Apa yang Membuat 'Parasite' Bisa Menang Oscar?

Konten Media Partner
10 Februari 2020 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain film Parasite saat menerima penghargaan Film Terbaik di Oscars 2020. (Foto: REUTERS/Mario Anzuoni)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain film Parasite saat menerima penghargaan Film Terbaik di Oscars 2020. (Foto: REUTERS/Mario Anzuoni)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Apa kira-kira yang dapat membuat Parasite bisa menang Oscar 2020 dan menjadikannya film non-Hollywood pertama yang menang Best Picture.
ADVERTISEMENT
Bong Joon Ho dengan film Parasite-nya menjadi juara di Academy Awards 2020 atau Oscar 2020. Ia tidak hanya memenangkan satu, tetapi empat penghargaan.
Keempat kategori yang ia menangkan meliputi Best Original Screenplay, Best International Film, Best Director, dan Best Picture. Saking banyaknya kategori yang ia menangkan, Bong Joon Ho sampai kehabisan kata-kata tiap kali harus memberikan speech di panggung Oscar 2020.
Prestasi Parasite tak ayal membuat berbagai penonton dan kritikus menyebutnya sebagaimana kemenangan besar industri film Asia. Bagaimana tidak, Parasite adalah film Asia pertama yang berhasil memperoleh Best International Film (sebelumnya Best Foreign Film) dan Best Picture sekaligus. Sekadar dinominasikan sudah lumayan sering, tetapi memenangi kategori tertinggi adalah pencapaian yang dinanti nanti sejak Crouching Tiger Hidden Dragon karya Ang Lee masuk nominasi Best Picture pada Oscar 2001. Bayangkan, nyaris dua dekade.
ADVERTISEMENT
Parasite, tanpa perlu dibahas panjang lebar, memang memiliki kualitas untuk bisa memenangi Oscar. Walau penggambarannya tentang jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin di Korea Selatan tidak sepenuhnya akurat, Parasite berhasil menunjukkan betapa dalam dan lebarnya jurang pemisah tersebut. Parasite ingin menunjukkan bahwa tak semudah itu mengubah status quo, meski dengan rencana yang sudah digodok sematang mungkin.
Terlalu banyaknya yang berjuang untuk mencapai ke puncak rantai ekonomi membuat perlombaan ke sana sangat kotor. Kecurangan, kekerasan, dan tipu daya mewarna upaya ke sana. Sayangnya, begitu tujuan akhir sudah begitu dekat, yang kaya di atas sana belum tentu mau menerima yang miskin sepenuhnya. Malah, mereka bisa saja makin memperkuat status quo yang ada. Itulah inti kisah keluarga Kim (si miskin) dan keluarga Park (si kaya) yang membantu Parasite untuk memenangkan banyak Oscar hari ini.
ADVERTISEMENT
Seperti yang barusan dikatakan, kisah yang berkualitas "membantu" Parasite untuk memenangi empat Oscar. Dengan kata lain, bermodal cerita bagus saja, Parasite tidak akan mampu menjadi yang teratas di Oscar 2020. Ada banyak faktor yang membuat Parasite bisa menang atau minimal benar-benar menembus Oscar, tidak seperti sutradara lokal 'Kamu-tahu-siapa' itu. Dan, faktor-faktor itu bisa diterapkan pemerintah, rumah produksi, ataupun distributor Indonesia ke depannya.

Parasite Dipromosikan dengan Baik

Bong Joon-ho menangkan penghargaan Palme d'Or lewat filmnya berjudul "Parasite" (Foto: REUTERS/Stephane Mahe)
Sebagus-bagusnya sebuah film, tetaplah harus dipromosikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tak terkecuali di ajang penghargaan. Parasite adalah contoh film yang dipromosikan dengan baik.
Neon, distributor Indie untuk Parasite di kawasan Amerika Utara, mempromosikan film Bong Joon Ho dengan apik. Ketika Parasite memenangkan Palm d'Or di Cannes, Neon sadar bahwa mereka memegang telur emas. Alhasil, tak lama setelah kemenangan Parasite di Cannes, Neon langsung menyusun strategi untuk memasarkan Parasite kepada penonton, kritikus, dan juri-juri ajang penghargaan
ADVERTISEMENT
Strategi pertama Neon adalah memastikan penonton sepenasaran mungkin dengan Parasite. Dengan kata lain, memastikan tidak ada satupun detil cerita penting Parasite bocor ke penonton. Hal yang mereka lakukan adalah membuat trailer dan materi promosi dengan hanya menggunakan footage dari separuh pertama film. Dengan begitu, ketika Parasite dipasarkan, kesan yang tertangkap adalah film komedi dengan sedikit sentuhan satir dan thriller. Chief marketer Neon, Christian Parkes, mengaku terinspirasi Alfred Hitchcock yang gemar menebar misteri dalam mempromosikan filmnya.
Strategi kedua, begitu perhatian penonton didapatkan, adalah memastikan Parasite konsisten mendapatkan jam tayang secara terus-menerus, berapapun dan kapanpun itu, hingga memasuki musim penghargaan atau award season. Neon sadar betul bahwa butuh waktu bagi penonton-penonton awam menyadari kualitas Parasite sehingga yang dibutuhkan bukanlah marketing habis-habisan, tetapi marketing yang disiplin dan telaten. Dengan begitu, ketika award season mencapai puncaknya, Parasite sudah memiliki fanbase besar untuk menarik perhatian panitia dan juri ajang-ajang penghargaan.
ADVERTISEMENT
"Untuk film ini, marketing bukan soal (pendapatan) pekan pertama, tetapi pekan lima, pekan lima belas, pekan dua puluh, dan seterusnya," ujar Parkes. Parkes menambahkan bahwa kekuatan pendukung akar rumput dari Bong Joon Ho juga sangat membantunya, apalagi ia juga aktif mempromosikan Parasite dengan mendatangi berbagai event dan interview untuk meningkatkan awareness terhadap dirinya serta film-filmnya.
Strategi marketing telaten ala Neon terbukti berhasil. Perlahan tapi pasti, fanbase Parasite terus membesar sejak kemenangannya di Cannes pada bulan Mei. Sedikit demi sedikit jam tayangnya bertambah dan bertahan hingga award season yang biasa berlangsung di kuartal keempat. Alhasil, ketika film-film pesaingnya di Oscar baru masuk pasar, Parasite sudah cukup kuat untuk bersaing. Pencapaiannya Box Office-nya juga tidak buruk, Parasite berhasil mengumpulkan 35 juta Dollar AS (Rp 479 miliar) di Amerika. Angka itu lebih tinggi dibanding Jojo Rabbit.
ADVERTISEMENT
Box Office memang bukan kunci untuk masuk dalam ajang penghargaan. Tetapi, perlu diingat bahwa Parasite adalah film Korea. Ketika film Korea bisa bersaing melawan film-film Hollywood di kandang mereka, hal itu membuat Parasite sulit dikesampingkan oleh juri ajang penghargaan manapun.

Parasite Adalah Kesempatan Membuat Sejarah

Sedikit mengutip pernyataan sutradara Garin Nugroho soal Academy Awards, ia menyebut ajang penghargaan tersebut sebagai kesempatan Hollywood untuk melihat "arsitektur industri film di sana (di luar Amerika)". Melihat kemenangan Parasite, apa yang dikatakan beliau ada benarnya.
Satu hal yang selama ini selalu menjadi masalah Oscar adalah minimnya diversitas. Oscar sudah lama terpaku formula yang sama sehingga sejak dulu relatif mudah untuk menebak siapa yang memenangi Oscar. Umumnya, juri-juri Oscar sangat menggemari film yang mengangkat isu SARA, tentang perang (atau anti-perang), serta disabilitas. Itulah kenapa banyak yang menebak 1917 yang akan memenangkan Oscar tahun ini setelah melihat Green Book memenangi kategori Best Picture tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Kunonya Oscar selalu menjadi kritikan tiap tahun dan semakin memuncak ketika film yang menonjolkan diversity seperti Roma dan Black Panther tidak memenangkan kategori prestisius tahun lalu. Jika dibiarkan, kelas Oscar bisa dipertanyakan dan terus dihajar oleh pejuang sosial.
Kualitas Parasite terlalu sulit untuk dikesampingkan. Ia tidak hanya menang di Cannes, tetapi juga memiliki fanbase yang kuat. Jika Oscar ingin mendobrak tradisi kunonya, Parasite adalah salah satu film terbaik untuk melakukannya. Untungnya, Oscar benar-benar melakukannya dan penantian panjang selama hampir dua dekade pun terbayarkan.
Tentu masih ada banyak alasan lain yang membuat Parasite sebagai pemenang Oscar tahun ini di luar kualitas sinematiknya. Dukungan pemerintah Korea Selatan tidak bisa dilupakan. Mereka punya andil dalam mengembangkan industri film Korea hingga sebesar sekarang, hingga berhasil menembus dinding bahasa di Hollywood. Semuanya bermula ketika mereka menerapkan kebijakan kuota film yang pada intinya mengutamakan film Korea di atas film Hollywood. Namun, itu akan menjadi pembahasan kita di lain waktu.
ADVERTISEMENT