Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Film The Woman in The Window: Gagal Menjadi Seperti Hitchcock
20 Mei 2021 9:22 WIB
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film The Woman in The Window akhirnya rilis ke publik via Netflix setelah dua kali gagal tayang. Sejatinya, Fox 2000 Picture berencana untuk merilis film ini pada tahun lalu. Namun, proses reshoot, editing ulang, dan pandemi COVID-19 membuyarkan rencana tersebut, memaksa Fox menjual hak tayang film ke Netflix.
ADVERTISEMENT
Dibintangi oleh Amy Adams, The Woman in The Window merupakan "whodunit" dari novel berjudul sama karya A.J. Finn. Kisah film ini sendiri disampaikan dari sudut pandang seorang psikolog anak bernama Anna Fox (Amy Adams) yang juga penderita Agoraphobia. Sebagai penderita fobia tersebut, Fox akan selalu panik dan takut apabila terjebak di sebuah ruangan atau situasi yang tidak familiar untuknya.
Agoraphobia otomatis membuat Fox nyaris tidak pernah bergaul dengan tetangga di sekitarnya. Ia lebih senang menyendiri, mengisolir diri di rumah dengan suaminya, Ed (Anthony Mackie), dan anak kos bernama David (Waytt Russell) sebagai orang terdekatnya. Segalanya ia kerjakan dari rumah, bak kota lagi diserang pandemi saja.
Awalnya, segalanya damai-damai saja bagi Fox. Nyaris tidak pernah ada yang mempermasalahkan dirinya mengurung diri di rumah. Namun, segalanya mulai berubah ketika ia kedatangan tetangga baru bernama Keluarga Russell. Mereka beranggotakan Alistair (Gary Oldman), Jane (Julianne Moore), dan anak mereka yang bernama Ethan (Fred Hechinger).
ADVERTISEMENT
Pertama kali berkenalan dengan Keluarga Russell, Fox merasa ada yang janggal dengan mereka. Dari tingkah lakunya, Fox menganggap mereka seperti menyembunyikan sesuatu. Kejanggalan itu menjadi-jadi ketika Fox mendapati Alistair menusuk Jane. Tidak tinggal diam, Fox langsung melaporkannya ke polisi. Namun, ketika polisi datang, muncul "Jane" baru, membuat kesaksian dan kewarasan Fox dipertanyakan Kepolisian. Jika Jane hidup, lalu apa yang Fox lihat?
Dari sinopsis itu, sudah bisa ditebak akan ke mana kisah The Woman in The Window selanjutnya. Tahu kewarasannya dipertaruhkan, Fox mulai menyelidiki pembunuhan yang ia saksikan. Dari balik jendala, ia memantau detik demi detik, langkah demi langgkah dari keluarga Russell. Dari sana, ia mengumpulkan segala hal yang janggal dan mencoba menghubungkannya satu sama lain demi sebuah jawaban.
ADVERTISEMENT
Sekilas, sutradara Joe Wright (Atonement, Pride & Prejudice) terlihat seperti mencoba mengemulasikan karya Hitchcock, Rear Window, pada film ini. Namun, seiring berjalannya film, mulai kentara bahwa film ini tidak berada di level yang sama. Misteri pada The Woman in The Window dibangun dengan payah. Clue dapat dengan mudah dicari di sepanjang film, membuat twist yang menanti di paruh kedua terasa lemah, predictable. Tidak ada momen yang akan mampu membuat penonton menganga.
Hal tersebut sungguh disayangkan mengingat The Woman in The Window memiliki segala bahan untuk menjadi Whodunit berkualitas. Karakter Fox adalah salah satunya. Dengan Agoraphobia yang ia derita, karakternya adalah Unrealiable Narrator yang bisa menghadirkan kelokan-kelokan plot tajam serta jebakan untuk penonton. Namun, realitanya, apa yang kami dapatkan malah pemanfaatan karakter yang lemah.
ADVERTISEMENT
Contoh lain adalah direksi visual yang surreal dan provokatif dari sutradara Joe Wright. Ia mencoba memanfaatkan hal tersebut untuk membangun misteri, tensi, dan jebakan ala Shutter Island karya Martin Scorsese. Namun, terkadang, pendekatan Wright terlalu berlebihan, membuat perhatian terhadap drama yang coba dibangun teralihkan.
Terlepas dari segala kekurangan yang ada, penampilan Amy Adams harus diacungi jempol. Jam terbang tinggi menunjukkan kualitasnya. Ia berhasil menampilkan sosok Anna Fox yang tidak hanya paranoid dan penuh curiga, tetapi di satu sisi juga mempertanyakan kewarasannya sndiri.
Selain dua nama di atas, peran Wyatt Russell sebagai David juga harus diberi apresiasi. Aktor yang baru saja bermain di The Falcon and The Winter Soldier itu berhasil menampilkan karakter anak muda problematik yang sedang kabur dari permasalahan.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, The Woman in the Window belum mampu menghadirkan film Whodunit berkualitas, alih-alih psychological thriller yang membuat penonton megap-megap sepanjang film. Film terakhir dari Fox 2000 Pictures itu gagal menjadi penutup manis perusahaan yang telah dibubarkan induk barunya, The Walt Disney Studios.
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz