Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Hiroo Onoda, Tentara yang Menolak Menyerah dan Tetap Berperang Selama 29 Tahun
28 Januari 2021 20:04 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hiroo Onoda, tentara Jepang pada Perang Dunia II tercatat dalam sejarah sebagai tentara Jepang terakhir yang menyerahkan diri, setelah Jepang menyerah tanpa syarat dalam Perang Dunia II tahun 1945.
ADVERTISEMENT
Onoda yang saat itu berpangkat letnan, baru mau menyerahkan diri pada tanggal 9 Maret 1974. Selama 29 tahun setelah Jepang menyerah kalah, dia tetap bertahan di hutan Filipina.
Pada sebuah wawancara dan tulisannya setelah kembali ke Jepang, Onoda mengungkapkan jika dia tak bisa menerima kenyataan bahwa Jepang menyerah. Bagi sebagian orang, ungkapan tersebut tampak seperti seorang fanatik. Namun, di kekaisaran Jepang, tindakannya sangatlah logis.
Sebagai prajurit Kekaisaran Jepang, Onoda telah bersumpah untuk tidak akan pernah menyerah dan rela mati demi Kekaisaran Jepang. Onoda meyakini jika orang-orang sebangsanya akan melakukan hal yang sama.
Pada 15 Agustus 1945, pemimpin Jepang, Kaisar Hirohito, melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan kaisar sebelumnya: dia berpidato lewat saluran radio dan mengabarkan jika bom atom telah menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.
ADVERTISEMENT
Ketika bom dijatuhkan di Nagasaki, pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin menyatakan perang terhadap Jepang. Pasukan Soviet diketahui sudah berhasil melumpuhkan Manchuria.
Dalam beberapa minggu mereka diketahui akan mendarat di pulau bagian utara, Hokkaido. Hirohito pun akhirnya mengaku menyerah kepada sekutu. Meski begitu, pidato penyerahan diri kaisar hampir tidak terjadi. Pada pagi hari tanggal 15 Agustus, sekelompok perwira muda memimpin pasukan mereka ke halaman istana kekaisaran. Mereka mencoba mendapatkan rekaman pidato itu.
Ketika Onoda kembali ke negaranya pada tahun 1974, kondisi Jepang ketika itu tidak sesuai keinginannya. Onoda menilai bahwa generasi Jepang pasca perang telah menjadi lunak. Karena itu, ia sementara pergi ke Brasil dan tinggal di sebuah peternakan sapi. Kemudian Onoda kembali ke Jepang dan membuka sekolah untuk melatih para pemuda Jepang dalam keterampilan yang akan membantunya untuk bertahan hidup selama tiga dekade di hutan.
Ketika Hiroo Onoda meninggal pada tahun 2014 pada usia 91, juru bicara Perdana Menteri Abe sangat bersemangat dalam menyampaikan pidatonnya. Ia tidak mengungkapkan tentang kesia-siaan atas perjuangan Hiroo Onoda, atau menyinggung tentang penduduk desa di Filipina yang dia bunuh, lama setelah Jepang menyerah. Sebaliknya, dia menggambarkan Hiroo Onoda sebagai pahlawan Jepang yang setia.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: