Review Game Biomutant : Serba Repetitif

Konten Media Partner
31 Mei 2021 6:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Game Biomutant
zoom-in-whitePerbesar
Game Biomutant
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Game Biomutant, yang pertama kali dikenalkan tahun 2017 lalu, akhirnya rilis. Dikembangkan oleh Experiment 101 dan THQ Nordic, Biomutant adalah salah satu game yang paling ditunggu tahun ini berkat art directionnya. Di saat kebanyakan game Western RPG menggunakan art direction yang menonjolkan masculinity, Biomutant menekankan fabel atau dongeng bertokoh hewan.
ADVERTISEMENT
Ekspektasi terhadap game ini begitu tinggi, berangkat dari keunikan art directionnya. Ekspektasi untuk desain visual terjawab, namun tidak dengan gamepla dan story directionnya. Biomutant adalah experience yang repetitif, kikuk, dan kasar di berbagai sisi. Kasar di sini bukan berarti gameplaynya brutal, tetapi terlihat bahwa game-nya tidak ter-develop hingga matang.
Kisah Biomutant mengambil setting post-apocalypse. Manusia dikisahkan punah karena keserakahan mereka di sektor teknologi dan industri. Alhasil, bumi hanya dihuni oleh hewan-hewan yang telah berevolusi (jika tidak ingin dikatakan bermutasi) menjadi makhluk-makhluk humanoid, Biomutant.
Para Biomutant terpecah menjadi enam suku besar yang menduduki area-area berbeda. Mereka tidak hidup damai, namun saling bertarung terhadap satu sama lain. Tanpa mereka sadari, pohon suci raksasa yang selama ini menjadi sumber kehidupan mereka, terancam oleh kehadiran raksasa yang disebut “Pelahap Dunia”. Tugas kalian, mengakhiri konflik yang terjadi di antara keenam suku tersebut. Pilihannya dua, berpihak pada salah satu dan menghabisi lima sisanya atau mendamaikan konflik di antara keenamnya.
ADVERTISEMENT
Kisah tersebut disampaikan dengan gaya bercerita bak dongeng. Namun, naskah yang buruk membuat kisah tersebut gagal memberikan dampak apapun secara emosional. Biomutant terasa flat, komedinya pun terasa garing. Tampak developer Experiment 101 mencoba mengkombinasikan gaya-gaya bercerita Western RPG dan dongeng, namun mereka gagal menemukan formula yang pas.
Hal tersebut diperburuk dengan opsi-opsi dialog yang tidak memberikan perubahan apapun terhadap jalannya cerita. Segala opsi yang dipilih PSR selalu kembali ke titik yang sama, lagi-lagi menegaskan betapa tidak matangnya pengembangan game ini. Opsional dialog lebih seperti gimmick dibanding hal integral yang membuat setiap game memiliki ceritanya sendiri. Mengapa diberikan opsi jika ujung nya tidak memiliki impact terhadap progress cerita? Well, setidaknya Biomutant memungkinkan gamer memilih Bahasa Indonesia untuk dialognya.
ADVERTISEMENT
Gameplay-wise, combat system pada game ini mencampurkan banyak hal mulai dari pertarungan menggunakan pedang, tongkat, rifle, hingga sihir elemental. Gamer dapat mengubah pendekatan combat tersebut secara seamless, memungkinkan mereka memiliki gaya bermainnya sendiri. Namun, sangat amat disayangkan animasinya terbatas, kaku, dan tak nyaman, terutama jika gamer mengandalkan melee. Hal itu membuat movement dari Biomutant terasa clunky, tidak mengalir, dan tidak enak dipandang.
Hal itu sedikit membaik apabila gamer masuk ke dalam mode menembak. Pada bagian itu, animasinya relatif lebih oke. Namun, hal itu tidak mengubah fakta bahwa animasi dari Biomutant underwhelming meski sudah dikerjakan selama beberapa tahun.
Framerate yang kerap drop tidak membantu dalam situasi ini. Untuk platform PlayStation 4 slim, game sejatinya didesain untuk berjalan pada kecepatan 40-50 fps. Namun, di beberapa bagian, frame rate tersebut kerap kali drop. Meski durasi penurunan tak lama, hal itu tetap saja mengganggu gameplay yang pada dasarnya pun tidak mengalir dengan enak. Problem fps drop tidak akan dialami jika gamer memainkan game ini di PC berdasarkan pengalaman PSR.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari combat system yang underdeveloped, untungnya gamer tidak dibebani dengan leveling dan traversal yang buruk. Gamer akan dengan mudah mendapatkan experience di manapun lokasi permainan. Skill management di game ini juga tidak sulit untuk walau ada beberapa skill yang baru bisa dibuka jika syarat terpenuhi.
Traversal yang diberikan Biomutant juga menyenangkan. Ada banyak opsi kendaraan yang bisa dipilih dengan masing-masing memiliki keistimewaannya sendiri. Robot raksasa, misalnya, membantu melewati lembah minyak yang naik ke permukaan. Semua itu terlihat sangat fun dan unik. Dunia yang diberikan juga tidak kalah indahnya.
Dunia pasca kiamat yang diberikan pada game Biomutant memang bisa dibilang beda, fabel-esque. Semua terlihat Colorful dan penuh cahaya padahal memiliki unsur gelap pada historical dunia nya. Gamer akan banyak menemui tempat berbahaya namun tetap didesain dengan indah seperti tempat cuaca ekstrem, area beracun, hingga area yang dipenuhi dengan minyak tanah naik ke permukaan.
ADVERTISEMENT
Desain dunia yang indah itu menutup kekurangan pada level serta mission design yang repetitif. Gamer akan dipaksa berkali-kali melakukan misi di lokasi yang sama tanpa perubahan banyak. Hal itu tidak hanya di main mission, tetapi di side mission juga. Ada kalanya gamer harus melakukan perjalanan dari ujung ke ujung yang berjauhan selama beberapa kali. Setidaknya ada pemanis berupa reward-reward yang menarik untuk membayar semua repetisi itu.
Varian Boss yang mengisi dunia Biomutant relatif beragam, baik main boss maupun mini-boss. Walau beberapa desainnya 11-12 dengan sedikit perbedaan di kanan-kiri, mereka memiliki perbedaan kekuatan dan karakteristik. Alhasil, cara mengalahkan mereka pun berbeda-beda. Ada boss-boss yang baru bisa kita kalahkan jika menggunakan robot atau kapal selam. Hal ini sedikit membayar animasinya yang kaku.
ADVERTISEMENT
Overall, kami tidak bisa sepenuhnya merekomendasikan Biomutant. Meski ada banyak kelebihan dalam hal art direction, gameplay dan animation directionnya underdeveloped. Di console PlayStation 4, hal itu diperburuk dengan technical problem berupa fps drop. Durasi gamenya sendiri relatif pendek, hanya 9-10 jam. Namun jika ingin mencoba experience game yang berbeda dan beragam, Biomutant dapat memberikan sensasi tersebut. Hopefully ada patch untuk merapihkan bagian-bagian yang underdeveloped itu.
Trisnanyolo