Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Serial Shadow and Bone, Serial Netflix yang Lebih Baik dari The Witcher
30 April 2021 7:11 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 26 November 2021 19:51 WIB
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Semenjak Twilight dan Hunger Games, banyak novel Young Adult (YA) diadaptasi menjadi film, salah satunya adalah serial Shadow and Bone .
ADVERTISEMENT
Ada yang sukses seperti contoh tadi, dan ada juga yang tidak sukses seperti Divergent. Hal ini dikarenakan adaptasi dari berbagai macam novel YA itu mengikuti premis yang nyaris sama. Adanya kekuatan super yang terkuak dan character growth yang diakhiri dengan perang besar antara 2 kubu.
Bumbu cinta juga biasanya ditambahkan sebagai pemanis keseluruhan plot biasanya dengan memberikan karakter protagonis lebih dari satu orang yang dia cintai. Shadow and Bone sayangnya masih mengikuti cliché tersebut.
Diadaptasi dari serial novel fantasi dengan judul sama oleh Leigh Bardugo, Shadow and Bone bercerita tentang kerajaan Ravka yang terbagi menjadi dua daerah (West dan East Ravka) dikarenakan sebuah fenomena magis yang disebut The Fold, yang merupakan dinding besar yang terbuat dari kegelapan yang didalamnya terdapat banyak monster. Alina Starkov, seorang pembuat peta, tidak sadar bahwa ia adalah salah satu dari Grisha, manusia yang memiliki kekuatan magis. Tapi, Alina bukan Grisha sembarangan. Ia adalah Grisha yang dapat mengontrol cahaya dan satu-satunya yang dapat menghancurkan The Fold selamanya. Dengan bantuan Jendral Kiringan, Alina akan berlatih untuk mengontrol kekuatan barunya ini. Dibalik itu semua, ada sekelompok kriminal pimpinan Kaz yang ditugaskan untuk menculik Alina dengan bayaran besar.
ADVERTISEMENT
Dari sinopsis itu saja, Shadow and Bone terlihat sangat ambisius dan bagi penonton yang bukan pembaca novelnya, akan merasa kebingungan pada episode-episode awal serial Netflix ini. Banyaknya nama daerah, ras dan istilah membuat Shadow and Bone agak sedikit sulit dicerna. Tidak hanya nama saja, konflik politik yang ada pun tidak seberapa begitu dijelaskan dikarenakan beberapa kubu yang hanya muncul saja tanpa penjelasan diawal.
Penonton hanya akan tahu siapa dan keinginan mereka melalui apa yang mereka lakukan. Hanya setelah menonton keseluruhan 8 episode baru penonton akan mulai mengerti konflik politik yang ada. Dibalik itu semua, Shadow and Bone terselamatkan dari episode-episode filler yang tidak menggerakkan roda cerita. Keseluruhan episode 8 penuh dengan cerita, character development dan world building yang padat. Shadow and Bone juga berakhir dengan menyelesaikan rangkaian story arc yang dihadirkan namun tetap membuka pintu yang luas untuk season 2.
ADVERTISEMENT
Shadow and Bone menghadirkan action choreography yang lumayan apik dan stylish. Ditambah dengan visual efek yang tidak kalah dengan serial fantasi lainnya seperti Game of Thrones, membantu Shadow and Bone dalam World Building-nya agar terlihat tidak main-main.
Kualitas kostum para pemainnya juga patut diacungi jempol. Selain bagus dan terlihat mewah, juga membantu penonton untuk membedakan Grisha satu dengan Grisha lain lengkap dengan estetika yang terinspirasi oleh era Tsar Rusia seperti yang digambarkan dalam novelnya. Musik juga ikut membantu dalam membangun atmosfer dan mood suatu adegan, bahkan suatu adegan menjadi lebih bermakna dengan lantunan soundtrack garapan Joseph Trapanese.
Semua itu, akan terbuang pecuma apabila Shadow and Bone tidak memiliki koleksi pemain yang tidak hanya cocok dengan karakter yang mereka mainkan, mereka juga masing-masing memberikan performa akting yang prima di setiap episode terutama pemeran Alina itu sendiri: Jessie Mei Li.
ADVERTISEMENT
Serial ini tidak sempurna. Ada subplot yang kehadirannya tidak mengubah keseluruhan story arc season 1 dan hanya muncul sebagai breadcrumb untuk season 2 nanti. Segalanya yang berhubungan dengan istilah, harus dimengerti entah dengan menonton season 1 berulang kali, atau dengan langsung membaca novelnya. Namun secara keseluruhan, ini adalah adaptasi novel yang akan membuat pembaca bukunya senang dan akan membawa pendatang baru yang tidak akan sabar menunggu kehadiran season 2.