Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Review Film Fresh: Ketika Gadis Galau Ketemu Babang Tampan Kanibal
22 April 2022 12:20 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Mungkin benar yang dikatakan pepatah lama, "Cinta kadang ngga pake logika". Kita mungkin akan sibuk bertanya siapa jodoh kota dan mencarinya baik lewat dunia nyata ataupun dunia maya melalui berbagai aplikasi seperti Tinder.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, masalah cinta mungkin tergantung dengan nasib, bila nasibmu baik mungkin kamu bisa mendapatkan jodoh yang baik. Sebaliknya, bila nasibmu apes, bisa jadi kamu akan apes mendapatkan jodoh yang bisa menjadi mimpi buruk seumur hidup.
Ada beberapa kisah cinta yang diidam-idamkan di berbagai negara. Di negara-negara Barat mungkin banyak kaum jomblo yang mengharapkan kisah cinta ala Romeo-Juliet meskipun mungkin tak banyak yang tahu akan akhir cerita mereka yang tragis dan berdarah-darah.
Bagi saya sendiri-separo curhat-membayangkan kisah cinta ala Habibie dan Ainun yang terkenal itu. Sayangnya, terkadang realita tidak seindah mimpi, dan terkadang realitas dapat berubah menjadi mimpi buruk, seperti yang dialami oleh Noa, karakter utama di film Fresh, yang tayang di kanal streaming Hulu.
ADVERTISEMENT
Cewek Galau yang Menjadi Korban Om-om Kanibal
Noa (Daisy Edgar-Jones) sudah lelah dengan setiap laki-laki yang dia temui di aplikasi kencan. Makan malam terakhir bersama laki-laki dari aplikasi kencan berakhir canggung, dan Noa melampiaskannya dengan memukul samsak ketika berolahraga bersama temannya, Mollie (Jonica T. Gibbs).
Malam-malamnya juga diisi dengan menggeser profil-profil laki-laki yang ada di aplikasinya, yang juga berakhir dengan percakapan yang canggung. Hingga akhirnya Noa bertemu Steven (Sebastian Stan) di rak bagian buah di supermarket.
Alur kemudian bergerak dengan cepat ketika Steven mengundang Noa ke rumahnya. Steven kemudian membius Noa dan mengurungnya di ruangan bawah tanah. Noa menyadari kalau Steven ternyata seorang kanibal yang menculik beberapa wanita untuk dimakan. Bersama perempuan-perempuan lainnya yang diculik oleh Steven, Noa harus berjuang menghadapi ketakutan ketika Steven mengambil satu per satu daging mereka.
ADVERTISEMENT
Fresh bisa dikatakan lebih ke arah sajian genre romcom yang semakin jarang ditemui. Meskipun memasang sosok kanibal, Mimi Cave, dalam debut penyutradaraan, tidak menampilkan nuansa thriller yang khas pada film-film bertema serupa seperti The Silence of the Lamb atau The Invisible Man.
Lewat skoring yang disusun oleh Alex Somers, kesan komedi justru lebih terasa lewat lagu-lagu lawas yang disetel oleh sosok Steven, seperti di salah satu adegan ketika dia memasak salah satu korbannya sembari mengikuti lantunan lagu Obsession milik Animotion.
Meski demikian, naskah yang digarap oleh Lauryn Kahn, yang juga dalam debut penulisan, berusaha menyediakan wadah untuk mengeksplorasi thriller di tengah momen romantis Steven-Noa.
Sayangnya, Daisy Edgar-Jones belum semumpuni Anya Taylor-Joy dalam mengekspresikan kengerian yang dialaminya seperti di film The Witch atau Split. Fresh juga bisa jadi membawa penonton teringat di serial Hannibal (2013 - 2015), ketika sosok psikiater itu menyajikan makanan berbahan daging manusia dengan tampilan makanan yang indah. Sebuah tontonan yang tentu tidak cocok dilihat saat menunggu waktu berbuka puasa.
ADVERTISEMENT
Representasi Hubungan Toksik dengan Peran Gender yang Rapuh
Itulah yang dikatakan Mollie ketika Noa melampiaskan kekesalannya pada samsak tinju. Sebuah sindiran halus terhadap konsep princess dalam dunia sinema animasi Disney yang menemani masa kecil tokoh-tokoh perempuannya. Meskipun Disney berupaya menghapus kritikan lewat versi live action tokoh-tokoh putrinya, tak bisa dipungkiri kalau konsep princess ala Disney akan terus bertahan sepanjang satu generasi.
Sindiran bahwa perempuan tidak bisa lepas dari laki-laki seakan menjadi sorotan tersembunyi sepanjang film. Ketika mereka tidak mampu untuk mengatasi kesulitan akibat pihak laki-laki, maka yang dilakukan adalah mendekati sosok laki-laki tersebut, sekeji dan sebrengsek laki-laki itu di hadapan mereka. Hal ini jelas tak lepas dari hubungan toksik yang banyak dialami pada banyak hubungan romantis, ketika pihak perempuan lebih berpihak pada pihak laki-laki meskipun mereka tersakiti.
ADVERTISEMENT
Cave dan Kahn berusaha tidak terjebak akan konsep maskulinitas seperti di film-film princess Disney. Hal ini didorong pula akan latar belakang karakter Noa (dan perempuan-perempuan korban Steven) yang jauh dari keluarga. Mereka akhirnya harus berusaha sendiri sebelum bagian demi bagian tubuh mereka habis dimakan oleh Steven tanpa bergantung sosok pangeran berkuda putih (baca: representasi sosok pria) yang bisa menolong mereka.
Fresh bisa jadi hanya sebuah sajian romcom berbalut thriller sebagai upaya menghadirkan kembali genre yang tidak lagi dilirik oleh kebanyakan penonton. Tidak ada lagi sosok yang menderita penyakit kronis atau manic pixie girl/boy yang tidak realistis. Dengan segala keabsurdan dalam filmnya, Fresh seakan menunjukkan kalau film bergenre romcom harus semakin inovatif apabila tidak ingin tenggelam dalam hiruk pikuk genre superhero atau banjir sekuel yang semakin membanjiri watchlist penonton masa kini.
ADVERTISEMENT
Luthfi Adnan