Review Film The Suicide Squad: Ladang Pembantaian dari James Gunn

Konten Media Partner
6 Agustus 2021 20:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The Suicide Squad (Foto: DC)
zoom-in-whitePerbesar
The Suicide Squad (Foto: DC)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - The Suicide Squad adalah perubahan besar-besaran, sebuah revolusi apabila dibandingkan dengan prekuelnya yang disutradarai David Ayer. Sutradara James Gunn (Guardians of The Galaxy Vol. 1 and 2), tanpa tanggung-tanggung, membuang banyak hal yang ada pada Suicide Squad pertama dan hanya mempertahankan konsep dasar bahwa ini kisah pasukan (terpaksa) berani mati. Hasilnya adalah The Sucide Squad lebih terasa seperti do-over, reintroduksi.
ADVERTISEMENT
Salah satu perubahan paling kentara dari James Gunn jelas ratingnya. James Gunn membuang jauh-jauh rating PG-13 yang ada pada film sebelumnya. Sebagai gantinya, James Gunn menyematkan Rated R pada film berdurasi 2 jam 12 menit ini. Hasilnya, dari 10 menit pertama film, penonton langsung disajikan ladang pembantaian sekelas Game of Thrones yang tidak pilih kasih soal siapa pantas mati dan tidak. Returning character, yang menjadi headliner, pun belum tentu akan selamat.
Pace cerita juga digenjot oleh James Gunn, menjadikan kisah The Suicide Squad lebih cepat dan menghentak. Kisahnya langsung dibuka dengan parekrutan anggota-anggota baru Task Force X untuk misi bunuh diri di Corto Maltese, Amerika Selatan. Rick Flag (Joel Kinnaman), Harley Quinn (Margot Robbie), Captain Boomerang (Jai Courtney), yang merupakan tiga member OG Sucide Squad, kembali direkrut.
ADVERTISEMENT
Untuk melengkapi mereka, bos dari Task Force X yaitu Amanda Waller (Viola Davis) merekrut belasan anggota baru. Mereka adalah Savant (Michael Rooker), TDK (Nathan Fillion), Javelin (Flula Borg), Mongal (Mayling Ng), Blackguard (Pete Davidson), Weasel (Sean Gunn), Bloodsport (Idris Elba), Peacemaker (John Cena), Ratcacther II (Daniela Melichior), Polka-Dot Man (David Dastmalchian), dan Nanaue aka King Shark (Sylvester Stallone).
The Suicide Squad (Foto: DC)
Keempat belasnya dikirim ke Corto Maltese untuk menghancurkan sebuah gedung penelitian bernama Jotunheim. Di dalamnya berlangsung sebuah penelitian rahasia, yang diyakini berkaitan dengan mahkluk luar angkasa, berkode Project Starfish. Amanda Waller tidak ingin ada yang tersisa dari gedung tersebut, termasuk sang kepala peneliti, The Thinker (Peter Capaldi). Siapapun yang menolak, Amanda Waller akan meledakkan kepalanya.
ADVERTISEMENT
Di luar dugaan para anggota Task Force X, ada pengkhianat di antara mereka. Misi terkompromi, korban berjatuhan, ada juga yang ditangkap, memaksa mereka yang tersisa mengubah rencana di tengah jalan untuk bertahan hidup, baik dari musuh-musuh yang ada ataupun dari Amanda Waller sendiri.
Semua poin di atas terjadi dalam beberapa menit pertama dan The Suicide Squad tidak menunjukkan tanda-tanda mengerem diri hingga kisah berakhir. Poin-poin penting disampaikan dengan cepat dan tepat, tanpa bertele-tele, membuat penonton mampu mengetahui arah cerita dan mengenal motivasi tiap karakter tanpa harus berpikir panjang.
Di sela-selanya, James Gunn memasukkan adegan-adegan laga yang gorefest, sadis sesadis-sadisnya sadis, untuk menjaga tensi dan fokus penonton. Penonton akan melihat muka bolong, tubuh hangus, otak buyar, badan terbagi dua, muka terkelupas, orang gepeng, dan masih banyak lagi. Untuk mereka yang lemah jantung, The Suicide Squad tidak kami rekomendasikan karena kesadisannya.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadirkan kesadisan-kesadisan itu, The Suicide Squad tidak mencoba tampil terlalu serius. Beberapa di antaranya ia tampilkan secara komikal yang bukannya membuat kami ngilu, tetapi malah tertawa terbahak-bahak. Serial animasi Happy Tree Friends atau game Dumb Ways to Die sampai terlintas di kepala kami karena beberapa adegan sadisnya memang "bodoh" banget (baca: menghibur).
Kombinasi penceritaaan yang tidak bertele-tele plus adegan sadis yang tidak tanggung-tanggung (serta komikal) tersebut membuat The Suicide Squad enak ditonton. Berbeda sekali dibandingkan prekuelnya yantg terasa disjointed dan serba nanggung karena bingung antara tampil lucu atau tampil dark (serius). The Suicide Squad memilih untuk benar-benar tampil ringan, sebagai popcorn movie, dengan presentasi bak wahana rollercoaster.
Karena pendekatan The Suicide Squad lebih condong ke hiburan ringan, jangan mengharapkan drama keluarga khas James Gunn yang tampil di Guardians of The Galaxy Vol. 1 dan 2. Hubungan antar karakter di The Suicide Squad sendiri lebih cair apabila dibandingkan dengan GOTG. Rick Flag cs memandang satu sama lain sebagai rekan dan beban, bukan anggota keluarga. Jadi, mostly, mereka tidak peduli apakah mereka akan selamat bersama-sama atau tidak.
ADVERTISEMENT
Apakah itu sebuah minus? Tidak juga. Hubungan tanpa rasa hormat tersebut menghasilkan banter yang tidak terfilter. Semua anggota Task Force X bisa saling memaki, mengolok-olok, tanpa ada keraguan apakah akan menyakiti perasaan satu sama lain. Hasilnya adalah dialog-dialog yang terasa genuine dan kocak dengan Peacemaker sebagai karakter dengan lambe paling turah. Ada saja hal negatif yang keluar dari mulutnya.
The Suicide Squad (Foto: DC)
Kami pribadi jelas lebih menyukai cerita yang berbobot, namun cara James Gunn mengemas The Suicide Squad tetap patut diacungi jempol. Ia tahu dengan karakter sebanyak Task Force X, yang lebih besar dibanding Guardians of The Galaxy dan mayoritas adalah karakter baru, ia harus mengambil pendekatan berbeda.
Minus dari The Sucide Squad ada pada villainnya. Ini film DC yang villainnya bisa terasa se-one dimensional film-film Marvel. Tidak memorable terlepas betapa besar kerusakan yang diperbuatnya di sepertiga terakhir film yang membuat hubungan antar karakter dari cair menjadi solid. James Gunn memfokuskan semua hal ke kisah karakter-karakternya.
ADVERTISEMENT
The Suicide Squad is a thrill ride. James Gunn berhasil menyuntikkan kegilaan-kegilaan yang ada di film-film lamanya, seperti Slither dan Super, untuk menyegarkan franchise yang dulu dianggap sebagai Guardians of The Galaxy wannabe itu. The Suicide Squad bukanlah Guardians of The Galaxy, ini film yang berbeda. Ia lebih sadis, lebih gila, lebih provokatif, dan lebih jenaka dari awal hingga akhir.