Review Space Jam A New Legacy: "Mimpi Basah" Dunia Warner Bros

Konten Media Partner
25 September 2021 13:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Space Jam: A New Legacy (Foto: IMDb)
zoom-in-whitePerbesar
Space Jam: A New Legacy (Foto: IMDb)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Space Jam: A New Legacy hadir bak mimpi basah dunia Warner Bros. Semua IP yang dimiliki oleh Warner Bros, dari yang popular sampai obscure, dari klasik sampai modern, tumpah ruah di film ini dan berdampingan dengan para tokoh-tokoh kartun Looney Tunes. Ingin melihat Batman membasmi kejahatan bersama Bugs Bunny? Ada di film ini. Ingin melihat Tweety masuk ke The Matrix? Consider it done.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kehadiran semua IP tersebut tidak diimbangin dengan kisah dan direksi yang menarik dari sutradara Malcolm D. Lee. Space Jam: A New Legacy adalah hiburan yang flat jika tidak ingin dikatakan menjemukan. Apa yang positif dari film ini adalah pengalaman nostalgia yang ditawarkannya.
Seperti pendahulunya, Space Jam (1996), film terbaru ini masih menempatkan atlet basket sebagai tokoh utamanya. Jika dulu Michael Jordan, sekarang LeBron James. Walau begitu, fondasi kisahnya berbeda. Space Jam terdahulu memakai fondasi kisah Michael Jordan yang bosan dengan basket dan ingin mengeksplorasi karir di cabang olahraga lain. Namun, di tengah “krisis identitas” itu, Looney Tunes membutuhkannya untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan oleh Swackhammer.
Space Jam: A New Legacy mengambil pendekatan yang berbeda. Kali ini krisis ada pada hubungan LeBron dan anaknya, Dom (Cedric Joe). LeBron menginginkan Dom untuk mengikuti jejaknya sebagai pebasket, oleh karenanya ia memberikan tekanan pada Dom untuk excel di cabang olahraga itu. Dom, di sisi lain, hanya menganggap basket sebeagai rekreasi sementara passion utamanya adalah game development yang dianggap remeh LeBron. Perbedaan itu memuncak ketika Dom ingin mengikuti E3 GameDesign sementara Lebron ingin ia mengikuti kamp basket.
Space Jam: A New Legacy (Foto: IMDb)
Berupaya memperbaiki hubungan dengan sang anak, LeBron mengajak Dom ke Warner Bros yang berniat menggunakan LebRon sebagai celebrity endorsement atas AI terbarunya, Warner 3000 atau disebut juga Al-G Rhythm. Sebagai AI yang memiliki akses ke semua IP (Kekayaan Intelektual) Warner Bros mulai dari film hingga game, AL-G Rhythm dipersiapkan untuk merevolusi produksi konten Warner Bros ke depannya.
ADVERTISEMENT
LeBron menolak tawaran itu, bahkan menghina Warner 3000. Tidak terima, AL-G Rhythm menarik LeBron dan Dom ke Serververse, back end dari Warner 3000. Di sana, ia memecah belah hubungan LeBron dan Dom. Jika LeBron ingin Dom Kembali, ia harus mengalahkannya AL-G Rhythm dalam pertandingan basket. Kebetulan, para tokoh Looney Tunes juga punya urusan dengan AL-G yang berniat menghapus mereka dengan alasan “kurang menjual”.
Apa yang terjadinya selanjutnya cukup straightforward seperti film sebelumnya, LeBron berkeliling serververse, berkunjung dari satu IP Warne Bros ke IP yang lain, dan mencari figure yang bisa diajak bergabung ke timnya. Hasilnya bisa ditebak, ia berakhir dengan para tokoh Looney Tunes. Hal itu kemudian mengarah ke pertandingan basket dengan penonton semua IP Warner Bros.
ADVERTISEMENT
Konflik yang dihadirkan film ini relatif sederhana, seorang ayah yang tidak memberikan kebebasan anaknya untuk memilih jalan hidupnya. LeBron dikisahkan mengalami pengalaman serupa ketika kecil dan ia kemudian memperlakukan anaknya sama seperti bagaimana ia diperlakukan ayahnya dulu. Ia tidak menyadari bahwa dirinya membentuk lingkaran setan soal ekspektasi orang tua terhadap anak.
Sayangnya, konflik yang berujung pertandingan basket itu tidak dieksplor lebih jauh, berhenti di permukaan. Di sisi lain, juga terlalu one sided, fokus ke LeBron saja. Dengan kata lain, kisah bapak-anak itu hanya menjadi fondasi untuk Warner Bros bisa memasukkan sebanyak mungkin karakter mereka ke dalam film dengan LeBron James sebagai toppingnya.
Space Jam: A New Legacy (Foto: IMDb)
Kehadiran karakter-karakter legandaris Warner Bros pun juga tak jarang terasa mengganggu. Dibanding menghibur, mereka malah terasa maksa. Buat marketing WarnerBros (mungkin) kehadiran karakter-karakteri itu bak kesempatan emas. Mereka bisa mempromosikan kembali semua karakter yang jarang atau akan kembali ke layar lebar, seperti The Matrix.
ADVERTISEMENT
Dari segi visual, film ini tidak lagi menonjolkan 2D untuk karakter-karakter Looney Tunes-nya. Semua karakter dari Looney Tunes dibuat dalam 3D yang jadi poin plus bagi penonton yang ingin pendekatan baru. Namun, animasi yang diberikan saat Toon Squad vs Goon Squad mungkin sedikit berlebihan dengan berbagai effect dan gimmick yang bisa overwhelming untuk beberapa orang.
Overall, film ini pada dasarnya adalah sebuah produk untuk membawa penonton merasakan nostalgia kembali ke film pertamanya dan IP Warner Bros. Namun kisahnya datar dan komedi yang dituang ke film ini hanya sesekali saja terasa menghibur, membuat niat fanservice yang ditonjolkan terasa tidak genuine dan lebih seperti langkah marketing.
IRFAN