Review Halloween Kills: Teror Tiada Henti yang (Mungkin) Perlu Segera Diakhiri

Konten Media Partner
21 Oktober 2021 17:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Halloween Kills (Foto: IMDb)
zoom-in-whitePerbesar
Halloween Kills (Foto: IMDb)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta – Halloween Kills adalah sekuel yang lebih beringas dibandingkan semi-reboot/prekuelnya, Halloween, yang rilis di tahun 2018. Bagaimana tidak, kebrutalan-kebrutalan yang ada di prequelnya dinaikkan berkali-kali lipat, membuat film berdurasi 1 jam 45 menit ini kerap lebih terasa seperti gore-fest dengan sisipan-sisipan setup lore sang tokoh utama (dan villain utama), Michael Myers.
ADVERTISEMENT
Jika kalian sudah pernah menonton prequelnya, tentu tahu bahwa Halloween (2018) berakhir dengan Myers dilahap api. Ia dijebak oleh saudaranya, Laurie Strode (Jamie Lee Curtis), yang berkali-kali mencoba menghentikan kebrutalannya. Meski berhasil menghentikan aksi Myers, Laurie berakhir terluka parah dan harus dilarikan ke rumah pada ending Halloween.
Kisah Halloween Kills mengambil setting tepat setelah prequelnya. Myers ternyata belum mati. Kebakaran yang di-set oleh Laurie gagal menghentikan sang Boogeyman. Gawatnya Laurie, yang tahu betul bagaimana caranya menghadapi Myers, sekarat di rumah sakit dan tidak bisa memberikan bantuan banyak. Warga Haddonfield, tempat di mana Myers beraksi, dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus mencari cara sendiri untuk melawan pembunuh bertopeng William Shatner itu.
ADVERTISEMENT
Sudah bisa ditebak, tidak siapnya warga menghadapi Myers berujung total chaos di Haddonfield. Walau begitu, beberapa di antara mereka, yang ingat akan “legenda” Myers sepakat bahwa penduduk Haddonfield tidak bisa seterusnya menjadi yang diburu. Mereka adalah Tommy (Anthony Michael Hall), Lonnie (Robert Longstreet), Lindsey (Kyle Richards) dan Marion (Nancy Stephens) yang merupakan korban selamat dari teror Myers dulu.
Membentuk mob, mereka balik memburu Myers. Tommy cs ingin mengkonfrontir Myers, mengakhirinya once and for all, mengingatkan pada kelompok bartender Vigilante Militia yang juga melawan Myers untuk melindungi Jamie Lloyd di Halloween 4: The Return of Michael Myers (1988) yang tak lagi canon.
Halloween Kills (Foto: IMDb)
Penghormatan adalah tema besar Halloween kali ini. Kehadiran tokoh Tommy dan kawan-kawan adalah satu dari sekian banyak upaya sutradara David Gordon Green untuk menghormati kisah original Halloween (1978) sekaligus menghubungkannya dengan cerita yang ia garap. Selain kehadiran Tommy cs, ada juga beragam flashback ke adegan film terdahulu yang di-direct oleh sutradara horror legendaris John Carpenter.
ADVERTISEMENT
Green mencoba menegaskan bahwa Halloween (2018) dan Halloween Kills (2021) adalah sekuel definitif atas karya Carpenter. Dari bagaimana Halloween Kills dipresentasikan, tampak betul Green ingin merapihkan kisah Halloween yang berantakan akibat sekian banyak reboot dan retcon dengan setia ke kisah original plus membawanya ke arah yang lebih beringas dan sadis.
Kesadisan Halloween Kills memang harus diakui sungguh full frontal dibandingkan para pendahulunya. Apabila pada film-film Halloween sebelumnya penonton lebih banyak melihat “Hasil” dari karya Myers, sekarang penonton akan melihat langsung “Proses Detil” kerjanya. Di Halloween Kills, Myers membunuh orang-orang di sekitarnya with gusto, penuh kenikmatan. Surprisingly, ia memiliki pendekatan “artistik” dalam menikam target-targetnya yang kemudian ia presentasikan secara disturbing, bak instalasi pameran.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela kesadisan Myers tersebut, kami akui senang rasanya melihat karakter-karakter original selain Laurie kembali ke franchise Halloween. Hal itu memunculkan rasa nostalgia akan momen-momen di film sebelumnya yang tak ayal memunculkan godaan untuk menontonnya kembali. Bagaimanapun, Halloween pertama adalah salah satu slasher terbaik pada periode 70an yang kerap disebut sebagai golden-agenya horror movie.
Perlu digarisbawahi, meski Halloween Kills memiliki banyak penghormatan ke karya original Carpenter, bukan berarti film itu berada di kualitas yang sama. Halloween Kills memiliki banyak kelemahan, salah satunya ada pada presentasi karakter Laurie bersama putri dan cucunya. Ketiganya hanya sekedar karakter pendukung dengan development yang kurang matang. Performa mereka terkesan serba nanggung dan canggung di Halloween Kills.
ADVERTISEMENT
Karakter-karakter original lainnya yang kembali pun mendapat perlakuan serupa. Meski menjadi benang merah atas film Halloween terdahulu, role mereka relatif terbatas. Beberapa bahkan menghilang begitu saja atau tidak berperan signifikan ke pengembangan cerita. Kata “penghormatan” memang harus digarisbawahi di sini.
Selain itu, cerita Halloween Kills bisa dikatakan predictable dan klise dengan ending yang cenderung gantung jika tidak ingin dikatakan anti-klimatik. Hal itu sedikit banyak mirip dengan kasus Dune (2021) di mana kisah Halloween Kills lebih seperti jembatan atau gerbang ke konfrontasi final dengan Myers di Halloween Ends (2022).
Sebagai hiburan, terutama bagi penonton yang suka film-film horror, Halloween Kills tetap fun untuk ditonton. Kekurangan-kekurangan yang ada relatif tertutupi dengan scoring yang khas Carpenter, sinematografi yang apik, plus tensi ketegangan yang dibangun dengan cukup mulus. Ada beberapa momen-momen di mana sutradara David Gordon Green berhasil memasukkan unsur-unsur levity, jenaka, untuk menurunkan tensi.
ADVERTISEMENT
In short, Halloween Kills pada akhirnya tidak banyak memberikan apa-apa selain nostalgia, pengembangan yang lebih condong ke Myers, plus gore-fest. Dipikir-pikir, seperti teror Michael Myers, franchise ini memang sudah semestinya segera diakhiri.
FATHIN