Review Terminator: Dark Fate, Sekuel Terminator Terbaik!

Konten Media Partner
24 Oktober 2019 17:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terminator: Dark Fate (Foto: Paramount Pictures)
zoom-in-whitePerbesar
Terminator: Dark Fate (Foto: Paramount Pictures)
ADVERTISEMENT
(Review ini mengandung spoiler)
Play Stop Rewatch, Inggris - Terminator: Dark Fate adalah sekuel Terminator terbaik setelah Terminator 2: Judgement Day. Sutradara Tim Miller (Deadpool) membuat berbagai keputusan tepat yang menjadikan Dark Fate lebih ganas, lebih menghibur, dan sedikit lebih segar dibandingkan pendahulu-pendahulunya. Meski begitu, Dark Fate tidak melupakan berbagai elemen ikonik seri Terminator sehingga film berdurasi dua jam ini tetap akan terasa familiar bagi penggemar setia.
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch berkesempatan menonton premiere Dark Fate di Inggris hari Rabu (23/10). Berikut adalah review dari Play Stop Rewatch.
Daniella, Grace, dan Sarah Connor (Foto: Paramount Pictures)
Dark Fate sendiri mengambil setting 24 tahun pasca keberhasilan Sarah Connor (Linda Hamilton), John Connor (Edward Furlong), dan 'Uncle Bob' T-800 (Arnold Schwarzenegger) meledakkan CyberDyne, pencipta Skynet yang merupakan induk para terminator. Aksi mereka berhasil mencegah kiamat (Judgement Day) yang seharusnya terjadi di tahun 1997 akibat Skynet meledakkan nuklir di berbagai penjuru dunia. Namun, kenyataan berikutnya tidak seindah harapan Sarah dan John.
Meski Skynet berhasil dihancurkan, Sarah cs ternyata tidak sepenuhnya mencegah kiamat. Sedikit meminjam elemen dari Terminator 3: Rise of the Machine, apa yang dilakukan Sarah cs hanyalah mencegah Skynet terwujud dan menunda kiamat. Dengan kata lain, perang antara manusia dan mesin akan tetap terjadi di masa depan, baik dengan atau tanpa kehadiran Skynet. Kisah di Dark Fate menegaskan bahwa sebanyak apapun Sarah mencegah kiamat, pada akhirnya hal itu akan terjadi juga.
Salah satu musuh di Terminator: Dark Fate (Foto: Paramount Pictures)
Kenyataan kelam itu ditandai dengan kehadiran terminator Rev-9 (Gabriel Luna) dari masa depan. Rev-9 adalah cyborg yang mampu membelah diri dengan cara memisahkan exoskeleton-nya dari inner frame. Exoskeleton Rev-9 memiliki kemampuan setara T-1000 sementara inner frame-nya setangguh T-800 yang menjadikannya salah satu terminator paling berbahaya.
Natalie Reyes sebagai Daniella (Foto: Paramount Pictures)
Dikirim pengganti Skynet bernama Legion, Rev-9 memiliki misi memburu Daniella Ramos (Natalia Reyes). Seperti John Connor dulu, Daniella diramalkan menjadi pemimpin manusia dalam perang melawan mesin.
ADVERTISEMENT
Untungnya, bantuan dari masa depan juga hadir untuk melindungi Daniella, sama seperti Kyle Reese datang untuk melindungi Sarah Connor di The Terminator atau 'Uncle Bob' melindungi John Connor di Terminator 2: Judgement Day. Pasukan Resistance di masa depan mengirim Grace (MacKenzie Davis), hybrid human-cyborg, untuk melindungi Daniella bersama Sarah Connor.
Mackenzie Davis sebagai Grace (Foto: Paramount Pictures)
Dark Fate terasa lebih baik dibandingkan pendahulu-pendahulunya karena Tim Miller tak memaksa Dark Fate untuk berbeda total. Sebaliknya, sutradara Tim Miller menggunakan semua elemen bagus dari film-film Terminator terdahulu dan kemudian mengolahnya menjadi sebuah produk yang nikmat ditonton. Dark Fate adalah Star Wars: The Force Awakens untuk saga Terminator di mana tidak terasa unik, tetapi tetap mampu membawa franchise ke direksi yang baru.
Linda Hamilton kembali memerankan karakter Sarah Connor (Foto: Paramount Pictures)
Salah satu elemen terbaik tersebut adalah Sarah Connor. Ya, selama ini kebanyakan orang mengira key ingredient film Terminator adalah kehadiran T-800 di mana ia nyaris selalu menjadi sorotan utama. Padahal, jiwa franchise Terminator adalah Sarah Connor, bukan T-800 ataupun John Connor.
ADVERTISEMENT
Ketika seri Terminator masih digarap James Cameron (Titanic, Avatar), kisah utamanya selalu berpusat pada Sarah yang berusaha melindungi orang-orang di sekitarnya sekaligus mencegah kiamat. Dengan kata lain, tanpa Sarah, tidak akan pernah ada kisah terminator versus manusia. Kehadiran Sarah membuat Dark Fate terasa relatable untuk mereka yang menggemari saga Terminator sejak dulu.
Linda Hamilton sendiri belum kehilangan tajinya dalam memerankan Sarah. Meski dua dekade sudah berlalu sejak terakhir kali ia menjadi Sarah Connor, Hamilton tetap mampu menampilkan Sarah yang tangguh, tegas, dan protektif seperti seorang ibu pada umumnya. Ia berhasil mencuri perhatian di berbagai adegan sekaligus menegaskan bahwa Terminator adalah daerah kekuasaannya, bukan milik Arnold Schwarzenegger.
Schwarzenegger, tak lagi menjadi sorotan utama, juga masih handal memerankan cyborg T-800. Walau perawakannya sudah tidak segarang dulu, Schwarzenegger masih mampu menghadirkan T-800 seperti yang kita kenal. Malah, T-800 di Dark Fate adalah salah satu inkarnasi terbaik selain 'Uncle Bob' di Terminator 2: Judgement Day.
ADVERTISEMENT
Meminjam elemen Terminator: Genisys, T-800 di Dark Fate memiliki karakter manusiawi karena bertahun-tahun mempelajari tingkah laku manusia usai menuntaskan misinya. Bertahun-tahun belajar membawa T-800 ke satu titik di mana ia merasa lebih seperti manusia dibandingkan cyborg. Pada akhirnya ia memutuskan untuk mengadopsi nama manusia, Carl, dan hidup bersama-sama manusia menjadi pedagang gorden.
Untungnya, kemampuan bertarungnya tidak lapuk dimakan waktu seperti T-800 di Terminator: Genisys. Carl bisa memberikan perlawanan hebat kepada Rev-9 yang jauh lebih modern. Pertarungan keduanya menampikan berbagai laga keren yang menghiasi sepertiga terakhir Dark Fate. Bahkan, salah satu bagian mampu membuat mata Play Stop Rewatch berkaca-kaca karena sarat dengan homage ke Terminator 2: Judgement Day.
Selain karakter yang keren, salah satu elemen ikonik Terminator yang berhasil diolah kembali oleh Tim Miller adalah kisah besar franchisenya. James Cameron menciptakan franchise Terminator bukan sebagai kisah sci-fi laga semata, tetapi juga drama keluarga. Di tangan ia, kisah Terminator sarat akan elemen-elemen kekeluargaan mulai hubungan ibu dan anak hingga pentingnya figur seorang ayah. Contohnya, Terminator 2: Judgement Day menampilkan hubungan John Connor dan 'Uncle Bob' layaknya seorang anak dan ayah yang bahkan diakui oleh Sarah sendiri di salah satu bagian film.
Terminator: Dark Fate (Foto: Paramount Pictures)
Drama keluarga itu ditampilkan kembali oleh Tim tanpa elemen-elemen tambahan yang membingungkan layaknya apa yang terjadi dengan Terminator: Genisys. Interaksi Sarah, Daniella, Grace, dan Carl terasa sangat cair dan asyik, layaknya sebuah keluarga yang sudah bertahun-tahun hidup bersama. Sarah menjadi figur ibu, Carl menjadi figur ayah, Grace menjadi figur kakak yang protektif, sementara Daniella adalah si bungsu yang rebel. Setiap kali keempatnya berkumpul, kisah Dark Fate melaju dengan mulus, baik dengan canda tawa maupun laga.
ADVERTISEMENT
Meski Dark Fate memiliki banyak hal bagus, tetaplah ia gagal untuk melampaui Terminator 2: Judgement Day dengan margin yang tipis. Salah satu penyebab utamanya adalah Rev-9 yang aura mengancamnya tidak sekental T-1000 (Robert Patrick) di Terminator 2: Judgement Day. T-1000 memiliki aura terror berjalan yang menyerupai Mike Myers di film Halloween, sementara Rev-9 lebih mirip tukang gebuk tanpa memberikan kesan berarti.
Penyebab lain adalah kurang tereksplornya situasi di masa depan, tempat Grace berasal. Bagaimana Legion bisa muncul menggantikan Skynet menimbulkan berbagai tanda tanya. Dengan kata lain, unsur 'dark fate' di Terminator: Dark Fate kurang tergali dengan baik. Patut diduga Tim Miller dan produser James Cameron menyimpannya untuk sekuel Dark Fate.
ADVERTISEMENT
Mengulang apa yang sudah disebutkan di awal review ini, Terminator: Dark Fate adalah sekuel terbaik dan wajib ditonton. Penggemar baru Terminator tidak akan kesulitan untuk mengikuti kisahnya sementara penonton lama akan puas dengan berbagai penghormatan yang ditampilkannya.