Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Review 'Ford v Ferrari': Di Balik Balapan, Ada Bisnis yang Mengancam
20 November 2019 7:31 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB

ADVERTISEMENT
Tulisan ini mengandung spoiler.
Play stop rewatch, Inggris – Balapan tidak selalu tentang mencapai garis finish, tetapi juga bisnis. Itulah fokus utama Ford v Ferrari (Le Mans 66) yang disutradarai oleh James Mangold, pria di balik salah satu film superhero terbaik yang pernah ada, Logan. Lewat Ford v Ferrari, Mangold mencoba menunjukkan sisi lain dari olahraga balap, yaitu konflik antara operasional tim dan kepentingan bisnis.
ADVERTISEMENT
Ford v Ferrari bermula dari inisiatif Lee Iacocca (John Bernthal) membujuk Henry Ford II (Tracy Letts) untuk mengakuisisi divisi balap produsen mobil asal Italia, Scuderia Ferrari. Menurut Iacocca, akuisisi divisi balap Ferrari akan membantu Ford untuk masuk ke salah satu ajang balapan paling bergengsi di dunia, Le Mans 24 Hours. Di sisi lain, jika Ford juga bisa memenangkan Le Mans, Iacocca yakin hal itu akan mendongkrak penjualan mobil Ford yang tengah lesu.
Henry memberi lampu hijau pada Iacocca untuk membeli divisi balap Ferrari yang nyaris bangkrut. Namun, di luar dugaan Iacocca, Ferrari menolak mentah-mentah tawaran Ford. Enzo Ferrari (Remo Girone) lebih memilih untuk diakuisisi oleh kompatriot, FIAT. Tak berhenti di situ, Enzo juga menghina Henry yang ia anggap hanya produsen mobil keluarga, bukan mobil balap.
Tersinggung atas hinaan Enzo, Henry bersumpah akan menghabisi Ferrari di Le Mans 66. Ia pun langsung mengutus Iacocca untuk mendirikan divisi balap Ford. Tanpa pikir panjang, Iacocca langsung merekrut desainer mobil dan mantan pembalap asal AS, Caroll Shelby (Matt Damon), yang pernah memenangkan Le Mans di tahun 1959. Shelby menerima tawaran Ford, dengan syarat ia diberi kebebasan mengatur operasional tim dan memilih pembalap untuk Ford.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, bukan pembalap AS yang dipilih Shelby untuk mengendarai Ford yang sangat Amerika. Ia memilih Ken Miles (Christian Bale), seorang veteran perang, montir, sekaligus pebalap asal Inggris. Menurut Shelby, Miles adalah pebalap paling komplit: Kencang sekaligus ahli teknis. Meski begitu, ia mengakui bahwa Miles adalah pembalap yang sulit diatur dan hanya perkara waktu Miles akan menimbulkan masalah dengan Ford.
Benar saja, belum lama Miles bergabung dengan Ford, ia sudah dicap bermasalah oleh eksekutif senior Ford, Leo Bebee (Josh Lucas). Menurut Bebee, karakter Miles sangatlah tidak “Ford” dan hal itu berbahaya untuk citra perusahaan ke depannya. Tidak mau tahu bahwa Miles adalah pebalap yang kencang, Leo lebih memilih pebalap yang lamban tetapi pas dengan citra Ford.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dikatakan sebelumnya, keunikan Ford v Ferrari ada pada angle yang ia ambil. Di saat kebanyakan film balapan seperti Driven, Days of Thunder, atau pun Rush berfokus pada rivalitas antar pebalap, Ford v Ferrari fokus pada “rivalitas” kepentingan bisnis dan operasional tim. Sutradara James Mangold mencoba menunjukkan bahwa sebuah tim balap butuh lebih dari sekedar cepat untuk bisa menjadi juara. Untuk bisa menjadi juara, tim balap juga harus bisa melawan kepentingan bisnis.
Berbagai macam konflik antara operasional tim balap dan kepentingan bisnis dikupas habis di Ford v Ferrari. Salah satunya, selain perkara memilih pembalap, adalah bagaimana tim harus menyelesaikan balapan. Di berbagai kesempatan, karakter Bebee beberapa kali mencoba mengambil alih kepemimpinan tim dari tangan Shelby, bahkan di tengah balapan, dengan dalih melindungi kepentingan Ford. Bebee tak akan segan meminta pebalap untuk mengalah jika dirasa itu yang terbaik untuk Ford.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, perseteruan antara tim dengan kepentingan bisnis Ford di sini terlalu hitam putih. Tidak ada satupun bagian di film yang setidaknya mencoba menjustifikasi aksi Bebee. Kubu Shelby sepenuhnya seperti pahlawan, sementara sisi Beebe adalah penjahatnya. Pengembangan konflik keduanya sangat mudah ditebak. Meski begitu, hal ini tidak mencederai keasyikan film secara keseluruhan.
Terlepas fokus utama Ford v Ferrari ada pada sisi internal Ford, film berdurasi 2,5 jam ini tidak lupa diri. Sisi balapan di Ford v Ferrari juga digarap dengan baik. Le Mans 24 Hours di Ford v Ferrari tampil tegang dan mencekam, penuh kecelakaan dan salip menyalip. Berbagai bagian mampu menyedot penonton hingga terasa seolah-olah ikut ada di dalam mobil Ford GT40 yang dikendarai Miles.
ADVERTISEMENT
Di kenyataan, Le Mas 24 Hours bisa terasa sangat membosankan. Balapan tersebut benar-benar berlangsung selama 24 jam di mana tidak semua isinya penuh dengan aksi salip menyalip. Namun, James Mangold berhasil mengemas balap adu ketahanan itu menjadi ringkas dan penuh dengan aksi mengemudi yang mampu membuat kaki berkhayal ikut menekan pedal gas dan kopling.
Perlu diakui bahwa tidak sedikit bagian balapan Ford v Ferrari yang hiperbolis dan tidak realistis. Salah satunya adalah bagaimana menyalip hanya perkara mengganti gigi persneling. Cukup mengganti gigi, yang tampak tidak terbatas, Ken tiba-tiba bisa melesat mendekati lawan balapannya. Padahal, ada berbagai hal yang bisa ditunjukkan untuk membuat balapan terasa lebih realistis seperti menunjukkan drafting, oversteering, double clutching, heel-toe shifting, dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan akting? Tidak ada yang sepenuhnya istimewa dari akting aktor mau pun aktris di Ford v Ferrari. Akting Bale maupun Damon tidak buruk, hanya saja karakter mereka memang kelewat simple. Shelby adalah All-American Hero, nyaris sempurna luar dalam tanpa cacat karakter yang berarti. Sementara itu, karakter Ken terlalu jenius, kocak, tanpa sisi yang mampu membuat penonton bertanya-tanya perihal motivasinya membalap. Singkat kata, karakter Shelby dan Ken terlalu mudah untuk aktor sekaliber Damon dan Bale.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, Ford v Ferrari adalah film yang bagus ditonton baik oleh penggemar olahraga balap mau pun penggemar baru. Aksi balapannya berkualitas dan ia berhasil menggali konflik yang jarang diulas sebelumnya. Sayangnya, Ford v Ferrari terlalu mudah ditebak.