Review Game Resident Evil Village: Bapak-bapak Ngamuk Mencari Anaknya

Konten Media Partner
14 Mei 2021 8:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Resident Evil Village (Foto: Capcom)
zoom-in-whitePerbesar
Resident Evil Village (Foto: Capcom)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Game Resident Evil Village, sekuel langsung dari Resident Evil VII, adalah upaya Capcom untuk menghadirkan kembali nuansa Slaycation dari Resident Evil 4. Hal itu jelas terlihat dari bagaimana setting eksotik, kenikmatan membantai musuh, dan gameplay bertempo cepat menjadi fokus utama dari Residen Evil Village. Upayanya bisa dikatakan berhasil.
ADVERTISEMENT
Kisah Resident Evil Village dimulai dengan Ethan dan Mia Winters menjalani kehidupan barunya di Eropa. Pasca insiden Bakers Family, keduanya memilih untuk menjauh dari hiruk pikuk perkotaan dan hidup damai di pedalaman. Kebetulan, buah hati mereka baru saja lahir, Rosemary Winters. Meski begitu, Ethan sadar bahwa apa yang ia alami di Resident Evil VII bisa saja terulang.
Firasat Ethan terbukti. Sekelompok pasukan bersenjata yang dipimpin Chris Redfield menyerbu rumahnya. Mia tewas dalam serangan itu dan Rosemary diambil dari tangannya. Ethan mencoba melawan, namun Chris dan Hound Wolf Squad-nya melumpuhkan ia hingga tak sadarkan diri. Ketika terbangun, Ethan mendapati dirinya sudah berakhir di sebuah desa eksotik.
Bak Brian Mills di film Taken, Ethan mulai mengobok-obok isi desa di Romania tersebut untuk mencari Rosemary. Di sisi lain, ia ingin membalas Chris atas apa yang terjadi pada Mia. Namun, untuk mencapainya, ia terlebih dulu harus melewati penguasa desa tersebut, Mother Miranda, dan keempat tuan tanahnya. Mereka bernama Lady Alcina Dimitrescu, Karl Heisenberg, Salvatore Moreau, dan Donna Beneviento.
ADVERTISEMENT
Keempatnya adalah perpanjangan tangan Mother Miranda dan masing-masing memiliki keistimewaannya sendiri. Lady Dimitrescu, yang merupakan seorang vampir, tinggal di kastil bersama ketiga putrinya. Karl Heisenberg, seorang industrialist, mengawasi kawasan pabrik berisi eksperimen-eksperimen gila. Salvatore Moreau, yang buruk rupa, menguasai sistem perairan desa. Sementara Donna Beneviento, dari House of Beneviento, adalah seorang illusionist dan puppeteer. Ethan harus melawan mereka untuk bertemu Miranda.
Entah disengaja atau tidak, cerita Resident Evil Village mengambil tren yang tengah populer di industri film akhir-akhir ini: Bapak-bapak ngamuk. Seperti John Wick yang anjingnya dibunuh atau Brian Mills yang anaknya diculik, motivasi Ethan didorong pembunuhan Mia dan penculikan Rosemary oleh Chris. Bagaimana peristiwa itu kemudian berhubungan dengan Mother Miranda, hal itu akan kalian temukan seiring dengan berjalannya game.
Resident Evil Village (Foto: Capcom)
Meski pendekatan yang diambil bisa dikatakan tak sepenuhnya original, hal tersebut memberi ruang lebih untuk pengembangan karakter Ethan. Kali ini character development-nya tidak sedatar prekuelnya dan gamer akan menemukan banyak hal baru soal Ethan, mulai dari latar belakangnya hingga apa yang membuat ia "spesial". Hal itu didukung tempo cerita yang pas di mana awalnya relatif santai dan secara gradual berkembang semakin tegang
ADVERTISEMENT
Pacing cerita yang pas kian komplit dengan gameplay yang lebih fluid. Mempertahankan first person view dari prekuelnya, Resident Evil Village melakukan sejumlah pembaharuan untuk menyempurnakan gameplaynya. Dua di antaranya adalah pergerakan senjata yang tidak sekaku sebelumnya, untuk pengalaman menembak yang lebih responsif, serta hadirnya counter mechanism yang melengkapi dodging.
Meski counter mechanism tersebut tidak memberikan damage, hal itu memungkinkan gamer untuk melakukan crowd control. AI musuh di Resident Evil Village memang tidak terlalu cerdas, namun mereka handal bermain keroyokan. Ketika Lycan mengeroyok dan peluru mulai habis, dodge dan counter bisa menjadi penentu hidup matinya Ethan di Resident Evil Village. Kuasai mekanisme ini dan Ethan akan menjadi kekuatan tak terhentikan.
ADVERTISEMENT
Counter bukan satu-satunya pembaharuan di Resident Evil Village. Manajemen item pun mendapat upgrade dari Capcom berupa mekanisme crafting yang lebih robust. Kelebihan item yang didapat bisa dikembangkan menjadi perlengkapan baru untuk menghadapi musuh yang kian beragam. Hal itu mulai dari berbagai jenis ammo, ranjau, hingga bom pipa.
Item-item itu berperan besar ketika kalian nantinya berhadapan dengan berbagai mini boss. Lokasi-lokasi mereka tak terduga dan siap menyambut kalian ketika lengah. Dalam situasi itu, keputusan cepat dan crafting yang tepat menjadi kunci untuk berhasil mengalahkan mereka. Kehadiran mini boss, disamping main boss, memberikan ketegangan dan keseruan tersendiri pada Resident Evil Village.
Untuk bisa meng-craft sesuatu, tentu dibutuhkan item dan resep yang pas. Dalam hal ini, kalian perlu mengecek seluruh sudut ruang dan perdesaan Resident Evil Village untuk bahan yang dibutuhkan. Siap-siap saja, map dari Resident Evil Village sangatlah luas, berbeda dibanding prekuelnya yang relatif sempit.
ADVERTISEMENT
Map dari Resident Evil Village sebenarnya tak hanya luas, tetapi juga berkarakter. Tiap daerah kekuasaan para lord menghadirkan pengalaman bermain yang berbeda. Castle Dimitrescu, misalnya, bernuansa gothic dan menekankan gaya bermain stealthy. Contoh lain, Pabrik Heisenberg adalah kawasan industrial yang tidak hanya freakish, tetapi juga penuh jebakan dan peralatan yang bisa dimanfaatkan gamer untuk crowd control.
Musuh-musuh di tiap daerah kekuasaan itu pun juga memiliki ciri khas masing-masing. Di Castle Dimitrescu, gamer akan disambut monster-monster avian yang siap menerjang dari udara. Di Pabrik Heisenberg, gamer akan berhadapan dangan bioweapon yang menyerupai monster di film Frankenstein's Army (2013).
Resident Evil Village (Foto: Capcom)
Bagi gamer yang niat menjelajahi seluruh sudut map Resident Evil Village, you're in for a treat. Ada banyak treasure tersebar di game ini. Beberapa bisa didapatkan dengan mudah, namun ada juga yang merepotkan karena harus menyelesaikan puzzle atau bolak-balik ke berbagai titik. Adapun selain berburu harta karun, gamer juga bisa mengelilingi desa untuk memburu berbagai hewan dan mengumpulkan dagingnya.
ADVERTISEMENT
Daging dan treasure yang didapat nantinya bisa dibawa ke Duke. Duke adalah merchant dari Resident Evil Village dan salah satu elemen yang dibawa dari Resident Evil 4. Darinya, gamer bisa melakukan banyak hal, tidak hanya sekadar membeli item. Beberapa di antaranya adalah menjual treasure, menambah inventory, hingga mendapatkan buff permanen dengan memasak daging hasil buruan. Oya, kalian bisa iseng juga mengetes senjata yang dibeli ke arah Duke untuk mendapatkan dialog atau reaksi baru.
Pujian terakhir patut diberikan kepada grafis Resident Evil Village. Grafis RE Engine terlihat luar biasa di game berdurasi kurang lebih 10 jam ini. Engine yang juga dipakai pada Resident Evil VII, Resident Evil 2 Remake, Resident Evil 3 Remake, dan Devil May Cry 5 itu mampu menghadirkan suasana transylvanian pada setting game ini yang suram, penuh bayangan, berkabut, namun di satu sisi juga terasa hidup dan berkarakter.
ADVERTISEMENT
Dapur PSR menguji game ini di PC dan Play Station 4 Slim. Di PS4 Slim, game berjalan di resolusi 900p dengan frame rate 45 fps. Hasilnya tidak buruk, tetap terlihat cantik walau tentu akan berbeda dengan tampilan grafis di versi PS5-nya.
Overall, Village adalah satu lagi game dari franchise Resident Evil yang patut dimainkan. Tidak hanya menghadirkan gameplay yang lebih action untuk pengalaman Slaycation yang lebih seru, game ini juga menghadirkan cerita yang relatif lebih berbobot dibanding prekuelnya. Ethan pun berkembang dari karakter yang cenderung flat di Resident Evil VII menjadi bapak-bapak ngamuk yang tidak boleh diremehkan. Dia sendiri mengakui di awal game bahwa dirinya menjalani latihan militer agar lebih bad ass.
ADVERTISEMENT
Trisnanyolo