Konten Media Partner

Review Film Ngeri-ngeri Sedap: Sangat Batak dan Bikin Kangen Kampung

28 Mei 2022 11:58 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Belum sempat rehat dari film Just Mom dan Gara-gara Warisan, kini Indonesia kembali dibuat banjir air mata dan tawa lewat film Ngeri-ngeri Sedap. Tak disangka Bene Dion, yang basicnya seorang komika, mampu menyuguhkan drama-family yang tidak hanya sarat akan komedi tetapi juga menyentuh hati. Di satu sisi, Ngeri-ngeri Sedap semakin mempertegas bahwa komika-komika Indonesia punya bakat tersembunyi sebagai sutradara.
Ngeri-ngeri Sedap (Sumber: @imajinari)
zoom-in-whitePerbesar
Ngeri-ngeri Sedap (Sumber: @imajinari)
Ngeri-ngeri sedap sendiri adalah curahan hati Bene tentang keluarga, adat, dan segala peraturannya. Ia mencoba memberikan perspektif bagaimana sulitnya menjadi seorang anak Batak yang merantau dan diharapkan menjadi kebanggaan orang tua. Bagi Bene, seharusnya keluarga menjadi tempat berbagi, bukan hanya menuntut tetapi juga mendengar satu sama lain. Keresahan seperti inilah yang dituangkan Bene lewat kisah keluarga Pak Domu dan Mak Domu.
ADVERTISEMENT
Pak Domu (Asrwendy Bening Swara Nasution) dan Mak Domu (Tika Panggabean) dikisahkan sebagai keluarga asli Batak yang berhasil membesarkan keempat anaknya. Anak-anak itu adalah Domu (Boris Bokir), Sharma (Gita Bebhita), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel). Dari keempatnya, Sharma satu-satunya yang tinggal bersama Pak dan Mak Domu sementara anak yang lain memilih merantau ke Jawa.
Awalnya semua baik-baik saja di keluarga Domu. Namun, lama kelamaan, segalanya berubah ketika anak-anak Pak dan Mak Domu mulai jarang pulang ke kampung. Ketika dihubungi dan diminta untuk pulang, anak-anak mereka menolak karena masih punya kesibukan masing-masing, padahal Pak dan Mak Domu sudah kangen berat.
Domu sebagai anak pertama merupakan seorang pegawai BUMN yang sedang mempersiapkan pernikahannya dengan wanita sunda. Gabe sedang menikmati pekerjaannya sebagai pelawak yang terkenal. Sahat, anak bungsu, lebih memilih mengurus kakek tua daripada kedua orang tuanya.
Keluarga Domu (Sumber: @bene_dion)
Gemas karena ketiga putranya tak kunjung pulang, Pak dan Mak Domu akhirnya mengambil langkah ekstrim, pura-pura cerai. Tak disangka keduanya, strategi itu sukses, anak-anak langsung pulang kampung semua. Namun, di balik kesuksesan itu, ada masalah besar menanti mereka semua.
ADVERTISEMENT
Jika ditanya apa keberhasilan pertama Bene Dion di Ngeri-ngeri Sedap, jawabannya adalah atmosfer. Atmosfer dan suasana khas kampung Sumatera Utara sangat terasa di film ini mulai dari Danau Toba, Rumah Bolon (rumah adat Batak), upacara adat, makanan tradisional, hingga lagu-lagu batak yang mengiringi setiap transisi adegan.
Bene Dion pun tidak melupakan detai-detail kecil seperti sound effect air mengalir yang menguatkan kesan rumah keluarga Domu benar-benar di pinggir Danau Toba. Bagi kalian yang orang Batak, menonton Ngeri-ngeri Sedap adalah salah satu cara untuk mengobati rasa rindu.
Tak berhenti di situ, interaksi dan guyonan di Ngeri-ngeri Sedap pun khas orang Batak. Beberapa komedinya memang agak stereotipikal, tapi tetap mengundang decak kagum dari penulis. Komedinya menyatu betul dengan kisah drama keluarga Batak yang hendak disampaikan.
ADVERTISEMENT
Walaupun cukup kental dengan kultur Batak, rest assured kisah Ngeri-ngeri Sedap tetap accessible dan relatable untuk ras dan suku manapun. Segala dinamika keluarga besar dengan berbagai masalahnya pun terepresentasikan dengan baik dan realistis. Salah satu yang sangat mengena di hati penulis adalah hubungan canggung antara anak lelaki dan ayah yang penuh ekspektasi tinggi. Penggambarannya apik.
Delivery cerita berlatar Batak tersebut tentunya tak lepas dari jasa dan chemistry para pemeran, terutama Arswendy sebagai Pak Domu dan Tika sebagai Mak Domu. Pasalnya, mereka berhasil memerankan sosok suami istri yang convincing meski dalam dunia nyata umur mereka terlampau cukup jauh.
Dengan segala kelebihannya, Ngeri-ngeri Sedap masih menyimpan titik lemah pada aspek narasinya. Susunan tiga tahap cerita Ngeri-ngeri Sedap sebetulnya sangat rapi. Pace-nya pun tidak terburu-buru, membuat penonton mudah mencerna tentang masalah apa yang terjadi di dalam keluarga Pak dan Mak Domu. Hanya saja, ada beberapa adegan yang redundant dan menoton hingga membuat jalan ceritanya, terkadang, terasa bertele-tele.
ADVERTISEMENT
Overall, film Ngeri-ngeri Sedap menyumbang warna lain bagi pefilman Indonesia yang mengangkat tema budaya daerah dan adat, khususnya Batak. Film ini merupakan sebuah kritik bahwa tidak selamanya manusia harus terus mengikuti adat yang bisa jadi malah mengekang. So far, Ngeri-ngeri Sedap menjadi salah satu film terbaik Indonesia tahun ini yang patut disaksikan di bioskop.
Rizky Inzaghi