Review Film Ambu, Konflik antar 3 Generasi

Konten Media Partner
16 Mei 2019 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jumpa pers film Ambu (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa pers film Ambu (Foto: Munady)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film Ambu dibuka dengan Nona (Lutesha) pulang mabuk selayaknya gadis sosialitas pada umumnya namun tidak sadar bahwa ia bukan berasal dari keluarga yang layak mempunyai gaya hidup demikian. Sementara itu, Fatma (laudya Chintya Bella) harus menafkahi dirinya dan Nona lewat bisnis kateringnya.
ADVERTISEMENT
Standar keluarga broken home yang memiliki disfungsi keluarga, di mana sang ayah yang sudah bercerai kerap kali terus memeras Fatma bahkan sampai melakukan kekerasan. Respon Nona pun juga sangat relate menyikapi situasi tersebut dengan menutup kupingnya dan lari dari kenyataan.
Kemudian, Fatma dan Nona terpaksa kembali ke kampung halamannya di Baduy karena bisnisnya bangkrut karena satu dan lain hal. Tidak sampai di situ saja, ternyata Ambu (Widyawati), ibu dari Fatma, tidak bisa menerima kembali mereka berdua dengan semudah itu karena harus melalui proses adat selama 40 hari. Mulai dari sinilah, cerita sebenarnya dari film ini dimulai.
Film Ambu secara sinematografi berhasil menampilkan keindahan dari kawasan Baduy. Apalagi ketika adegan yang memperlihatkan ekspresi Nona yang kesal dengan alunan musik lokal dan suasana eksotis dari Baduy. Tidak lupa dengan pengambilan gambar panorama kampung Baduy yang memperlihatkan arsitektur tradisional Baduy.
ADVERTISEMENT
Konflik antara Ambu dengan Fatma, Fatma dengan Nona, dan Nona dengan Ambu tidak seperti menunjukan konflik antara ibu dan anak. Setiap karakter tersebut mewakili pendapat dari generasi mereka masing-masing.
Ambu mewakili generasinya yang masih memegang teguh budaya lokalnya dan sulit menerima modernitas. Fatma mewakili generasi sandwich, di mana ia ditekan untuk mengikuti aturan budaya generasi di atasnya tetapi juga harus menerima arus perkembangan zaman. Nona tentunya mewakili gerenasi anak zaman now, yang mana tidak memiliki kepedulian terhadap budaya luhurnya dan memiliki kiblat kepada budaya Barat yang individualis.
Jadi, ketika mereka bertiga saling menegur kekurangan dari masing-masing karakter tersebut, film ini bermaksud untuk menegur kekurangan dari generasi yang mereka representasikan.
Film Ambu cocok ditonton bersama keluarga karena memiliki pesan yang tidak menggurui. Walaupun mereka bertiga dipisahkan dengan nilai generasi yang berbeda jauh, tetap saja kasih ibu dan anak yang mempersatukan mereka apapun masalah yang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Penulis: Andri