Review 'Cinta Itu Buta', Drama Komedi yang Seharusnya Berakhir Sedih

Konten Media Partner
11 Oktober 2019 7:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cinta Itu Buta (Foto: Timeless Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Cinta Itu Buta (Foto: Timeless Pictures)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Tiga film Indonesia sekaligus tayang di hari yang sama, yakni SIN, Ku Tak Percaya Kamu Mati, dan Cinta Itu Buta, Kamis (10/19).
ADVERTISEMENT
Tiga film ini memiliki genre yang berbeda-beda, SIN yang mengusung genre drama romantis, Ku Tak Percaya Kamu Mati genre film horor, dan Cinta Itu Buta dengan drama komedi.
Kali ini, Play Stop and Rewatch akan me-review film Cinta Itu Buta, adaptasi film luar negeri lainnya setelah film Bebas.
Cinta Itu Buta disutradarai oleh Rachmania Arunita yang juga merupakan penulis naskah dari film Eiffel I'm in Love, dengan pemeran utama wanita yang sama, Shandy Aulia.
Shandy Aulia memang sangat cocok memerankan tokoh wanita utama dalam film drama romantis maupun komedi seperti Cinta Itu Buta. Akting Shandy Aulia di film ini kualitasnya sama dengan filmnya terdahulu seperti Eiffel I'm in Love, dengan sentuhan Bahasa Korea dalam adegannya.
Shandy Aulia dan Dodit Mulyanto saat ditemui di Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (29/8). (Foto: Alfadillah/kumparan)
Selain akting Shandy Aulia yang memukau, akting dari Dodit Mulyanto sebagai pemeran utama pria juga sangat menghibur. Karena berprofesi sebagai komika, gombalan dan rayuan dari Dodit dapat disampaikan dengan cukup natural dan mengundang tawa penonton.
ADVERTISEMENT
Selain gombalan dan banyolan yang keluar dari mulutnya, tingkah laku dan gerak-gerik Dodit juga menjadi unsur hiburan utama dalam film ini.
Ditambah lagi, setting film yang berada di Busan, Korea Selatan, dikemas dengan sangat indah melalui gambar-gambar yang disajikan. Sudut-sudut indah pemandangan di Busan terekam dengan baik dan menambah kesan romantis dari adegan di film tersebut.
Memiliki gambar yang indah dengan akting yang bagus serta komedi yang menghibur, bukan berarti Cinta Itu Buta tak punya kelemahan. Salah satu kelemahan yang paling mencolok di film ini adalah pengembangan background karakter Dodit yang kurang digali.
Pemeran pembantu dalam film ini juga hanya mendapatkan screentime yang sedikit sekali sehingga kurang mengena dampaknya ke dalam cerita yang ada. Ending cerita yang seharusnya sedih, kesedihannya juga kurang tergambar secara mendalam.
ADVERTISEMENT
Sebagai film adaptasi, ada baiknya menghindari untuk menonton film aslinya terlebih dahulu agar bisa merasakan kejutan dan gaya penuturan cerita yang asyik di akhir film.
Penulis: Abdurrahman Ranala