Review Film Black Adam, Penuh dengan Adegan Destruktif

Konten Media Partner
19 Oktober 2022 10:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film Black Adam (Foto: IMDb)
zoom-in-whitePerbesar
Film Black Adam (Foto: IMDb)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film Black Adam hadir setelah sekian lama diundur untuk melanjutkan semesta DCEU yang hingga sekarang masih dipertanyakan kelanjutannya. Alih-alih skeptis terhadap hasilnya, ternyata Dwayne Johnson sebagai Black Adam tidak seburuk itu.
ADVERTISEMENT
Memang harus diakui, kelemahan dari film ini adalah kurang bisa menceritakan sebuah kisah origin yang lengkap serta pace plot yang sangat cepat sekali. Sehingga, jika dilihat secara keseluruhan, hampir semua karakter yang ada di film ini sangat 'one-dimensional' sekali.
Meskipun berpusat pada tokoh Black Adam dan perjuangan dari rakyat Khandaq untuk bisa merdeka, di sini juga hadir sebuah grup bernama Justice Society yang aksinya hampir bisa dibilang imitasi dari Avengers atau X-Men.
Doctor Fate yang punya kemiripan dengan Doctor Strange, Atom-Smasher yang merupakan gabungan dari karakter Scott Lang dan Peter Parker-nya Tom Holland dijadikan satu, Cyclone yang sederhananya adalah karakter Storm dari X-Men, dan Hawkman yang terkesan sangat 'basic' secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Namun, secara pengemasannya ke dalam suatu cerita yang utuh, Justice Society berhasil membawa kisah yang lebih atraktif dibanding Black Adam itu sendiri.
Sayangnya, Intergang di sini hanya dijadikan sekadar plot devices untuk memunculkan Doosmday-nya dari film Black Adam. Lagi-lagi DCEU mengulangi kesalahan Batman v Superman. Untungnya, di sini dipresentasikan dengan lebih baik karena sudah di-tease dari awal film ini dimulai
Nilai lebih dan yang terutama dari film ini tentunya terletak pada non-stop action sequences yang memiliki skala destruktif yang masif seperti pada film Man of Steel dengan aerial fight-nya atau Eternals dengan super speed fight.
Meski masih membawa tonality DCEU yang 'dark', film ini berhasil menyeimbangkannya ke pasar PG13 dengan membawa komedi ala MCU. Hebatnya, tidak terkesan too much, malah terbilang cocok untuk jokes semacam ini.
ADVERTISEMENT
Again, meski dari first act hingga third act mulai terungkap kisah-kisah yang disembunyikan dari berbagai pihak dari karakter yang ada di film ini, semuanya terkesan sangat 'menggampangkan'.
Secara keseluruhan, film ini merupakan film yang cocok untuk dinikmati sebagai film superhero PG13. Jika kalian berharap menemukan sebuah kisah superhero yang dark dan dalam seperti The Batman, mungkin kalian harus menurunkan ekspetasi.