Edward Jenner, Pelopor Vaksin dan Penelitian Penyakit Cacar

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
6 Juli 2021 20:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Edward Jenner. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Edward Jenner. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Penemu gagasan pertama vaksinasi, Edward Jenner, dibesarkan di Desa Barkeley, Inggris. Setelah belajar di bawah bimbingan dokter bedah di desanya, Jenner memutuskan untuk pergi ke London. Selama dua tahun kemudian, Jenner belajar kepada John Hunter, seorang dokter bedah paling terkenal di sana.
ADVERTISEMENT
Pada 1772, setelah menyelesaikan proses belajarnya, Jenner kembali ke Barkeley untuk menjadi dokter desa. Selain menjadi dokter, Jenner juga banyak menghabiskan waktunya untuk bermain biola dan melakukan pengamatan terhadap hewan.
Ilustrasi vaksinasi oleh Edward Jenner. | Wikimedia Commons
Jenner pernah membantu Kapten Hook untuk mengidentifikasi spesimen-spesimen hewan yang dibawanya saat pelayaran pertama Hook ke Pasifik. Ia sempat ditawari menjadi naturalis pada pelayaran Hook yang kedua, tetapi Jenner menolaknya dengan alasan penelitian yang sedang ia jalankan.
Jenner mengarahkan perhatiannya pada “smallpox” atau penyakit cacar, yang saat itu, dalam beberapa kasus, mengakibatkan kematian. Jenner tahu bahwa mereka yang selamat dari cacar tidak akan pernah terkena penyakit yang sama untuk kedua kalinya.
Penelitian pertamanya dilakukan dengan menyelidiki kasus “cowpox”, yang menyerang para pemerah susu sapi, tetapi bukan penyakit yang berbahaya. Ia memperoleh kesimpulan bahwa mereka yang menderita cowpox selamanya akan kebal terhadap smallpox.
ADVERTISEMENT
Selama 20 tahun selanjutnya, Jenner terus melakukan pengamatan terhadap kasus-kasus cowpox dan smallpox yang terjadi di desanya. Pada 1796, Jenner telah merasa cukup memperoleh data dan siap untuk melakukan eksperimen pertamanya yang cukup berbahaya.
Edward Jenner mengambil sedikit luka yang ada pada lengan Sarah Nelmes, penderita cowpox. Ia menjadikannya cairan, lalu menyuntikannya pada tubuh seorang anak berusia delapan tahun bernama James Phipps.
Setelah beberapa hari, Phipps terkena penyakit cowpox dan mengalami demam ringan. Enam minggu kemudian, pada 1 Juli 1796, Jenner sengaja memberi Phipps smallpox. Hasilnya, anak tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit smallpox, walau tetap mengalami demam yang hebat.
Edward Jenner melakukan vaksinasi pertamanya pada James Phipps, seorang anak laki-laki berusia 8 tahun. 14 Mei 1796. | Wikimedia Commons
Jenner lalu menyebut prosedur yang dilakukannya sebagai “vaksinasi”, yang didasarkan pada kata dalam bahasa latin, vacca, yang berarti sapi. Selama dua tahun berikutnya, Jenner mendapat kecaman dari komunitas ilmiah atas percobaannya tersebut.
ADVERTISEMENT
London Smallpox Hospital dan English Royal Society menolak mempublikasikan hasil temuan Jenner kepada publik. Tidak menyerah, Jenner lalu menerbitkan sendiri buku setebal 75 halaman yang berisi proses lengkap penemuannya itu.
Penerbitan buku Jenner itu menggemparkan seluruh wilayah Inggris. Dalam waktu 18 bulan, 12.000 orang di London melakukan vaksinasi, termasuk keluarga kerajaan. Namun, prestasi luar biasa Jenner itu tidak langsung diberi penghormatan oleh para dokter Inggris.
Setelah setahun tinggal di London, Jenner kembali ke kehidupannya sebagai dokter desa. Pada 1802, parlemen memutuskan mengahadiahi Jenner 10.000 pounds–angka yang sangat besar ketika itu–dan ia pun hidup dengan nyaman hingga akhir hayatnya.
***
Referensi: