Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Film Perburuan, Kisah Romansa Perjuangan yang Serba Tanggung
16 Agustus 2019 15:01 WIB
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Dua film adaptasi novel menghiasai layar lebar Indonesia pekan ini. Uniknya, dua film tersebut diangkat dari novel karya penulis yang sama, Pramoedya Ananta Noer.
ADVERTISEMENT
Satu dari dua film tersebut berjudul Perburuan, yang diadaptasi dari novel berjudul sama yang diterbitkan pada tahun 1950. Film Perburuan sendiri menceritakan soal Hardo (Adipati Dolken) yang merupakan seorang Shodancho (Komandan Peleton) PETA.
Dimulai dari Hardo dan anak buahnya yang ikut serta dalam pemberontakan PETA, namun pemberontakan tersebut gagal dan Hardo menjadi buronan.
Hardo yang diburu oleh tentara Jepang karena dianggap berkhianat kepada Nippon, harus bersembunyi di hutan dan goa. Cerita perjuangan melawan penjajah tersebut diselipi dengan romansa dalam bentuk flashback antara Hardo dan Ningsih (Ayushita) yang merupakan tunangannya.
Namun, kedekatan antara Hardo dan Ningsih disajikan dengan waktu yang singkat dan seolah tanpa benang merah dengan cerita perjuangan yang disajikan di awal.
ADVERTISEMENT
Ningsih baru memainkan peran penting di dalam plot, menjelang cerita di film ini berakhir.
Proses 'perburuan' Hardo oleh tentara Jepang juga lebih banyak ada di akhir film. Pertengahan film ini justru lebih diisi dengan karakter Hardo sendiri saat masa pelarian.
Mulai dari Hardo yang mulai berhalusinasi di dalam goa, hingga cerita soal orang tua Hardo yang terkena imbas dari pemberontakan dan pelariannya.
Cerita perjuangan dan romansa yang serba tanggung ini mungkin saja disebabkan durasi film yang hanya 98 menit, tidak cukup untuk menggambarkan dengan jelas peristiwa yang ada di novelnya.
Untuk penonton yang tidak membaca bukunya, mungkin akan bingung di awal film ini soal plot cerita akan dibawa ke arah mana. Tetapi film ini tetap bisa dinikmati oleh penonton yang tak membaca novelnya, terutama untuk yang menyukai film yang diadaptasi dari karya sastra Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kalimat-kalimat puitis dan bermakna filosofis tentu menjadi bumbu tersendiri.
Meski terasa tanggung dari segi cerita, film Perburuan tetap punya kelebihan tersendiri. Setting waktu malam hari yang cukup banyak di film ini, divisualisasikan dengan sangat baik.
Adegan-adegan di malam hari tergambar indah secara visual, bahkan bisa dibilang lebih bagus dari adegan malam hari serial Game of Thrones di season 8.
Penulis: Abdurrahman Ranala