Review Film The Gray Man: Cerita Generik Seorang Agen Rahasia

Konten Media Partner
1 Agustus 2022 8:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film The Gray Man (Foto: Netflix)
zoom-in-whitePerbesar
Film The Gray Man (Foto: Netflix)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film The Gray Man datang dari sutradara Joe dan Anthony Russo, dua sosok dibalik kesuksesan Avengers: Infinity War (2018) dan Avengers: Endgame (2019). Film original milik Netflix ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama, karya Mark Greaney yang rilis pada 2009 lalu.
ADVERTISEMENT
Film ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 2011. Pada saat itu, James Gray awalnya ditunjuk menjadi sutradara, dengan Brad Pitt dan Charlize Theron sebagai bintangnya. Karena lama tertunda, proyek yang memiliki budget mencapai 200 juta USD (3 triliun rupiah) ini akhirnya diambil alih oleh Russo Brothers.
Menggaet nama-nama besar seperti Ryan Gosling, Chris Evans, dan Ana de Armas, pasti akan menjadi daya tarik tersendiri bagi film ini. Belum lagi di belakang layar, terdapat dua nama yang punya reputasi mentereng dalam menggarap film-film Marvel Cinematic Universe. Para penonton sudah pasti akan punya ekspektasi yang cukup tinggi untuk film bergenre action thriller ini.
The Gray Man bercerita tentang Court Gentry (Ryan Gosling), seorang napi yang direkrut oleh pejabat CIA bernama Donald Fitzroy (Billy Bob Thornton). Jika ingin bebas, ia harus menjadi agen sekaligus pembunuh bagi program Sierra. Court akhirnya menerima tawaran tersebut dan kini mengambil nama sandi “Six”.
ADVERTISEMENT
Belasan tahun kemudian, Six sedang menjalankan sebuah misi di Bangkok. Bekerja sama dengan agen Dani Miranda (Ana de Armas), Six diperintahkan untuk membunuh target yang diduga akan menjual informasi rahasia dan bisa mengancam keamanan nasional.
Tepat sebelum tewas, sang target mengungkap dirinya yang juga bagian dari program Sierra. Ia memberikan Six sebuah drive berisi bukti gelap atasannya, Denny Carmichael (Regé-Jean Page). Ironinya, Carmichael adalah orang yang sekarang menggantikan posisi Donald dan ingin menghabisi seluruh agen Sierra.
Six menempuh jalan lain dan ingin membocorkan rahasia tersebut. Carmichael kemudian mengutus rekannya Suzanne Brewer (Jessica Henwick) untuk bekerja sama dengan tentara bayaran Lloyd Hansen (Chris Evans). Lloyd sendiri adalah mantan agen CIA yang sangat sosiopat. Aksi kucing-kucingan antara Six dengan Lloyd pun dimulai.
ADVERTISEMENT

Review Film The Gray Man

Film The Gray Man (Foto: @ana_d_armas)
Secara garis besar, cerita The Gray Man merupakan duplikasi dari franchise Jason Bourne. Yaitu menampilkan seorang agen rahasia yang membelot dan membawa rahasia gelap petingginya. Apalagi tidak adanya plot twist di film ini, membuatnya semakin klise. Alhasil alur ceritanya pun predictable, dengan Six yang awalnya jagoan kini menjadi buronan.
Ketika Six harus menyelamatkan keponakan Donald, Claire Fitzroy (Julia Butters), lagi-lagi plot ini semakin membuat The Gray Man terasa generik. Rumusan klasik yang terkadang berhasil membuat film menjadi menarik, tapi kurang pas dilakukan untuk The Gray Man. Alih-alih tensi cerita yang seharusnya semakin menggigit, justru malah melempem mendekati penghujung film.
Joe dan Anthony Russo sebenarnya mampu memberikan cerita di film sejenis dengan lebih apik. Mereka berhasil membuat teka-teki yang cukup kompleks untuk Captain America: The Winter Soldier (2014). Menunjukkan sebuah konspirasi dan intrik politik yang tajam, meskipun dibalut dengan nuansa superhero. Sayang, sensasi itu belum dihadirkan di film ini.
ADVERTISEMENT
Chris Evans berhasil mematahkan image karismatiknya sebagai Captain America, dengan menjadi antagonis yang menyebalkan. Meskipun sisi sosiopatnya sudah ditunjukkan saat menyiksa korban dan memburu Six, hal itu masih terasa dangkal dan kurang mengintimidasi penonton. Justru Lloyd cenderung kekanak-kanakan di dunia secret agent. Duel head to head antara Lloyd dengan Six juga memiliki porsi yang banyak.
Ryan Gosling tampil cukup memukau, walaupun perawakannya kurang meyakinkan dan misterius sebagai agen rahasia. Karakter Six belum memberikan kesan, jika dibandingkan dengan John Wick atau James Bond.
Di sisi lain, Ana de Armas membuktikan sekali lagi bahwa dia punya potensi yang besar sebagai aktris laga. Penampilan singkatnya di No Time To Die (2021) dan The Gray Man ini, menunjukkan bahwa dia punya screen presence yang luar biasa. For your information, Ana de Armas kabarnya akan membintangi spin-off dari film John Wick yang berjudul Ballerina.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari minor pada plot cerita, budget 200 juta dolar tetap dimaksimalkan penuh untuk fighting sequences di film ini. Banyak aksi yang dilakukan dalam skala besar seperti duel ekstrem di udara, tembak-tembakan di monumen bersejarah, ledakan di area pemukiman, sampai hancurnya trem di tengah kota Praha. Semua elemen tersebut berhasil menunjukkan megah dan mahalnya film ini.
Overall, The Gray Man belum mampu menawarkan sisi lain dari dunia agen rahasia. Masih terpaku pada template di film sejenis yang sudah ada. Tapi, berbagai aksi gila di film ini tetap berhasil ditampilkan. Di samping itu, sekuel film ini sudah dikonfirmasi akan berlanjut. Penulis berharap kesempatan itu dimaksimalkan penuh dengan menggarap cerita yang lebih spesial.
ADVERTISEMENT
Rakha Syahid Yundhika