Belakangan, ia baru tahu kalau mantel itu ialah milik bapaknya.
ADVERTISEMENT
Singkat kata, sesaat setelah semua orang berkumpul, Ririn dan kelima temannya lantas menuju kaki Gunung Salak. Mereka memulai pendakian pada pukul lima sore.
Sekitar empat hingga lima jam pendakian, mereka hampir sampai di pos tempat mereka akan menginap, namun hujan tiba-tiba jatuh begitu derasnya.
Lantara kedinginan, Ririn dan teman-temannya lantas mengeluarkan mantel masing-masing dari tas, memakainya. Semuanya berjalan lancar dan tak ada keanehan sama sekali, sebelum Ririn mulai menggunakan mantel bapaknya yang ia bawa.
Sesaat setelah Ririn menggunakan mantel itu, teman-temannya mendapati wajah Ririn berubah. Berangsur-angsur, mantel abu-abu yang Ririn pakai itu berubah warna menjadi putih kotor, mirip dengan kain kafan yang telah tua. Teman-temannya yang melihat kejadian itu dengan mata kepala mereka sendiri (dua di antara mereka perempuan), menjerit-jerit dan hampir pingsan.
sumber: Youtube
Ketika mantel tersebut melekat di tubuh Ririn, tubuh Ririn lalu terlihat seperti mayat hidup. Kaki dan wajahnya putih dan hampir membusuk, dan bau dengan mayat yang telah dikubur lama menyebar ke mana-mana. Di sisi lain, Ririn sendiri tak paham apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Ia hanya menjerit-jerit dan menangis, meminta teman-temannya melepaskan mantel itu. Sementara teman-teman Ririn melihat Ririn sebagai pocong.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, teman-temannya tak bisa melakukan apapun. Mereka hanya bisa melongok keheranan, bercampur rasa takut, tak tahu apa yang harus dilakukan. Semakin mereka hendak melepaskan mantel itu dari tubuh Ririn, tubuh mereka akan terpental dengan sendirinya, karena menyentuh mantel itu rasanya panas sekali.
Melewati waktu berjam-jam dengan penuh kecemasan dan rasa takut, tiba-tiba handphone yang ada di tas Ririn berbunyi. Saat itu, Ririn masih berteriak-teriak meminta tolong.
Salah seorang teman Ririn yang cukup berani lantas mencari handphone itu. Dengan tangan gemetar, ia lantas mengangkatnya.
“Halo, ini siapa?”
“Ini teman Ririn? Saya bapaknya.”
“Iya, saya temannya, Om.”
“Tolong bilang ke Ririn, jangan sampai ia memakai mantel itu!” Kata bapak Ririn di seberang telepon.
ADVERTISEMENT
Mendengar kalimat terakhir itu, kelima teman Ririn langsung kaget setengah mati. Mereka menduga-duga apa yang terjadi, mengingat pesan bapak Ririn kepada mereka ialah sesuatu yang sangat spesifik dan cenderung aneh.
Sampai pada satu titik, ada seorang teman laki-laki Ririn yang sebelumnya tak mengucap sepatah kata pun, tiba-tiba menyeletuk.
“Tolong kalian ikuti aku.” Katanya.
Sesaat setelah mengatakan itu, ia lantas merapalkan beberapa mantra dalam bahasa yang asing. Teman-temannya yang ada di situ mengikutinya. Setelah rapalan mantra itu berakhir, mereka semua mendapati Ririn jatuh pingsan, dengan mantel yang sudah lepas dari tubuhnya, telanjang.
Sesaat setelah mereka memakaikan Ririn baju dan membawanya ke tempat yang aman, salah seorang temannya menanyai Ririn soal apa yang ia rasakan.
ADVERTISEMENT
Menjawab pertanyaan temannya, Ririn malah bingung. Ia tak ingat sama sekali pada apa yang baru saja terjadi. Sementara tiba-tiba, handphone Ririn bergetar lagi. Seorang yang berada jauh dari tempat itu menanyakan keadaannya, berharap ia tak apa-apa: orang itulah yang tega membuat anaknya jatuh sebagai tumbal pesugihannya sendiri, Pak Dhandi.
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.