Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Review Film A Quiet Place Part II: Masih Mengancam Lewat Sunyi
26 Mei 2021 12:17 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film A Quiet Place Part II layak dinobatkan sebagai salah satu film sekuel yang berhasil. Biasanya, film sekuel kerap berakhir mengecewakan. Namun, John Krasinski yang kembali menyutradarai dan menulis film ini menjawab keraguan publik dengan eksekusinya yang sempurna.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, film ini akan ditayangkan pada bulan Maret 2020. Bahkan, Paramount Pictures sudah melakukan world premiere di New York pada 8 Maret 2020. Namun, pandemi COVID-19 memaksa rilis A Quiet Place II diundur. Setelah tiga kali penggantian jadwal rilis, John Krasinski akhirnya mengumumkan A Quiet Place II tayang pada 26 Mei 2021 ini.
A Quiet Place Part II dibuka dengan adegan flashback, tepatnya sebelum para alien menyerang. Lee Abbott (John Krasinski) terlihat sedang menyaksikan pertandingan baseball anaknya, Marcus Abbott (Noah Jupe). Istri dan anak perempuannya, Evelyn Abbott (Emily Blunt ) dan Regan Abbott (Millicent Simmonds), ikut menemani. Kala Marcus mendapat giliran memukul bola, semua orang yang ada di stadion tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke langit. Sebuah meteor datang menghujam bumi.
ADVERTISEMENT
Dari adegan tersebut, A Quiet Place Part II berpindah ke masa kini, melanjutkan adegan terakhir di film pertamanya. Keluarga Abbott dan bayi Evelyn yang baru lahir memutuskan untuk meninggalkan peternakan mereka yang habis diserang alien. Mereka mencoba mencari “peruntungan” baru dan sesama penyintas di dunia luar.
Kala menyusuri sebuah kota yang sepi, keluarga Abbott tiba-tiba terperangkap sebuah jebakan. Bunyi yang ditimbulkan membuat keberadaan mereka diketahui para alien yang sensitif akan suara itu. Beruntung, seorang pria bertopi menyelamatkan mereka yang ternyata adalah teman lama Lee, Emmett (Cillian Murphy).
Emmet mengundang Evelyn dan anak-anaknya untuk berlindung di bunkernya. Alangkah terkejutnya mereka ketika mendengar alunan lagu muncul dari radio di bunker. Emmett mengatakan, lagu tersebut sudah terputar 4 bulan lamanya, namun ia masih saja belum tahu dari mana asalnya.
Regan yakin lagu itu berasal dari salah satu pulau yang tak jauh dari lokasi bunker dan diperdengarkan sebagai sinyal panggilan. Berbekal keyakinan itu, Regan dan Emmet mulai berpetualang untuk mencari sumbernya sementara Evelyn, Marcus, dan bayinya bertahan di bunker.
ADVERTISEMENT
Secara delivery, film ini nyaris tidak berbeda dengan prekuelnya. Fokusnya tetap pada lari, bersembunyi, dan tidak bersuara. Namun, A Quiet Place II menawarkan skala yang lebih besar, lebih kompleks, di mana salah satunya terlihat pada kisahnya.
Kisah A Quiet Place II disampaikan dalam beberapa plot dengan masing-masing plot memiliki karakter utamanya. Plot-plot tersebut berjalan secara paralel, namun berakhir di titik yang sama. Dampaknya, hal itu memberi kesempatan pada karakter-karakter seperti Regan dan Marcus untuk mendapatkan arc-nya sendiri. Character developmentnya menjadi lebih matang, berkembang, berbeda dibanding prekuelnya yang lebih Evelyn dan Lee sentris.
Dari karakter-karakter yang tadi disebutkan, Regan lah yang paling mencuri perhatian. Ia hadir dengan serangkaian aksi-aksi yang gemilang. Sosoknya lebih dewasa, cerdik, dan berani. Character development nya enak diikuti, melanjutkan arc yang sudah di-setup di film pertama.
ADVERTISEMENT
Selain cerita, skala yang lebih besar juga terlihat dari latar tempatnya. Pada film pertama, kita lebih banyak melihat keluarga Abbott di kediamannya, sebuah peternakan. Sekarang mereka keluar dari zona nyaman, memberi gambaran yang lebih jelas soal dunia pasca alien menyerang.
Setting dunia pada A Quiet Place II memang tidak bisa dikatakan se-original konsep filmnya. Desainnya cukup generik, seperti kebanyakan film post-apocalypse, masuk dalam teritori “been there, done that”. Walau begitu, setting yang lebih megah memungkinkan John Krasinski untuk lebih leluasa bermain-main dengan sensasi horror serta ancaman alien. Hasilnya mampu membetot jantung dan membuat penonton menahan nafas di bioskop.
Dari segi teknis, A Quiet Place II masih mempertahankan keistimewaan film pertamanya yang memberikan perhatian lebih terhadap sound design. Teknis suara tetap diperlakukan dengan telaten, strategik, untuk menghadirkan teror dan laga yang berbeda dibanding film horror/ sci fi kebanyakan. Noise (bising) dan silence (sunyi) adalah hal integral dari A Quiet Place, baik untuk cerita maupun laga, sehingga perhatian pada hal itu sudah jaminan tersendiri.
ADVERTISEMENT
All in all, A Quiet Place Part II lagi-lagi menegaskan bahwa sebuah sekuel dari film pertama tidak bisa dianggap sepele. Dengan eksekusi yang pas, sebuah sekuel bisa lebih bagus dibanding prekuelnya. A Quiet Place II tidak hanya well-executed, tetapi meningkatkan apa saja yang spesial dari film pertamanya, baik dari sisi cerita, horror, maupun teknis suara. Kisahnya pun tetap intimate dengan interaksi antar karakter menjadi hati dari film ini, bukan teror aliennya.
Ketika A Quiet Place II selesai, penonton akan dibuat sama ‘greget’ nya dengan film pertama.
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz