Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Baliho Caleg: Merusak Estetika Kota dan Berakhir Jadi Sampah
19 Agustus 2023 14:08 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Aidrus Asyabani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Pengendara roda dua melintas di samping baliho alat peraga kampanye (APK) di Pandeglang, Banten, Senin (17/7/2023). Foto: Muhammad Bagus Khoirunas/ANTARA FOTO](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01h5hqkfj16awh20sjmwryv1c4.jpg)
ADVERTISEMENT
Pemilu 2024 hanya menghitung bulan, kontestasi politik sudah bisa dirasakan oleh masyarakat. Kampanye yang dilakukan oleh caleg, partai politik, maupun calon presiden sudah mulai terpampang di jalanan. Baliho caleg, gambar wajah-wajah yang tersenyum lebar dengan janji-janji manis, telah menjadi pemandangan yang tidak asing di sepanjang jalan kota.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, baliho-baliho ini tidak hanya menjadi bagian kampanye politik, tetapi juga merambah menjadi sampah lingkungan. Estetika kota yang indah semakin terganggu oleh tumpukan baliho caleg yang berceceran di sepanjang jalan. Inilah saatnya kita berbicara tentang dampak negatif baliho caleg dan perlunya pendekatan kampanye yang lebih menarik dan berkelanjutan.
Sampah bagi Lingkungan
Baliho caleg yang terpampang di setiap sudut kota tidak dapat diabaikan lagi. Mereka telah bertransformasi dari sarana kampanye menjadi tumpukan sampah visual yang merusak panorama kota. Wajah-wajah caleg yang tersenyum dengan janji-janji besar, seringkali hanya menjadi pemandangan yang melelahkan bagi mata dan pikiran warga kota. Baliho yang terpasang tidak memberikan nilai edukatif, sehingga hanya menjadi sampah masyarakat. Selain itu, baliho-baliho ini juga menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan yang serius.
ADVERTISEMENT
Mengapa baliho caleg bisa dianggap sebagai sampah lingkungan? Pertama, bahan pembuatan baliho yang umumnya terbuat dari plastik atau bahan sintetis lainnya sulit terurai oleh alam. Ini berarti baliho-baliho yang tidak lagi diperlukan akan menjadi sampah yang bertumpuk dan mencemari lingkungan. Kedua, proses produksi baliho juga dapat menyumbangkan dampak buruk terhadap lingkungan, mulai dari penggunaan sumber daya yang besar hingga polusi akibat limbah produksi.
Gangguan Estetika dan Ruang Publik
Salah satu aspek yang semakin mengkhawatirkan adalah dampak baliho caleg terhadap estetika kota. Setiap kota memiliki karakter uniknya sendiri yang tercermin dalam arsitektur, taman, dan desain jalannya. Baliho-baliho yang besar dan mencolok ini mengganggu harmoni visual kota dan merusak citra estetik yang telah dibangun dengan susah payah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, baliho-baliho caleg juga membanjiri ruang publik yang seharusnya menjadi tempat bagi interaksi sosial dan aktivitas masyarakat. Jalan-jalan yang dulu menjadi tempat berjalan kaki yang menyenangkan atau berkumpul dengan teman-teman, kini dibanjiri oleh iklan politik yang berlebihan. Ini dapat mengganggu keseimbangan antara ruang pribadi dan publik, serta mengganggu kualitas hidup masyarakat kota.
Kampanye Caleg yang Lebih Menarik dan Berkelanjutan
Tentu saja, masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang caleg dan program-program mereka. Namun, ada cara yang lebih baik untuk melakukan kampanye politik tanpa merusak estetika kota dan lingkungan. Berikut adalah beberapa ide yang dapat diadopsi untuk kampanye caleg yang lebih menarik dan berkelanjutan:
1. Kampanye Digital, Di era teknologi informasi ini, kampanye politik dapat lebih efektif dilakukan secara digital. Caleg dapat menggunakan media sosial, situs web, dan platform online lainnya untuk menyampaikan pesan-pesan mereka kepada pemilih. Ini tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih tepat sasaran karena dapat mencapai khalayak yang lebih luas. Tentu dengan strategi yang jelas dan bukan sekadar upload apalagi kontennya tidak memiliki nilai edukatif.
ADVERTISEMENT
2. Kampanye Kreatif dan Edukatif, Caleg dapat mengadopsi pendekatan yang lebih kreatif dan edukatif dalam kampanye mereka. Mengadakan pelatihan, seminar, lokakarya, atau diskusi terbuka tentang isu-isu penting yang dihadapi masyarakat seperti UMKM, Kesehatan masyarakat di daerah, pencegahan stunting dan sebagainya yang dapat meningkatkan interaksi dan pemahaman antara caleg dan pemilih.
3. Komitmen Terhadap Lingkungan, Sebagai langkah konkret, caleg harus dapat berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan dari kampanye mereka. Misalnya, mereka dapat menggunakan materi kampanye yang ramah lingkungan, seperti bahan daur ulang atau tumbuh-tumbuhan yang dapat ditanam setelah kampanye selesai. Jika saat kampanye saja menimbulkan kerusakan lingkungan apalagi kalau sudah jadi
4. Partisipasi Masyarakat, Melibatkan masyarakat dalam proses kampanye dapat menjadi solusi yang lebih inklusif. Caleg dapat mengajak warga untuk berpartisipasi dalam acara-acara sosial atau lingkungan yang mendukung komunitas. Caleg harus memperbanyak turun dan mendengar keluh kesah masyarakat kalangan bawah.
ADVERTISEMENT
Jadi, Baliho caleg yang menjadi sampah masyarakat dan lingkungan adalah masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian. Estetika kota yang indah dan lingkungan yang sehat adalah hak masyarakat yang harus dijaga. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikan pentingnya kampanye politik.
Melalui pendekatan yang lebih kreatif dan berkelanjutan, caleg dapat tetap berkomunikasi dengan pemilih tanpa merusak lingkungan dan mengganggu keseimbangan visual kota. Dengan kerja sama antara caleg, masyarakat, dan pihak berwenang, kita dapat menciptakan kampanye politik yang lebih bermakna dan berdampak positif bagi semua pihak.