Konten Media Partner

Review Dark Phoenix, Akhir X-Men Yang Tidak Keren

6 Juni 2019 8:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jean Grey menjadi Dark Phoenix (Foto: Fox)
zoom-in-whitePerbesar
Jean Grey menjadi Dark Phoenix (Foto: Fox)
Play Stop Rewatch, Inggris X-Men: Dark Phoenix gagal mengakhiri kisah franchise yang sudah berusia 19 tahun tersebut dengan maksimal. Alih-alih memberikan ending yang akan terus dikenang, Dark Phoenix malah menjadi penutup yang sebaiknya penonton lupakan pernah ada. Ada terlalu banyak kekurangan dan sedikit kelebihan pada film ini.
ADVERTISEMENT
Dark Phoenix mengambil setting satu dekade setelah event X-Men: Apocalypse atau tepatnya tahun 1992. Di masa tersebut, dunia sudah berubah banyak dari apa yang kita lihat di prekuelnya. Salah satunya, warga tak lagi memperkusi, merisak, atau bahkan mengisolir mutant seperti sebelumnya. Sebagai gantinya, Dark Phoenix menunjukkan setting di mana mutant serta manusia telah hidup harmonis dan pemerintah AS memperkerjakan X-Men sebagai “superheroes” mereka.
Bak agen pemerintah, X-Men bertanggung jawab atas misi-misi sulit yang dirasa pemerintah tidak mampu dikerjakan manusia biasa. Misi terbaru mereka, yang menjadi pembuka dari Dark Phoenix, adalah menyelamatkan para astronot yang terancam serangan solar flare di luar angkasa. Charles/Prof. X (James McAvoy) tanpa ragu menerima misi tersebut meski telah mendapatkan peringatan dari Raven/Mystique (Jennifer Lawrence) dan Hank/Beast (Nicholas Hoult) akan resikonya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana bisa dilihat dari trailer yang telah beredar, misi tersebut tidak berjalan mulus. Meski para astronot berhasil diselamatkan, Jean Grey (Sophie Turner) terpapar (dan bahkan menyerap) radiasi solar flare yang mengancam para astronot tersebut. Selanjutnya sudah bisa diduga, Jean tetap hidup walau solar flare yang menghajarnya membuatnya menjadi bom waktu berjalan.
Solar Flare (Foto: Fox)
Salah satu problem film ini sudah keliatan sejak Jean mendapatkan kekuatan phoenix-nya. Dark Phoenix melupakan sebagian besar pengembangan karakter Jean yang sudah terjadi di X-Men: Apocalypse. Sutradara Simon Kinberg lupa, atau mungkin sengaja melupakan, bahwa Jean sudah menunjukkan kemampuan phoenix-nya sejak X-Men: Apocalypse. Dengan memberi Jean origin baru, apa yang terjadi di Apocalypse menjadi sia-sia.
Tidak berhenti di situ, sumber kekuatan Jean yang baru itu pun tidak dijelaskan dengan baik. Dark Phoenix asal-asalan menjawab apa sumber kekuatan Jean yang baru, kenapa Jean berhasil bertahan hidup, dan bagaimana kekuatan tersebut sampai muncul di orbit bumi. Sederhananya, apa yang dijelaskan Dark Phoenix hanyalah solar flare (phoenix force) masuk ke tubuh Jean karena merasa Jean lah mutant terkuat, titik.
ADVERTISEMENT
Dengan origin dan penjelasan yang asal-asalan, puncaknya adalah penonton juga akan sulit untuk berempati ataupun bersimpati dengan karakter Jean. Walau Sophie Turner setengah mati memerankan Jean yang mengalami krisis jasmani dan rohani setelah menerima phoenix force, karakternya berakhir datar dan tidak berbobot. Bahkan, sebagai bom waktu berjalan, karakternya terasa tidak mengancam baik bagi umat manusia maupun keluarganya di X-Mansion.
Jujur saja, karakter Jean di X-Men: The Last Stand lebih bagus dibandingkan Jean di Dark Phoenix. Meski penggambaran karakternya serupa tapi tak sama, karakter Jean di X-Men: The Last Stand terasa seperti teror berjalan karena lebih sulit dikontrol dan mengancam. Buktinya, karakter Cyclops dan Prof.X mati di tangannya, sementara Jean di Dark Phoenix tidak memberikan dampak sebanding.
ADVERTISEMENT
Mystique (Foto: Fox)
Karakter Jean bukan satu-satunya yang tidak dikembangkan secara maksimal. Karakter villain yang diperankan oleh Jessica Chastain juga tidak berkesan sama sekali. Beberapa penyebabnya adalah motivasi yang terasa kabur dan tindak kejahatan yang tidak terasa signifikan. Sungguh disayangkan mengingat Jessica Chastain adalah salah satu aktris berbakat di Hollywood dan Dark Phoenix menyia-nyiakannya sebagaimana X-Men Apocalypse menyia-nyiakan bakat Oscar Isaac.
Sebagai catatan, jangan berharap ada kejutan dari karakter Jessica Chastain. Dirinya tidak memerankan Lilandra dari Shi’ar seperti yang diharapkan para fans. Jessica Chastain memerankan karakter bernama Vuk, seorang alien yang memiliki kemampuan serupa Skrull.
Dari sekian banyak karakter yang ada di Dark Phoenix, karakter Prof.X lah yang paling menonjol. Untuk pertama kalinya, dari sekian banyak seri X-Men, karakter Prof.X ditampilkan sedikit antagonistik. Antagonistik di sini bukan berarti Prof. X ditampilkan sebagai villain, tetapi ditampilkan sebagai figur yang memiliki cara pandang kontras dibandingkan karakter-karakter X-Men lainnya.
ADVERTISEMENT
Prof.X di sini terasa lebih egois dan berani ‘mengorbankan’ anggota-anggota X-Men lainnya untuk tujuan yang ia rasa mulia: kedamaian antara mutant dan manusia. Karakternya beberapa kali berkonflik dengan karakter-karakter X-Men lainnya, tak hanya dengan Magneto (Michael Fassbender) saja. Hal tersebut membuat karakternya terasa lebih kompleks walaupun terkadang terasa menyebalkan juga karena Prof.X merasa tidak ada yang salah dengan cara pandangnya.
Masih misterius hingga saat ini apakah pengembangan karakter yang terasa tidak seimbang tersebut adalah dampak dari berbagai reshoot dan penundaan yang dialami Dark Phoenix. Namun, ada satu hal dari reshoot tersebut yang sedikit menyelamatkan Dark Phoenix dari kehancuran yaitu actionnya.
Cover Dark Phoenix (Foto: Fox)
Reshoot dari Dark Phoenix, kabarnya, ditujukan untuk menambah porsi action pada sepertiga terakhir film dan hasilnya memang patut diacungi jempol. Action scene pada bagian tersebut, yang berlangsung di dalam kereta, terasa sadis, tegang, dan brutal. Play Stop Rewatch sampai menahan nafas dan tidak mengedipkan mata sepanjang adegan tersebut. Jika harus membandingkanya dengan film lain, sepertiga terakhir Dark Phoenix terasa seperti menonton gabungan Train to Busan dan Snowpiercer.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, Dark Phoenix bukanlah akhir yang keren untuk seri X-Men. Pengembangan karakter yang tidak maksimal dan cerita yang ngebut mencederai film ini hingga ke titik Play Stop Rewatch nyaris menganggapnya tidak pernah ada. Namun, sepertiga terakhir film ini membuat Dark Phoenix masih patut ditonton sebagai hiburan yang ringan. Untuk lebih menyakinkan kalian, Dark Phoenix bukanlah yang terburuk dari semua film di seri X-Men. Predikat tersebut masih dipegang erat X-Men Origins: Wolverine.
ISTMAN MP