Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Sisi Lain Yesus Kristus yang Digambarkan Pada 'The Last Temptation of Christ'
10 April 2020 8:32 WIB

ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Tidak seperti Passion of the Christ yang menampilkan 12 jam sebelum Yesus mati di kayu salib, The Last Temptation of Christ mengeksplorasi sisi lain Yesus Kristus secara fiktif.
ADVERTISEMENT
The Last Temptation of Christ adalah film drama tahun 1988 yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Nikos Kazantzakis tahun 1953. Film ini juga berhasil membawa Martin Scorsese masuk ke dalam nominasi Oscar untuk Best Director.
Sama seperti novelnya, The Last Temptation of Christ menggambarkan perjuangan kehidupan Yesus Kristus melawan berbagai macam bentuk godaan.
Di sini, Yesus yang memiliki keilahian dan tetap memiliki sisi manusia, ia lebih condong ke arah sisi kemanusiawiannya. Itulah yang membuat kisah Yesus di sini mengarah ke arah yang berbeda.
Bagaimana seandainya jika Yesus berhasil selamat dari kayu salib dan memilih cara yang berbeda dalam menyelamatkan bangsa Israel dari jajahan bangsa Romawi?
Di sepanjang film, kalian akan ditunjukan bagaimana refleksi personal Nikos soal Yesus. Seandainya Yesus masih memiliki sisi kemanusiaannya, Nikos menggambarkan betapa Yesus ketakutan untuk menanggung beban Mesias seberat itu.
ADVERTISEMENT
Pertempuran batin di antara sisi rohani (keilahian) dan sisi daging (kemanusiawian) menjadi kegelisahan utama pada film The Last Temptation of Christ.
Wajar rasanya jika novel maupun filmnya mendapat kecaman keras dari berbagai macam pihak karena tidak menggambarkan Yesus dengan tepat seperti yang ada di Alkitab.
Yesus bahkan sampai digambarkan memiliki anak dan terlibat dalam kegiatan seksual. Bagi beberapa orang Kristen, hal tersebut merupakan penghinaan terhadap Yesus.
Akan tetapi, sebelum kalian mengambil kesimpulan secepat itu, PSR menyarankan kalian untuk menonton sampai akhir film ini sehingga kalian akan mengerti kenapa judulnya diberikan The Last Temptation of Christ atau pencobaan terakhir dari Yesus.
Setelah kita diikuti perjalanan hidup Yesus dari awal hingga ia menyesal dan tersadar sudah ditipu oleh iblis, Yesus meratap dan berdoa serta menyatakan dirinya telah tidak taat kepada Tuhan. Ia menyatakan dirinya ingin sampai mati dikayusalibkan daripada merangkul sisi kemanusiaannya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, film tersebut langsung beralih kembali pada adegan Yesus disalib.
Kisah imajinatif yang disampaikan sepanjang film inilah yang dimaksud sebagai pencobaan Yesus yang terakhir sebelum ia mati di kayu salib. Yesus memiliki kesempatan untuk dapat selamat dari kayu salib dan hidup seperti manusia normal pada umumnya.
Tapi, Yesus tidak menerima kesempatan tersebut dan memilih untuk mati di kayu salib. Sebuah kisah reflektif yang jika kita menerimanya dengan pemikiran terbuka, akan banyak pesan moral di dalamnya yang bisa kita ambil.
Yang perlu ditekankan adalah ini merupakan kisah fiksi, jadi tidak sepatutnya kita memprotes sebuah film yang sudah jelas-jelas hanya merekonstruksi kisah Yesus.
Film ini cocok untuk ditonton pada Jumat Agung untuk memaknai kembali pengorbanan Yesus di kayu salib.
ADVERTISEMENT