Konten dari Pengguna

Domitian dan Peran Kaisar yang Hilang

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
13 Januari 2019 20:53 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang yang menyebut dirinya Sensor (pengawas) Abadi Roma, Kaisar Domitian menetapkan kebijakan terhadap senat dan rakyatnya dalam kekuasaan yang absolut. Hanya hukuman berat yang menanti bagi siapapun yang berani menentang dirinya.
ADVERTISEMENT
Pemerintahan Domitian dimulai ketika Kaisar Roma, Vitellius, meninggal dunia. Saat itu, Roma sedang mencari suksesi dari Vitellius, tetapi dari banyaknya kekuatan yang mencoba menguasai pemerintahan Roma, hanya Domitian yang dianggap layak menjadi kaisar.
Namun, tidak lama setelah Domitian diangkat menjadi Caesar yang baru, Vesparian (ayah Domitian) kembali dari pengasingannya setelah sebelumnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Vitellius. Vesparian segera mengambil alih kekuasaan dari putranya itu.
Tahun 79 M, Vesparian meninggal dunia, dan takhta kekaisaran dilanjutkan oleh kakak Domitian, Titus, yang unggul dalam segala aspek daripada Domitian. Para Senat pun akhirnya setuju untuk mengangkat Titus sebagai kaisar baru Roma.
Pada 81 M, Titus mendadak meninggal. Banyak orang yang berspekulasi bahwa Domitian terlibat dalam kasus wafatnya sang kaisar. Para senat dan rakyat telah mengetahui sifat penuh ambisi Domitian, sehingga mereka tidak heran jika memang hal itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Domitian, sebagai pewaris sah kekaisaran, akhirnya kembali menduduki takhta. Namun, selama menjadi kaisar Roma, Domitian tidak mendapat simpati dari rakyatnya. Bahkan, ia memperburuk citranya ketika mengenakan pakaian jenderal pemenang perang, mengingat ia tidak pernah sekali pun terjun ke medan pertempuran.
Kaisar Domitian (Foto: Flickr)
Pada 83 M, Domitian mengeksekusi tiga orang Perawan Vestal (orang suci di biara) karena dianggap melanggar sumpah mereka untuk tidak melakukan perzinaan. Walaupun sebenarnya, ketiganya dijebak oleh Domitian untuk melayaninya.
Para Perawan Vestal sepertinya menjadi target khusus Domitian untuk dimusnahkan. Bahkan, pada tahun 90 M, Domitian memerintahkan bawahannya untuk mengubur Kepala Vestal, Cornelia, hidup-hidup di dalam dinding karena dicurigai menjalin suatu hubungan.
Pada 85 M, Domitian menyatakan dirinya sebagai “Sensor Abadi”, yang salah satu tugasnya adalah menjaga moralitas masyarakat. Klaim Domitian itu sangat tidak beralasan dan sangat jauh dari kenyataan sebenarnya. Rakyat Romawi merasa kehilangan sosok kaisar yang seharusnya membimbing mereka menuju peradaban yang lebih maju.
ADVERTISEMENT
Pada akhir masa kekuasaannya, Domitian memerintahkan pengeksekusian tokoh-tokoh penting di Roma, yang dikenal sebagai “Pengadilan Pengkhianatan”. Ia merasa perlu menyingkirkan seluruh lawan politiknya agar tetap dapat berkuasa.
Khawatir jika dirinya akan menjadi incaran pembunuhan, Domitian mengurung diri di dalam istananya. Tetapi akhirnya, istri Domitian, dan orang-orang terdekatnya yang mulai geram dengan tindakan Domitian, menyewa seorang pembunuh bayaran. Akhirnya, Domitian berhasil dibunuh, dan hak-hak senat untuk memerintah kembali dapat dijalankan.
Sumber: Luka, Monsanto. 2008. Tangan Besi: 100 Tiran Penguasa Dunia. Yogyakarta: Galang Press
Foto: Wikimedia Commons