Review Film Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore - Lebih Baik, Tapi....

Konten Media Partner
5 April 2022 21:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tiga poster utama Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore menampilkan Albus Dumbledore, Newt Scamander, dan Gellert Grindelwald. (Foto: Warner Bros)
zoom-in-whitePerbesar
Tiga poster utama Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore menampilkan Albus Dumbledore, Newt Scamander, dan Gellert Grindelwald. (Foto: Warner Bros)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore akan dirilis oleh Warner Bros. Pictures di Indonesia pada tanggal 13 April 2022 nanti. Kebetulan, distributor memberikan kesempatan private screening supaya bisa menonton filmnya lebih dahulu. Jujur, awalnya ada rasa ragu saat mau menonton film ke-3 dari seri yang merupakan spin-off dari franchise Harry Potter yang rata-rata filmnya berkualitas dan menghibur. Soalnya setelah melalui dua film di seri Fantastic Beasts, ada banyak mixed feelings yang didapat saat menonton film-film tersebut.
ADVERTISEMENT
Spin-Off Harry Potter Karya J.K. Rowling Menyambungkan Politik Sihir Dengan Dunia Hewan Fantasi
Fantastic Beasts and Where to Find Them sebagai film pertamanya berhasil memberikan banyak hal baru ke franchise Wizarding World yang merupakan kerja sama antara sang penulis, J.K. Rowling dengan Warner Bros. Walaupun begitu, filmnya tidak sebanding dengan sebagian besar film Harry Potter lainnya. Sementara The Crimes of Grindelwald, film kedua di franchise ini malah dianggap oleh banyak kritik dan fans sebagai yang paling buruk karena banyaknya subplot yang membuat filmnya terasa acak-acakan dan all over the place.
Kabar baiknya untuk The Secrets of Dumbledore adalah film ini berhasil mengambil hal-hal positif dari dua film sebelumnya, dan mengurangi bagian buruknya. Tapi bukan berarti poin-poin negatif dari film ke-3 Fantastic Beasts ini tidak ada. Karena sebetulnya tetap ada hal-hal yang akan dipertanyakan oleh kritik ataupun fans Wizarding World.
ADVERTISEMENT
Melalui premise-nya, kita tahu bahwa Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore merupakan sequel langsung dari The Crimes of Grindelwald. Sang antagonis Gellert Grindelwald (Mads Mikkelsen) sedang mencari cara untuk mendapatkan dukungan komunitas internasional penyihir dengan mengambil hewan legendaris yang diharapkan bisa membantu dirinya. Sementara Albus Dumbledore (Jude Law) dan Newt Scamander (Eddie Redmayne) membentuk tim untuk mengejar Grindelwald, yang memaksa mereka berkunjung ke beberapa negara untuk menghentikan plan pria yang pernah dicintai oleh Dumbledore.
Poster Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore. (Foto: Warner Bros)
Dari situ para fans Wizarding World dan penonton lainnya bisa berekspektasi untuk melihat dunia politik dan budaya komunitas penyihir di tempat-tempat lain, diperkenalkan dengan hewan-hewan fantasi baru, dan juga melihat bagaimana hubungan antar karakter di film ini terlihat menjadi fokus besar di film The Secrets of Dumbledore.
ADVERTISEMENT
Banyak adegan dan lokasi dalam film ini akan membawa penonton masuk ke dalam dunia Wizarding World di dekade 1930an, yang berkat visual effects dan musik akan merasa immersed. Setiap adegan action terlihat keren dan terasa menegangkan, hewan-hewan yang visualnya lebih memikat mata, dan juga setiap tempat yang dikunjungi memiliki karakteristik tersendiri.
Walaupun begitu, ada beberapa momen dan adegan yang mungkin terasa aneh dari segi editing dan visual effect. Terutama ketergantungan film ini dengan adegan slow motion yang kesannya terpaksa, suatu hal yang sering terjadi di film-film Fantastic Beasts. Belum lagi sedikit ada isu dalam editing yang malah mengganggu suatu momen ataupun adegan.
Namun sepertinya fokus film ini bukan hanya untuk memberikan visual yang eye-catchy dan momen-momen fan service yang membuat orang-orang terkagum, karena The Secrets of Dumbledore lebih mengeksplor karakter dan relationship, karena interaksi antar karakter memiliki peran yang penting. Dalam international press conference-nya, sutradara David Yates menyatakan bahwa film ini berasa lebih "manusiawi", dalam arti sisi pribadi dari setiap karakter akan lebih terlihat. Dan memang benar, poin-poin seperti hubungan Dumbledore-Grindelwald yang dulunya sepasang kekasih dengan visi misi sama tapi metode berbeda, Newt Scamander dan kakaknya setelah love interest mereka meninggal di film kedua, Credence yang sedang mencari jati dirinya, bahkan kisah cinta Jacob-Queenie yang sempat kandas di film kedua ternyata menjadi kisah yang menarik untuk dieksplor.
ADVERTISEMENT
Film ini memberikan waktu (walaupun sedikit) supaya penonton mengerti betapa pentingnya relasi yang dimiliki oleh karakter-karakter ini, dan bagaimana relasi tersebut membentuk diri mereka sekarang. Dan sepertinya, relasi Dumbledore-Grindelwald lah yang menjadi driving force dalam film ini.
Tentunya semua itu bisa dipresentasikan dengan baik dalam filmnya karena acting para aktor dan aktris yang bagus. Sepertinya tidak ada acting yang kurang dalam film ini yang mungkin dikarenakan sebagian besar cast-nya sudah memerankan karakter mereka melalui film-film sebelumnya.
Karena acting yang baik dan juga interaksi karakter yang menjadi fokus, banyak momen-momen antar karakter yang mungkin menimbulkan berbagai macam emosi atau perasaan tertentu. Salah satu contohnya adalah rasa terhibur karena momen-momen komedi yang lucu, dan tidak terasa dipaksa karena berjalan secara natural. Oleh karena itu bisa dibilang The Secrets of Dumbledore adalah film Fantastic Beasts paling lucu.
ADVERTISEMENT
Dan ngomong-ngomong soal acting, untuk kalian yang penasaran dengan acting Mads Mikkelsen sebagai Gellert Grindelwald, kualitas performance dia sebagai antagonis utama benar-benar terlihat. Namun beberapa orang mungkin akan merasa ada perbedaan dengan gaya karakterisasi Grindelwald yang sebelumnya diperankan oleh Johnny Depp.
Banner official Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore. (Foto: Warner Bros)
Perbedaan karakterisasi Grindelwald merupakan salah satu dari beberapa hal yang merupakan ketidakkonsistenan yang terjadi di dalam film ini. Contohnya adalah pandangan Grindelwald terhadap para muggles (manusia biasa yang bukan penyihir) terkesan berbeda dibanding di film sebelumnya. Hal-hal lain seperti motivasi karakter, cara kerja ilmu sihir, dan nilai ataupun norma sosial dalam Wizarding World juga terasa, suatu komplain yang mungkin beberapa orang mengerti sejak film-film Harry Potter sebelumnya. Walaupun begitu, mungkin hal ini akan hanya ditangkap oleh mereka yang benar-benar mengikuti Fantastic Beasts dan Wizarding World secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, permasalahan yang ada di film-film Fantastic Beasts sebelumnya, yang kemudian menjadi lebih parah di film kedua, kembali muncul. Permasalahan tersebut adalah subplot yang banyak dan membuat cerita di film ini tidak fokus. Rasanya permasalahan yang dihadapi oleh karakter-karakter di The Secrets of Dumbledore dan film-film Fantastic Beasts lainnya dibuat seakan-akan kompleks for the sake of complexity. Sayangnya beberapa subplot yang dibawa dari film sebelumnya ataupun yang baru ditunjukkan di film ini tidak di wrap up secara memuaskan (karena masih ada sequels lain).
Walaupun memiliki poin-poin negatif yang bisa mengganggu enjoyment para penonton, mereka yang melihat Fantastic Beasts sebagai hiburan akan merasa puas. Untungnya, The Secrets of Dumbledore punya poin positif yang lebih banyak dibanding negatifnya. And it's safe to say, The Secrets of Dumbledore adalah improvement ke arah yang baik untuk seri Fantastic Beasts.
ADVERTISEMENT
Isaac William Jefferson Mandagie