Review Film In The Heights: Fiesta Berupa Film Musikal

Konten Media Partner
16 Juni 2021 13:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Review Film In The Heights: Fiesta Berupa Film Musikal
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film In The Heights menjadi film kesekian yang akhirnya rilis di layar lebar setelah sempat tertahan COVID-19 sepanjang tahun 2020. Disutradara Jon M. Chu (Crazy Rich Asians, Step Up), In The Heights adalah adaptasi pentas musikal Broadway berjudul sama karya Quiara Alegria Hudes dan Lin-Manuel Miranda (Hamilton).
ADVERTISEMENT
Digadang-gadangkan bisa masuk Academy Awards tahun depan, kisah In The Heights disampaikan dari sudut pandang Usnavi (Anthony Ramos), pemilik Bodega di bilangan Washinton Heights, New York. Lahir dan besar di Amerika, Usnavi memiliki impian kembali ke kampung halaman keluarganya di Republik Dominika dan melanjutkan bisnis bar ayahnya di sana.
Mewujudkan hal tersebut ternyata tidak segampang pikiran Usnavi. Pendapatan dari Bodega tak cukup untuk menyokong impiannya. Di saat bersamaan, Washington Heights perlahan mulai hilang oleh gentrifikasi yang ikut mengancam bisnis Usnavi dan teman-temannya. Apa yang terjadi selanjutnya tak terhindarkan, Usnavi harus mengalihkan fokus dari Dominika ke misi melindungi Washington Heights dari ancaman para pengusaha kaya.
Usnavi tidak sendiri. Ia memiliki lingkaran sosial yang mewakili segala aspek di Washington Heights. Di Bodega, misalnya, ada Sonny (Gregory Diaz) yang merupakan aktivis sosial. Di komunitas perempuan ada Vanessa (Melissa Barrera), kekasih Usnavi dan juga beautician di sebuah salon dengan pelanggan-pelanggan yang tahu semua gossip terkini. Tak ketinggalan sesepuh Washington Heights, Abuela Claudia (Olga Merediz), yang mampu menggerakkan warga semudah menjentikkan jarinya.
ADVERTISEMENT
Bersama-sama Usnavi, mereka semua berjuang untuk mempertahankan Washington Heights dari perubahan permanen yang akan menghapus identitas uniknya. Washington Heights bukan sekedar permukiman, tetapi melting pot, tempat bercampurnya warga dan budaya Dominika, Kuba, Puerto Rico, serta negara-negara Amerika latin lainnya.
Film In The Heights
Sutradara Jon M. Chu memborong semua energi dan unsur yang ada di pentas Broadway-nya ke adaptasi berupa film musikal ini. Hasilnya adalah film yang tidak hanya kaya dan berkarakter secara audio serta visual, namun juga mampu menampilkan kebudayaan Amerika Latin yang begitu beragam.
Washington Heights terasa vibran di film ini. Tiap sudut kota dan landmark tidak hanya disorot dengan cantik, namun juga tampak hidup dengan warga-warga multi-budaya, multi-generasi, berkumpul di sana untuk beraktivitas bersama (termasuk bernyanyi bersama) ataupun sekedar bertukar gossip terbaru soal apa yang terjadi di New York City.
ADVERTISEMENT
Agar terasa lebih immersif, In The Heights tidak menampilkan semua dialog dalam Bahasa Inggris. Banyak dialog mempertahankan bahasa latin dan dialek lokal agar kehidupan Washington Heights pada film berdurasi 2 jam 23 menit ini terasa lebih real. Tentu hal tersebut juga dilengkapi Jon M. Chu dengan bumbu-bumbu isu yang kerap dialami warga di sana mulai dari isu strata sosial, kewarganegaraan, hingga rasisme.
Kami akui, mengatakan New York City "hidup" di In The Heights memang hal klise. Banyak film yang melakukan hal serupa, menampilkan betapa uniknya NYC sebagai melting pot berbagai budaya dan imigran. Namun, In The Heights memiliki caranya sendiri untuk memperlihatkan bagaimana penggambaran Washington Heights-nya berbeda dibanding film-film lainnya. Dalam hal tersebut, In The Heights menggunakan elemen musikalnya.
ADVERTISEMENT
Saat musik mulai berbunyi, In The Heights makin bersinar. Via score dan koreografi yang digarap serius, film ini apik membangun suasana festive yang mampu mengajak penonton ikut menari dan menyanyi bersama. Bagi penonton yang hapal liriknya atau sudah pernah menonton langsung pentas In The Heights, kami jamin akan tergoda untuk bernyanyi di beberapa adegan musikalnya. In The Heights penuh akan musical emotions. Acungan jempol patut diberikan pada Lin-Manuel Miranda untuk hal tersebut.
Kepiawaian Lin-Manuel Miranda menyusun musical numbers memang kentara di film ini. Pentolan Hamilton itu memastikan setiap karakter memiliki musical number yang didesain khusus untuk mendefinisikan diri serta kisah mereka. Hasilnya, tiap karakter yang berada di Washington Heights memiliki kesempatan untuk bersinar sekaligus menegaskan bahwa kisah In The Heigths bukan milik Usnavi dan Vanessa berdua. In The Heights adalah soal komunitas.
Film In The Heights
Demi menjaga kualitas dari musical numbers yang sudah digarap ulang untuk film ini, duo Quiara Alegria Hudes dan Lin-Manuel Miranda melibatkan semua penari dan extras yang terlibat dalam pentas musikal Broadway-nya. Hasilnya sesuai ekspektasi, In The Heights versi film tidak kehilangan jiwa atau keunikan yang dimiliki versi Broadway-nya. Bahkan, dalam beberapa hal, lebih impresif berkat dukungan sinematografi dan setting yang lebih terbuka dibanding panggung musikal.
ADVERTISEMENT
Kehadiran elemen-elemen dari produksi teater tak ayal membuat pemeran-pemeran asli In The Heights juga jadi ikut hadir di film ini. Lin-Manuel Miranda, yang di versi Broadway berperan sebagai Usnavi, hadir di film sebagai penjual Piragua. Christopher Jackson, pemeran Benny di teater, hadir sebagai salah satu warga. Hanya pemeran Abuela Claudia, Olga Merediz, yang hadir kembali untuk peran yang sama.
Dengan segala kekayaan yang dimilikinya, bukan berarti In The Heights bebas masalah. Banyaknya karakter dan musical numbers di film ini terkadang bisa terasa sangat overwhelming dan berlebihan. Momen-momen di mana penonton bisa menarik nafas dan memahami karakter-karakternya tanpa harus melalui tarian dan nyanyian berlalu dengan begitu cepat.
Bagi mereka yang gemar akan film musical, hal itu mungkin bukan masalah. Bagi yang tidak terbiasa dan musical hanyalah sebuah selingan, In The Heights bisa terasa seperti dipanjang-panjangkan untuk menunda klimaksnya, soal perkara gentrifikasi. Masalah atau tidaknya kekurangan ini kembali ke penonton.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, In The Heights merupakan film musikal terbaik 2021. Seperti kultur yang direpresentasikan, film ini sangat bombastis dan penuh warna, dibalut dengan rangkaian musikal yang enak didengar dan pastinya akan membuatmu langsung memainkan albumnya setelah keluar dari bioskop. Lin-Manuel Miranda memang memiliki kaliber suara yang tidak sebagus teman-temannya, tapi sebagai penulis lagu ia memang juara.
FAHREZA PURNAMA, ISTMAN M.P.