news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Festival Tanabata: Kisah Sepasang Kekasih Terpisah Sepanjang Galaksi

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
22 Februari 2021 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Festival Tanabata. | Tokyo Cheapo
zoom-in-whitePerbesar
Festival Tanabata. | Tokyo Cheapo
ADVERTISEMENT
Jepang dikenal sebagai negara yang dipenuhi dengan berbagai festival. Ketika musim panas tiba, selain festival-festival yang diadakan di kuil, ada pula Festival Tanabata yang diadakan setiap tanggal 7 Juli setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, Festival Tanabata diambil dari legenda “Festival Bintang” yang berasal dari Tiongkok. Legenda ini berkisah tentang seorang anak perempuan raja langit bernama Orihime yang menjalin kisah asmara dengan pengembala sapi bernama Hikoboshi.
Ketika sepasang kekasih tersebut dimabuk cinta, mereka sampai melupakan pekerjaan yang merupakan kewajiban mereka. Raja langit yang murka dengan kelakuan keduanya, marah dan memisahkan mereka dengan menempatkan mereka di sisi sungai Ama no Gawa (galaksi bima sakti) yang berbeda.
Ilustrasi Orihime dan Hikoboshi. | JapanCulture-NYC
Mereka hanya diizinkan untuk bertemu setiap satu tahun sekali, yaitu setiap tanggal 7 Juli. Namun, bila pada hari tersebut turun hujan, sungai Ama no Gawa akan meluap sehingga pasangan ini pun tidak bisa bertemu sampai dengan tahun berikutnya. Oleh karena itu, ada kebiasaan di antara orang Jepang untuk mengharapkan cuaca yang cerah saat Festival Tanabata tiba.
ADVERTISEMENT
Pertemuan pasangan ini digambarkan dengan pola bintang “Segitiga Musim Panas”. Orihime dilambangkan sebagai bintang Vega, sedangkan Hikoboshi dilambangkan sebagai bintang Altair. Keduanya terhubung menjadi segitiga besar bersama dengan bintang Dereb. Pada saat inilah kita bisa melihat galaksi bima sakti berada di antara pola bintang "Segitiga Musim Panas".
Festival Tanabata. | Wikimedia Commons
Jika kita berkunjung ke Jepang ketika bertepatan dengan perayaan Festival Tanabata, kita akan menemukan pajangan bambu dengan hiasan kertas warna-warni yang menggantung. Pajangan ini biasanya dipasang di mal ataupun shopping street.
Jika diperhatikan dengan teliti, pada kertas hiasan tersebut tertulis sebuah harapan. Kebiasaan ini semula dimulai pada zaman Edo. Pada masa tersebut biasanya orang akan menuliskan harapan seperti “semoga lebih pintar menuliskan kaligrafi” atau “semoga lebih jago menggunakan sempoa”.
Ilustrasi Festival Tanabata zaman Edo. | Wikimedia Commons
Kebiasaan ini masih tertinggal dalam masyarakat Jepang dan dirayakan sebagai salah satu acara tahunan hingga saat ini. Mereka akan memajang berbagai dekorasi khas di tempat-tempat umum.
ADVERTISEMENT
Selain itu, di sekolah seperti TK ataupun SD, para siswa akan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan festival ini. Para siswa akan menuliskan harapan mereka di kertas berwarna-warni dan menggantungkannya pada pohon bambu. Lalu mereka memajang bambu tersebut sebagai dekorasi.
Ketas warna-warni yang berisi permohonan. | Wikimedia Commons
***
Referensi: