Classic Review: Pet Sematary (1989)

Konten Media Partner
2 April 2019 10:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cover DVD dari Pet Sematary (1989) (Sumber: Amazon)
zoom-in-whitePerbesar
Cover DVD dari Pet Sematary (1989) (Sumber: Amazon)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Tidak semua karya Stephen King sukses diadaptasi dengan baik, salah satunya adalah Pet Sematary (1989) ini. Memiliki premis yang menjanjikan, namun dieksekusi dengan tidak baik membuat film terlalu disia-siakan.
ADVERTISEMENT
Untungnya, Pet Sematary akan di-remake dan tayang pada 3 April nanti. Walaupun begitu, Play Stop Rewatch tetap mencoba menonton versi klasiknya untuk dapat bisa dibandingkan dengan versi remake.
Tidak memiliki premis plot yang jauh berbeda dengan novelnya di mana Louis Creed dan keluarganya pindah ke daerah yang cukup terpencil di Maine. Kemudian, diketahui oleh Creed bahwa di belakang rumahnya ada sebuah kuburan yang bisa membangkitkan sesuatu dari kematian.
Gage versi zombie (Sumber: IMDb)
Benar saja, putra bungsunya meninggal ditabrak truk dan Creed mencoba membangkitkannya. Selayaknya film horor pada umumnya, pastinya anaknya yang bangkit itu tidak akan sama seperti ketika ia masih hidup. Berharap bisa menimbulkan kengerian seperti Chucky, nampaknya ekspetasi itu terlalu tinggi.
Film berdurasi sekitar 90 menit ini menghabiskan 70 menit hanya untuk menceritakan drama keluarga dicampur bumbu horor yang tidak menyeramkan sama sekali. Ketika memasuki 20 menit terakhir di mana klimaks dari film ini dimulai, daripada dibuat tegang, kita malah disuguhkan kebodohan demi kebodohan dari setiap karakter di film ini.
ADVERTISEMENT
Konsep zombie balita merupakan hal yang menarik dalam film ini, tapi ketika melihat Gage menjadi zombie, kita tidak akan merasa takut sama sekali. Motivasi dari Creed juga amat sangat bodoh di mana ia ingin membangkitkan anaknya hanya untuk dimatikan kembali.
Halusinasi Rachel melihat saudarinya (SUmber: IMDb)
Sub-plot dari Rachel mengenai saudarinya sebenarnya menyeramkan namun tidak terlalu begitu penting dalam film ini. Sutradaranya seperti bingung bagaimana cara menghabiskan durasi tanpa harus terlihat menggunakan plot device yang terang-terangan.
Wajar sekali jika Stephen King tidak terlalu suka dengan hasil film ini. Mudah-mudahan, versi remake-nya bisa membayar lunas atas kegagalan film klasiknya. Play Stop Rewatch akan menonton Premiere Screening Pet Sematary versi remake-nya pada malam ini. Tunggu review-nya di kanal youtube Play Stop Rewatch.
ADVERTISEMENT
Penulis: Andri