Antoine Laurent Lavoisier dan Revolusi Besar Ilmu Kimia Modern

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
25 Februari 2018 8:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Antoine Laurent Lavoisier adalah seorang ahli kimia terkemuka dunia, yang menyelamatkan ilmu kimia dari ketertinggalan. Ketika Lavoisier dilahirkan, tahun 1743 di Prancis, ilmu kimia perkembangannya tertinggal jauh dari ilmu fisika, matematika, dan astronomi, yang hampir setiap tahun selalu mengasilkan penemuan penting. Sebenarnya sudah banyak penemuan-penemuan kimia yang dihasilkan oleh para ilmuwan kimia, namun tidak dalam satu kerangka teoretik yang sama, sehingga banyaknya penemuan itu hanya menjadi potongan-potongan yang tidak menghasilkan apapun.
ADVERTISEMENT
Tidak adanya kerangka teoretik membuat para ilmuwan kehilangan arah dalam menghasilkan hipotesis, bahkan kesimpulan akhir dari penelitiannya. Seperti kekliruan mengenai semua bahan yang dapat terbakar mengandung zat hipotetikal yang disebut flogiston. Munculnya kesimpulan keliru itu membuat para ahli kimia berbakat seperti Joseph Black, Joseph Priestly, dan Henry Cavendish, yang menemukan oksigen, hidrogen, nitrogen, dan karbon dioksida, selama kurun waktu antara tahun 1754 hingga 1774, tidak sanggup memahami sifat atau nilai dari zat-zat yang mereka temukan itu.
Mengetahui hal itu Lavoisier kemudian mencoba membuat hipotesis-hipotesis baru dari banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli sebelum dirinya untuk menemukan satu paham yang jelas mengenai ilmu kimia. Hal pertama yang dilakukan oleh Lavoisier adalah membantah kebenaran teori flogiston. Zat yang bernama flogiston dalam proses pembakaran itu tidak pernah ada, karena terbakarnya sebuah benda itu terjadi apabila oksigen bertemu dengan bahan yang terbakar. Kemudian ia mengatakan bahwa air bukanlah zat elementer, melainkan senyawa kimia yang terdiri dari oksigen dan hidrogen. Udara pun bukan zat elementer, melainkan campuran dua gas, yaitu oksigen dan nitrogen. Para ahli kimia yang sezaman dengan Lavoisier menolak semua hipotesisnya, walaupun Lavoisier sudah menyajikan bukti-bukti nyata kepada mereka. Lavoisier kemudian membuat buku pada 1789 berjudul Elements of Chemistry, yang berisikan banyak hipotesis dari hasil penelitiannya, dan ditambah bukti-bukti pendukungnya. Buku ini menjadi pegangan bagi generasi ahli kimia setelahnya karena menyajikan bukti penelitian, sehingga tidak dianggap sebagai teori kosong.
ADVERTISEMENT
Lavoisier merancang sistem penamaan pada unsur-unsur kimia untuk mempermudah para ahli kimia di seluruh dunia dalam mengkomunikasikan hasil penelitian mereka. Lavoisier juga merupakan orang pertama yang membuat prinsip kekekalan massa dalam reaksi kimia. Menurutnya reaksi kimia dapat menyusun ulang unsur-unsur yang ada dalam zat-zat yang bereaksi, tetapi tidak menghancurkan massa yang terlibat dalam reaksi tersebut, dan hasil akhirnya zat itu akan memiliki berat yang sama dengan zat-zat penyusunnya. Pentingnya pengukuran berat zat kimia yang ditekankan oleh Lavoisier membantu mengubah ilmu kimia menjadi ilmu eksakta.
Lavoisier wafat pada 1794, setelah dirinya dinyatakan sebagai bagian dari pemerintah lama oleh pemerintah Revolusioner pada Revolusi Prancis pada 1789. Lavoisier yang mempelajari ilmu hukum dan menjadi administrator di kerajaan Prancis dianggap sebagai hambatan untuk Prancis pasca revolusi.
ADVERTISEMENT
Sumber: Hart, Michael H. 2016. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta: Noura.
Antoine Laurent Lavoisier (Foto: wikimedia.commons)