Review Early Access Game Back 4 Blood, Basically Left 4 Dead 3

Konten Media Partner
8 Agustus 2021 14:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Back 4 Blood
zoom-in-whitePerbesar
Back 4 Blood
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Back 4 Blood merupakan game zombie shooter terbaru besutan Turtle Rock Studios dan merupakan spiritual successor dari game Left 4 Dead.
ADVERTISEMENT
Mulai dari look, feel dan tipe gameplay-nya, bisa dibilang kalau Back 4 Blood ini pada dasarnya adalah Left 4 Dead 3. PSR berkesempatan mencoba Early Access yang sudah dimulai dari tanggal 5 Agustus kemarin dan overall? It’s pretty good.
Kita mulai dari segi teknis. PSR memainkan game ini menggunakan platform PC dengan spek Ryzen 3600, RTX 2060 Super dan 16 GB RAM. Untuk ukuran game yang masih Beta, Back 4 Blood udah stabil banget.
Gak ada sama sekali bug atau glitch sepanjang playtest PSR. Performance juga solid banget. Banyaknya zombie yang muncul dilayar gak bikin frame per secondnya turun. Special mention untuk yang pakai kartu grafis RTX, Back 4 Blood beta hebatnya sudah memiliki fitur DLSS.
ADVERTISEMENT
Dari segi setting menunya sendiri juga udah bagus. Banyak opsi yang bisa diatur oleh player sesuai dengan spek dari PC mereka. Walaupun tidak seperti kebanyakan game jaman sekarang yang memberi contoh gambar dari setiap graphic options dan tidak ada indikator berapa banyak VRAM yang dipakai oleh game. Ada kemungkinan fitur itu sebenarnya ada nanti ketika gamenya rilis, melihat dari gambar menu setting, sisi kanan kosong. Agak mubazir gitu kalau dia beneran kosong.
Gameplay-wise seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Back 4 Blood ini pada dasarnya Left 4 Dead. Dalam mode PvE, kita bermain sebagai salah satu dari 4 “Cleaners” sekelompok pemburu zombie veteran.
Tugas kita dan 3 orang lainnya cuma satu: pindah dari safehouse ke safehouse dan bunuh zombie. Arsenal yang ditawarkan lumayan lengkap. Mulai dari pistol, SMG, Semi auto, shotgun, Machine Gun, sniper hingga pentungan baseball yang dikasih paku ada semua d igame ini. Senjata-senjata ini juga bisa di modifikasi dan modifikasinya mempengaruhi sekali. Selain itu terdapat juga granat, molotov dan bomb. Di awal level player juga dapat “membeli” senjata dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang paling membedakan Back 4 Blood dengan Left 4 Dead adalah adanya fitur card deck yang membuat setiap kali level diulang tidak akan sama seperti sebelumnya. Entah itu kabut yang muncul sepanjang level, atau player mendapatkan boost kepada health, ammo atau stamina agar lebih mudah survive. Hal ini memberikan lebih banyak variasi terhadap run yang dilalui.
Sebagai contoh, kami sempat mendapat kartu yang menaikkan damage peluru hingga 50 persen. Ditambah senjata dengan rarity ungu, hal itu membuat machine gun yang kami pakai memiliki damage setara sniper rifle.
Perlu digarisbawahi, ada unsur untung-untungan juga soal card yang didapat akan seperti. Ada kalanya kami malah mendapat card yang menurunkan stats. Di sisi lain, setiap advantage yang diberikan satu kartu diikuti dengan hal lain yang akan memberikan disadvantage. Jadi, ada sedikit unsur check and balance di sini, demi level playing field.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang membedakan Back 4 Blood dengan Left 4 Dead adalah ammo. Sekarang ammo dibagi per senjata. Jadi, tak ada lagi satu jenis ammo untuk berbagai senjata. Gamer dipaksa memilih antara lebih konservatif, kreatif, atau komunikatif. Kreatif di sini adalah membiasakan untuk tidak terpaku pada satu senjata. Sementara itu, yang kami maksud komunikatif adalah berkoordinasi dengan team member soal siapa yang surplus ammo untuk di-share. Khusus itu, sedikit banyak mengingatkan kami dengan Apex.
Selain PvE, Back 4 Blood juga menghadirkan mode PvP. Dalam mode PvP 8 player dalam satu server dibagi dalam 2 tim yang akan bergantian bermain menjadi manusia dan zombie.
Overall, mode ini lumayan seru (kalau lagi giliran jadi zombie). Ketika jadi manusia, tim itu akan diam di satu tempat dan hanya bisa menembak saja menunggu ajal datang. Beda ketika menjadi zombie di mana player dapat berubah ke berbagai macam tipe zombie dengan sesuka hati. Kemampuan zombie ini dapat di-upgrade seperti nyawa dan atau damage-nya.
ADVERTISEMENT
So far, tidak seimbang antara tim satu dengan yang lainnya. Ukuran kemenangan ada pada waktu. Seberapa lama tim itu bisa bertahan saat jadi manusia dan seberapa cepatnya tim itu dapat membunuh saat jadi zombie.
Back 4 Blood sudah dipastikan adalah penerus dari Left 4 Dead. Turtle Rock Studios yang kemarin gagal dengan game Evolve, terlihat mencoba kembali mengudara. Dari beta yang dihadirkan sudah pasti fans game shooter zombie akan terpuaskan. Hanya saja apabila kita belajar dari Evolve, kita harus skeptis karena apa yang membuat gagal game itu, kembali muncul di Back 4 Blood.
Annual Pass menjadi red flag pertama. Player yang tidak membeli Deluxe atau Ultimate Edition dari Back 4 Blood akan terpisahkan karena didalam Annual Pass itu sendiri terdapat 3 story mission tambahan, karakter manusia dan tipe zombie baru. Pemisahan antar player ini yang ujungnya membuat Evolve cepat mati. PSR berharap, Back 4 Blood tidak mengalami nasib yang sama. Di sisi lain, tentu masih adanya bug yang harus dibereskan sebelum rilis final.
ADVERTISEMENT