Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Review Film The 355: Girl Power Tanpa Cerita yang Proper
12 Januari 2022 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film The 355 menjadi percobaan Universal Studio untuk memiliki franchise film mata-mata baru setelah franchise Jason Bourne yang mandek. Tidak tanggung-tanggung, berbagai aktris besar diajak mulai dari Jessica Chastain , Lupita Nyong'O, Diane Kruger, hingga Fan Bing Bing yang akhirnya kembali ke layar lebar setelah lama vakum.
Sayangnya, film yang diproduseri aktris Jessica Chastain ini tak punya unique selling point yang benar-benar menonjol selain punya treatment cerita ala film superhero ensemble. Hal itu diperburuk dengan penyampaian cerita yang berantakan. The 355, pada akhirnya, menjadi film mata-mata yang menekankan girl power, tapi tak punya delivery yang proper.
ADVERTISEMENT
Kisah film The 355, seperti standar globe-throttling espionage movie, menceritakan upaya pencegahan kasus teror level dunia. Plot device-nya kali ini sebuah senjata rahasia berupa flash drive. Flash drive itu bukan USB stick biasa, tetapi gawai yang mampu memanipulasi apa saja yang online mulai dari jaringan listrik hingga pesawat terbang.
Untuk mencegah flash drive itu disalahgunakan, para mata-mata tangguh (dan satu psikolog) dari berbagai organisasi telik sandi berkumpul bak Avengers. Mereka adalah mata-mata CIA Mace (Jessica Chastain), hacker MI6 Khadijah (Lupita Nyong'O), mata-mata BND Marie (Diane Kruger), Mata-mata Kolombia Graciela (Penelope Cruz), dan mata-mata Cina Lin Mi Sheng (Fan Bing Bing).
Seperti dikatakan tadi, mereka berkupul bak Avengers. Awalnya para mata-mata itu bukannya menjadi rekanan, tapi bermusuhan. Masing-masing merasa lebih berhak bertanggung jawab atas Flash Drive yang diincar.
ADVERTISEMENT
Semua berawal ketika Mace dan rekannya, Nick, ditugasi untuk menyamar sebagai sepasang pengantin baru yang akan bertemu dengan agen intelejen dari Kolombia, Luis Rojas. Rojas memiliki Flash Drive yang diincar.
Transaksi berjalan tak sesuai harapan. Marie membajak transaksi tersebut. Ia juga menginginkan Flash Drive. Graciela, yang merupakan rekan Luis, jadi ikut memperebutkannya, menyakini Flash Drive itu tak lagi aman. Khadijah, agen MI6, ikut-ikutan pula. Apa yang terjadi selanjutnya adalah kucing-kucingan penuh laga hingga mereka semua menyadari bahwa tujuan mereka sama.
Film yang disutradarai Simon Kinberg (X-Men: Dark Phoenix) ini dipenuhi dengan darah dan bunyi tembakan. Dari awal sampai pertengahan, film dipenuhi scene kejar-kejaran yang membuat lelah untuk ditonton. Pengambilan gambar dan pengeditannya juga tidak sempurna, diperburuk dengan penyampaian cerita yang memusingkan dan agak sulit dipahami.
ADVERTISEMENT
Ya, film The 355 memang berhasil mengumpulkan para perempuan-perempuan badass yang siap keliling dunia untuk beraksi bak super spy. Sayangnya, delivery yang buruk mulai dari cerita yang kurang engaging hingga laga yang sulit diikuti membuat The 355 menambah panjang daftar film-film spy yang underwhelming.
Astri Bidarlia