Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Di balik wajahnya yang sangat murah senyum, Ari Aster merupakan salah satu sutradara film horor yang karyanya dinanti-nanti belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Lewat Hereditary dan Midsommar, ia memberikan film horor yang tidak biasa dengan pendekatan yang surrealis, brutal, dan dark humor yang ekstrim.
Lahir pada tahun 1986, Ari Aster mendapat pengaruh lewat film yang sering ia tonton bukan merupakan film-film biasa, melainkan film-film yang kejam dan emotionally disturbed.
Sejauh ini, Ari Aster masih berfokus pada film horor karena itu merupakan genre kesukaannya. Menurutnya, lewat genre horor ia bisa menyampaikan cerita yang tidak umum, suram, dan berani melewati batasan-batasan yang ada. Sebagai contoh, seperti trauma keluarga yang dibawa lewat film Hereditary.
Berikut 5 film horor pilihan Ari Aster yang patut kalian tonton:
Kwaidan (1964)
"Ada banyak film horor Jepang yang menurut saya pantas dimasukan, mulai dari Onibaba, Ugetsu hingga The Face of Another Cure. Tapi, horor antologi karya Masaki Kobayashi ini mungkin film horor terindah yang pernah ada. Diadaptasi dari cerita hantu Ladcadio Hearn, Kwaidan sungguh anggun dan mampu membuat saya hanyut ke dalamnya."
ADVERTISEMENT
Possesion (1981)
"Salah satu film terbaik tentang perceraian dan penderitaan dari kisah asmara yang bubar jalan. Sebuah horror-thriller yang melawan keterkekangan, kemapanan, serta logika. Kisahnya benar-benar radikal, emosional, dan keras kepala."
The Night of The Hunter (1955)
"Tidak banyak film yang dibuat oleh sutradara Charles Laughton. Karya-karyanya dianggap terlalu berani dan porno pada zamannya sehingga ia dilarang membuat film. Mendahului sutradara-sutradara dengan gaya serupa — mulai dari David Lynch, Coen, Kubrick hingga Greenaway — maha karya ekpresionis karya Laughton ini begitu gila sampai saya ingin mencabut tangan saya sendiri."
Don't Look Now (1973)
"Bisa dikatakan karya terbaik dari sutradara Nicolas Roeg. Film ini berbicara tentang kesedihan, waktu, memori, serta maut yang tidak bisa dihindari. Terinspirasi karya Alan Resnais, ini adalah film yang semakin sering ditonton akan menjadi semakin bagus tanpa lupa menghentakmu."
ADVERTISEMENT
Carrie (1976)
"Film yang meneror saya ketika masih kecil. Butuh 15 tahun bagi saya untuk berani menontonnya lagi. Lucunya, ketika saya sudah berani menontonnya lagi, saya baru sadar betapa konyolnya film ini untuk standar sutradara Brian de Palma. Walau begitu, kekejaman film ini tak lekang dimakan waktu, begitu pula visualisasinya yang menyeramkan. Di sisi lain, film ini sarat akan kisah kesedihan dan empati. Saya merasa kasihan dengan Carrie."