Konten dari Pengguna

Herman Williem Daendels (1808-1811)

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
5 Maret 2017 19:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Meski kekuasaannya sebagi gubernur tergolong singkat, namun selama kepemimpinannya ia dikenal sebagai orang yang bengis dan otoriter.
ADVERTISEMENT
Diangkatnya Daendels menjadi gubernur Hindia pada 1808 tidak terlepas dari peran Lodwijk Bonaparte, saudara kandung Napoleon Bonaparte yang saat itu berhasil menguasai daratan Eropa. Daendels memperluas Batavia ke kawasan selatan. Ia membangun istana besar di lapangan Banteng pada 1809 yang kini menjadi gedung Departemen Keuangan.
Selama berkuasa di Hindia ia menerapkan kebijakan dengan mewajibkan petani di Jawa Barat menanam 500 pohon kopi dan hasilnya harus dijual pada VOC. Harga jual yang ditetapkan oleh VOC seharga 10 gulden perkuintal dan dipasarkan lagi oleh mereka 10 kali lipat.
Selain itu Daendels juga orang yang menerapkan sistem kerja rodi dengan pembangunan jalan raya sepanjang 1.000 kilometer dari Anyer ke Panarukan, melewati beberapa tempat seperti Lamongan-Tuban (Jawa Timur) meski dikemudian hari jalan ini menjadi urat nadi perekonomian Hindia, namun kerja rodi pembangunan jalan tersebut sama sekali tidak berperi kemanusiaan, dengan korban nyawa pribumi yang tidak terhitung jumlahnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya terhadap pribumi, para bangsawan kerjaan yang berkuasa juga kerap diperlakukan tidak selayaknya. Seperti pada Sultan Yogya yang ia suruh menyembahnya di hadapan banyak orang sebagai bentuk sambutan atas kedatangannya.
Sikap semena-mena dan otoriter Daendels pada akhirnya juga menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, ia dibenci oleh sesama orang Belanda terutama saat membuat kebijakan penjualan tanah-tanah milik negara kepada Cina dengan harga murah. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor kepemimpinannya yang singkat di Hindia.
Sumber : Tempo, 2 April 2002. Hal. 21
foto : garduopini.wordpress.com