Review Film 'In The Tall Grass', Ketika Padang Rumput Jadi Horor

Konten Media Partner
7 Oktober 2019 14:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cuplikan film In The Tall Grass (Foto: Netflix)
zoom-in-whitePerbesar
Cuplikan film In The Tall Grass (Foto: Netflix)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Netflix mengadaptasi karya penulis novelet horor legendaris, Stephen King, yang berjudul In The Tall Grass. Bercerita tentang 6 orang yang tidak saling kenal satu sama lain terjebak di dalam rawa-rawa yang rumputnya tinggi di daerah Kansas.
ADVERTISEMENT
Kita diperkenalkan pertama kali kepada Becky yang sedang hamil dan saudaranya, Cal, yang sedang mengemudi menuju San Diego. Mereka berdua terhenti karena Becky mendengar seorang anak lelaki meminta tolong di dalam rawa-rawa yang rumputnya tinggi-tinggi tersebut.
Kemudian, mereka berdua tersesat dalam pencarian seorang anak lelaki yang meminta tolong. Sedikit demi sedikit, Becky sadar kalau ada yang aneh dengan padang rumput ini. Nantinya, satu per satu mereka akan dipertemukan dengan Ross dan Natalie, kedua orang tua dari Tobin yang meminta tolong pada Becky dan Cal.
Perlahan-lahan, rahasia dari rawa-rawa tersebut mulai terungkap hingga sampai menghilangkan nyawa salah seorang dari yang terjebak di rawa-rawa tersebut. Bukan rawa-rawanya yang membunuh, tapi orang di dalamnya yang dipengaruhi secara magis oleh rawa-rawa tersebut hingga menjadi psikopat.
ADVERTISEMENT
Sedikit berbeda dengan novelnya, sang sutradara, Vincenzo Natali, mengubah alur ceritanya menjadi semacam time looping. Bedanya, konsep time looping di sini tidak mengenal konsep paradox sama sekali.
Karena ini adalah film horor, tentunya elemen horor menjadi nilai utamanya. Sayangnya, film ini setara dengan Pet Semetary, yang mana horornya tidak terlalu ditunjukan. Apalagi CGI rumput yang bergerak-gerak sangat mengganggu sekali dalam visual di film ini.
Patrick Wilson sebagai Ross (Foto: Netflix)
Padahal film ini sudah memakai Patrick Wilson untuk memancing para penonton di trailer, sayangnya perannya di film ini tidak membantu sama sekali.
Mulai dari second act, film ini mulai terlihat kekurangannya dalam karakterisasi setiap karakter. Sehingga, plot berjalan dengan sangat menganggu dan terkesan pretensius.
Overall, In The Tall Grass masih layak ditonton sebagai popcorn movies saja. Cerita yang fresh tapi kurang dieksekusi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Penulis: Andri