Karakter Jafar Menjadi Kelemahan Terbesar Film 'Aladdin'

Konten Media Partner
30 Mei 2019 7:42 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perbandingan Jafar versi kartun dan live-action (Foto: Disney)
zoom-in-whitePerbesar
Perbandingan Jafar versi kartun dan live-action (Foto: Disney)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta – Tak dapat dipungkiri, Aladdin (2019) adalah film yang sangat menghibur. Khas musikal ala Disney, menyenangkan, dan penuh nostalgia. Namun, film-film terbaik sekalipun tetap memiliki kelemahan, Aladdin (2019) juga tidak terlepas dari itu.
ADVERTISEMENT
Dalam versi original, Jafar dihidupkan oleh Jonathan Freeman. Karismatik, menakutkan, sekaligus lucu menjadi trademark Jafar yang membuatnya jadi salah satu classic Disney villain terbaik. Kedalaman suara, hasratnya akan kekuasaan, dan ancaman-ancamannya membuat kita bahagia untuk membenci Jafar (untuk alasan yang baik).
Sementara, Jafar versi 2019 yang diperankan oleh Marwan Kenzari, seolah kehilangan karismanya. Range suara Kenzari yang tinggi juga berlawanan dengan suara Freeman yang dalam dan mengintimidasi. Jafar juga tidak selucu versi original, ditambah dengan fakta bahwa Iago, burung beo andalannya, hanya menjadi 'mata' yang bertugas mengobservasi dan melapor. Tidak terasa ikatan yang kuat antara duo ini seperti dalam versi original-nya.
Sebaliknya, Jafar justru terlihat sebagai karakter yang kurang dewasa, terutama ketika berhadapan dengan Jasmine versi Naomi Scott yang sangat menawan. Jafar seharusnya berpostur sangat jangkung, menakutkan, memiliki evil face, dan sangat berseberangan dengan Aladdin.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, live-action Jafar diceritakan memiliki latar belakang yang sama dengan Aladdin, sama-sama seorang pencuri. Namun, hal ini tidak cukup kuat untuk mengangkat karakternya secara keseluruhan.
Semua hal ini berawal dari dua penyebab utama, yaitu penulisan karakter yang kurang maksimal, serta miscasting. Penampilan luar Marwan Kenzari sebagai Jafar memang enak dilihat, namun pembawaan karakternya terlalu lemah untuk menjadikannya satu dari Disney villain terbaik.
Sekali lagi, merepresentasikan ulang karakter film ikonik yang sudah sangat populer bukanlah pekerjaan mudah, namun bukan berarti mustahil. Sudah banyak kegagalan dari hasil percobaan reboot, dan banyak juga yang berhasil. Dalam film Aladdin (2019), Jafar ternyata bukan salah satunya.
SATRIAWAN WIGUNA