news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Review Film Just Mom: Keluarga, Sakit Jiwa, dan Ibu yang Kesepian

Konten Media Partner
30 Januari 2022 11:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Just Mom (Sumner: Instagram/@filmjustmom)
zoom-in-whitePerbesar
Just Mom (Sumner: Instagram/@filmjustmom)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film Just Mom sukses membuat kami kangen ibu di kampung. Tidak disangka sutradara Jeihan Angga, yang terkenal lewat komedi Mekkah I'm Coming, bisa menggarap film yang memicu perenungan soal hubungan ibu dan anak serta sejauh apa mereka siap bertindak untuk satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Film ini sendiri berangkat dari fenomena umum di mana banyak anak melupakan orang tuanya ketika mereka sudah sukses atau sibuk bekerja. Banyak dari kasus-kasus itu berujung pada orang tua yang kesepian dan akhirnya meninggal seorang diri. Namun, ada juga kasus-kasus di mana orang tua akhirnya menerima orang baru dalam kehidupan mereka dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Just Mom mengacu pada kasus kedua.
Kisah Just Mom disampaikan dari sudut pandang Ibu Siti yang diperankan aktris veteran Christine Hakim. Kesepian ditinggal sebagian besar anak-anaknya, ia memutuskan untuk mengadopsi perempuan gelandangan dengan gangguan kejiwaan. Perempuan itu bernama Murni, diperankan oleh aktris Ayu Shita.
Ayushita Sebagai Murni (Sumber: Dok. GoodWork Indonesia)
Sebelum mengadopsi Murni, Siti menemukannya dalam keadaan terlantar di jalanan. Tidak berhenti di situ, Siti juga sedang hamil tua dan tak jelas siapa bapak dari anaknya. Iba, Siti langsung mengajak Murni ke rumahnya, merawatnya. Waktu berlalu, tanpa Siti sadari, ia sudah memperlakukan Murni seperti anaknya sendiri.
ADVERTISEMENT
Tak butuh waktu lama sampai kabar 'adopsi' itu sampai ke telinga anak-anak Siti. Mereka menentang keras keputusan Siti yang ternyata juga sedang mengidap kanker stadium tinggi. Namun, Siti bertahan dengan keputusannya, melihat Murni sebagai jawaban atas kesepiannya selama ini.
Di atas kertas, premis dasar Just Mom sebenarnya tidak baru-baru amat. Sudah ada ratusan film yang mengangkat tema serupa, mostly memiliki kata "Ibu" dan variannya dalam judulnya.
Treatment ceritanya pun terbilang klise, seperti kebanyakan film drama keluarga. Beberapa contohnya, ada adegan family time, flashback, dan konflik internal yang mudah ditebak. Penonton kami jamin tak akan kesulitan untuk menebak apa yang akan terjadi dari satu adegan ke adegannya lainnya.
ADVERTISEMENT
Christine Hakim sebagai Siti (Sumber: Just Mom)
Dengan segala hal yang umum tersebut, lalu apa yang unik dari Just Mom? ya hubungan antara Siti dan Murni, orang yang waras dengan orang yang menderita gangguan kejiwaan.
Just Mom menunjukkan bagaimana kasih seorang ibu bisa tak mengenal batas. Mau anaknya gila ataupun normal, selama ada ikatan emosional, seorang ibu akan melakukan apapun untuk melindungi dan menyayangi anak tersebut.
Akting luar biasa dari Chrsitine Hakim dan Ayushita mendukung hal tersebut. Mereka merupakan senjata bagi film ini. Ucapan dan gerak gerik Christine Hakim, yang kerap disorot secara close up, membuat kami teringat akan Ibu di rumah. Ayushita, di satu sisi, juga berhasil memerankan ‘orang gila’ tanpa terlihat overacting.
ADVERTISEMENT
Hal yang sungguh disayangkan, eksplorasi hubungan antara ibu yang normal dan anak dengan gangguan kejiwaan itu hanya sebatas di permukaan saja. Tidak diperlihatkan juga secara detil bagaimana situasi mendorong keduanya bertemu dan menjadi 'ibu-anak'. Jika alasannya hanya karena kesepian, Siti sejatinya juga tidak sendiri-sendiri amat. Ia memiliki asisten rumah tangga yang menemaninya.
Kesedihan di tiap adegan juga berdurasi terlalu singkat. Tak sedikit yang berlalu begitu saja tanpa meninggalkan hal yang berkesan.
Akhir kata, walaupun hubungan ibu dan anak penderita gangguan kejiwaan tersebut tidak dibahas secara deep, Just Mom tetaplah film yang sukses memicu perenungan soal kasih ibu. Kisahnya mudah diterima (jika tak ingin dikatakan predictable) dan tak terkesan preachy. Last but not least, akting super Christine Hakim dan Ayushita sukses menggiring kami tetap menonton hingga akhir.
ADVERTISEMENT
INZAGHI