Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Review Film The Roundup: Kembalinya Polisi Sangar dari Geumcheon
4 Juni 2022 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Setelah sukses dengan film The Neighbor (2012), Train to Busan (2016), dan terakhir Eternals (2021) yang menjadi debutnya di Hollywood, aktor Ma Dong Seok aka Don Lee kembali lewat film The Roundup. The Roundup sendiri adalah sekuel dari The Outlaws (2017) di mana Ma Dong Seok berperan sebagai detektif sangar dan begajulan, Ma Seok-Do, di kota Geumcheon.
Formula ceritanya relatif masih sama dengan film pertamanya. Tanpa basa–basi, di menit–menit awal kita langsung diperkenalkan pada sang villain yang menjalankan aksinya di Vietnam. Dari sana, baru kemudian kita diperlihatkan (lagi) aksi heroik Detektif Ma Seok-Do (Ma Dong Seok). Dengan tinju mautnya, Ma Seok-Do disebut-sebut mampu mengirim siapapun musuhnya ke akhirat dengan sekali pukul.
ADVERTISEMENT
Berlatar tahun 2008, empat tahun setelah peristiwa event The Outlaws, Detektif Ma Seok-Do dan Kaptennya Jeon (Choi Gwi-hwa) ditugaskan ke Ho Chi Minh, Vietnam, untuk menangkap dan megekstradisi buronan Korea Selatan yang lari ke sana. Buron itu bernama Kang Hae-Sang (Son Seok-koo), pria kejam yang tega menculik dan membunuh para turis Korea Selatan demi uang tebusan.
Seperti biasa, Ma Seok-Do mendapati misinya tidak berjalan mudah. Pihak ketiga ikut campur dalam misinya dan memperkeruh situasi. Ia adalah konglemerat Korea sekaligus ayah dari korban Kang yang ingin membalas kematian anaknya.
Tidak hanya formula ceritanya relatif sama, kombinasi buddy cop serta action comedy pun dipertahankan di The Roundup. Kombinasi konyol Ma Dong Seok dan Choi Gwi-hwa bakal membuat penonton terpingkal-pingkal sepanjang film dan hal itu diperkuat chemistry di antara keduanya.
ADVERTISEMENT
Laganya sendiri tetap hiperbolis. Tiap kali Detektif Ma melempar pukulan, kita disuguhi efek suara yang menggelegar dan menggetarkan layaknya One Punch Man versi dunia nyata. Bahkan hantaman tangannya di meja menggetarkan satu studio tempat penulis menonton.
Meski unsur komedinya tetap dikedepankan, jangan khawatir, villain di film ini tidak dibuat konyol. Setiap kali Kang muncul, ketegangan langsung naik. Ia beringas, sadis, dan tak segan membacok siapa saja yang menghalangi aksinya. Siap-siap saja, ada banyak aksi Kang yang bikin ngilu ketika ditonton. Son Seok-koo, yang sebelumnya tampil sebagai Mr. Gu di The Liberation Notes, sukses menjadi sosok yang mengerikan.
Sayangnya, pertarungan antara brute force Detektif Ma dengan licinnya Kang tidak didevelop dengan baik. Sepanjang film, kucing-kucingan keduanya lebih berorientasi fisik daripada taktik. Detektif Materasa seperti miskin taktik dalam mengejar dan menyergap Kang. Ia bahkan lebih sering kewalahan dan terlambat datang ke TKP dibanding mengkonfrontir Kang langsung akibat penyelidikan yang bertele-tele.
ADVERTISEMENT
Karakterisasi Detektif Ma sendiri juga kurang terdevelop, one dimensional. Penulis bisa paham bahwa karakternya coba dihadirkan sebagai sosok polisi yang no nonsense, namun hal itu malah membuat karakterisasinya flat. Problemnya bukan pada akting Ma Dong Seok, tetapi lebih pada scriptnya.
Perlu digarisbawahi, kekurangan dan kesederhanaan dari alur cerita The Roundup lumayan tertutupi oleh daya hibur yang luar biasa, terutama dalam sequence aksinya. Tidak heran, film yang disutradadai oleh Lee Sang-yong (Alive, Free Fall) ini sukses besar di box office Korea Selatan dengan menembus angka lebih dari 6 Juta penonton (hingga tulisan ini dibuat) mengejar capain film pemenang Oscar, Parasite.
Jika kalian belum menonton film pertamanya, The Outlaws, film ini masih sangat layak untuk diikuti. Selain karena kasusnya berbeda dan ceritanya berdiri sendiri tanpa punya keterkaitan dengan jilid sebelumnya, beberapa karakter lawas yang kembali di sini pun latar belakanganya disinggung kembali. Sehingga penonton dapat menerka dan tak perlu kebingungan. Untuk hiburan akhir pekan yang bernuansa laga, film ini bisa dicoba.
ADVERTISEMENT
FATHIN