Review Unicorn Store, Debut 'Carol Danvers' Sebagai Sutradara

Konten Media Partner
5 April 2019 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Brie Larson (Sumber: Netflix)
zoom-in-whitePerbesar
Brie Larson (Sumber: Netflix)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Terlalu kekanak-kanakan untuk orang dewasa dan terlalu dewasa untuk anak-anak adalah kalimat yang tepat untuk memberikan impresi pada film ini. Netflix baru saja merilis Unicorn Store, film yang disutradarai oleh Brie Larson dan sempat tayang pada Toronto International Film Festival 2017.
ADVERTISEMENT
Mengisahkan seorang wanita yang bertumbuh dewasa bernama Kit (Brie Larson) yang masih memiliki jiwa anak-anak dan harus menghadapi kenyataan hidup orang dewasa. Di tengah-tengah kebosanan hidupnya sebagai seseorang yang bertumbuh dewasa, Kit dikirimkan sebuah pesan dari seseorang yang misterius. Orang tersebut berjanji akan menunjukan Unicorn kepada Kit, di mana Kit sejak kecil tergila-gila dengan hewan mitologi tersebut.
Brie Larson mempromosikan filmnya (Sumber: Netflix)
Awalnya, kita seperti disuguhi sebuah cerita mengenai kedewasaan itu tidak menghormati kreativitas. Play Stop Rewatch berpikir ini akan menjadi sebuah film yang mengkritik kehidupan office workers karena beberapa kali ditunjukan beberapa keburukan dari jenis-jenis orang kantoran.
Ternyata semua itu terbantahkan, karena sejujurnya film ini tidak jelas agendanya mau dibawa ke mana. Hal tersebut yang membuat film ini bisa dibilang unik daripada yang lain. Kita bisa melihat betapa passionate-nya orang dewasa yang memiliki hati anak-anak, hal tersebut sangat naif dari perspektif orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Beberapa kali juga hubungan antara Kit dan kedua orangtuanya diekspos, jelas sekali ada perdebatan antara seorang anak yang meminta orang tuanya untuk mendukung apapun yang dikerjakannya walaupun terkesan aneh dengan orang tuanya yang sedih kenapa anaknya tidak bisa mengerti realita hidup.
Dari awal hingga pertengahan akhir, kita dibuat merasa simpati dengan Kit. Begitu Kit mengajak Virgil, orang yang membantu Kit membangun stable untuk Unicorn, ke Unicorn Store, kita mulai dibawa ke arah Kit mengalami delusional. Namun, semua itu dipatahkan di ending, hal ini lah yang membuat film ini tidak jelas agendanya.
Dibandingkan mendiskusikan plot-nya, Unicorn Store banyak sekali menyelipkan pesan dan simbol secara subliminal di dalamnya. Sebagai contoh ketika presentasi iklan vacuum cleaner yang menunjukan wanita seksi membawa bayi atau bagaimana narasi-narasi dari televisi yang ditonton selalu menyindir orang dewasa yang tidak bisa mandiri, hal tersebut sungguh ingin menyindir keadaan dunia orang dewasa.
Brie Larson bekerja di balik layar (Sumber: Netflix)
Hal yang menarik dari film ini hanyalah akting dari Brie Larson yang sudah tidak usah dipertanyakan kembali dari seorang pemenang Best Actress di Oscars. Selain itu, komedi yang disampaikan di film ini juga cukup adsurb, jika kalian bisa merasakan situasinya ketika punchline tersebut disampaikan, hal tersebut akan menjadi lucu.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, film ini berhasil membangun ekspetasi lebih pada premis awalnya, namun tidak diselesaikan dengan baik karena terlalu banyak sub-plot yang berantakan. Sayangnya, film ini tidak terlalu bisa dinikmati oleh semua orang. Wajar jika Netflix mengambilnya setelah kesuksesan Brie Larson memerankan Captain Marvel, jika tidak ada hype tersebut, mungkin film ini tidak akan rilis sama sekali ke publik.
Penulis: Andri