Konten Media Partner

Daft Punk Berakhir Dengan Ledakan

23 Februari 2021 18:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daft Punk. Foto: Instagram @daftpunk
zoom-in-whitePerbesar
Daft Punk. Foto: Instagram @daftpunk
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch - Penggemar musik techno-electronic dikejutkan oleh kabar bubarnya duo elektronik asal Prancis, Daft Punk. Berita tersebut langsung menjadi perbincangan di berbagai media internasional maupun nasional.
ADVERTISEMENT
Di media sosial seperti Twitter, kabar bubarnya Daft Punk pun menjadi trending topic. Berbagai cuitan warga net yang mengungkapkan perasaannya terhadap Daft Punk pun ramai beredar. Ada yang mengenang masa-masa remajanya ketika ditemani oleh playlist Daft Punk, ada juga yang terang-terangan mengungkapkan rasa kecewanya atas bubarnya duo robot pemandu lantai dansa ini.
Daft Punk sendiri mengumumkan perpisahannya dengan cara yang bisa dibilang tidak biasa. Duo elektronik tersebut secara resmi mengumumkan perpisahannya dengan mengunggah sebuah video berdurasi 7 menit 58 detik dengan tajuk ‘Epilogue’ di kanal YouTube pribadinya pada hari Senin (22/2).
Lewat video tersebut, dua personil Daft Punk, Thomas Bangalter dan Guy-Manuel de Homem-Christo, tampak berjalan di sebuah gurun sembari mengenakan pakaian robot khasnya. Pada satu titik, mereka pun berhenti berjalan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, sebuah detonator diaktifkan pada salah satu badan personil dengan kostum robot berwarna silver, Thomas Bangalter. Bangalter kemudian berjalan menjauh hingga timer pada detonator berhenti di angkal nol. Saat itu juga ia meledak dan hancur berkeping-keping, meninggalkan sebuah tulisan dengan keterangan ‘1993-2021’.
Klip yang mengumumkan perpisahan mereka ternyata adalah gabungan dari kutipan film Electroma. Video perpisahan itu kemudian ditutup dengan adegan Guy-Manuel de Homem-Christo yang berjalan menuju matahari terbenam, dan diiringi oleh musik Touch termasuk pula refrain dengan paduan suara.
Kabar dari bubarnya duo elektronik kenamaan Prancis ini juga telah dikonfirmasi oleh Kathryn Frazier, selaku pihak manajemen Daft Punk. Namun, pihak manajemen masih enggan menyebut alasan sebenarnya di balik bubarnya grup Daft Punk ini.
ADVERTISEMENT
Sepak terjang Daft Punk dalam industri musik sepertinya tak perlu dipertanyakan lagi. Daft Punk telah meraih banyak penghargaan sebagai duo musik elektronik. Lagu-lagunya pun sempat bertengger di posisi teratas tangga musik internasional.
Dikutip dari New York Times, selama proses kariernya, Daft Punk telah memenangkan 6 Grammy Awards dan merilis banyak single hits seperti One More Time, Get Luck, dan Harder, Better, Faster, Stronger.
Pencapaian trerbesar mereka peroleh di Grammy 2014. Di acara itu, Daft Punk memborong empat gelar sekaligus. Empat kategori yang diborong Daft Punk adalah Album of the Year, Best Dance/Electronic Album, Record of the Year, dan Best Pop Duo/Group Performance. Hal tersebut tak ayal menjadi sorotan publik, pasalnya Daft Punk adalah musisi elektronik pertama yang memenangkan penghargaan tertinggi di Grammy Awards.
ADVERTISEMENT

Darlin Sebelum Daft Punk

Daft Punk Foto: Daft Punk/Facebook
Fakta menarik lainnya tentang grup ini adalah awal karir mereka sebelum Daft Punk yang kita kenal benar-benar “terbentuk”. Meski dikenal dengan nama besar di kancah musik elektronik, Daft Punk bermula dari akar genre indie rock.
Pada tahun 1987, Thomas Bangalter dan Guy-Manuel de Homem-Christo bertemu di salah satu sekolah menengah di Paris. Bersama satu personil lain yang bernama Laurent Bancoritz, mereka pun memutuskan untuk mendirikan sebuah band indie rock yang diberi nama Darlin.
Grup band yang terinspirasi dari musik The Beach Boys itu sempat merilis sebuah single melalui album kompilasi dan tampil di salah satu gigs di Inggris.
Namun, alih-alih namanya melambung ke permukaan, mereka (Darlin) justru mendapatkan kritik tajam dari seorang jurnalis musik yang bernama Dave Jennings. Dave menyebut penampilan mereka dengan sebutan “a daft punky trash”.
ADVERTISEMENT
Kritik Dave Jennings menjadi katalis. Ketiganya kemudian membubarkan Darlin dan merubah namanya menjadi Daft Punk, sesuai dengan sebutan yang diberikan oleh Dave Jennings. Akan tetapi, belakangan, Laurent Bancorizt memutuskan untuk tidak lagi bergabung. Ia hendak mendirikan proyek band-nya sendiri.
Daft Punk. Foto: KARL WALTER/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AFP
Berbekal duo single serta Musique yang sempat rilis pada tahun 1996, Daft Punk pun berhasil menandatangani kontrak dengan Virgin Records. Pada label asal Inggris ini, Daft Punk kemudian merilis debut album mereka yang bertajuk Homework pada tahun 1997. Album itu diterima sangat baik oleh publik dan dinilai mampu menggiring perkembangan sound French house ke level internasional.
Perjalanan dari album pertama menuju album kedua menemui proses dan tenggang waktu yang lumayan panjang. Karena Daft Punk menempuh jeda 4 tahun untuk merilis album kedua mereka yang bertajuk Discovery.
ADVERTISEMENT
Hal itu disebabkan karena Christo dan Bangalter baru masuk dapur rekaman pada tahun 1998. Hadirnya album Discovery pun seolah menjadi element of surprise bagi para pendengar.
Melalui narasi utama dengan tema “masa kecil” Daft Punk menyuguhkan sampling rekaman dengan nuansa 70 dan 80-an. Lagu One More Time, Digital Love, Harder, Faster, Better, Stronger, dan Face To Face pada album Discovery pun sukses bertahan di posisi atas tangga lagu internasional.
Banyak statement yang menyebutkan jika album kedua ini adalah album yang melambungkan nama Daft Punk menuju permukaan dan membuatnya mampu berkarir selama hampir 30 tahun, sebelum menyatakan diri bubar.
Bandhu Manhistha