Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Hubungan Henry VIII dan Anne Boleyn, Kunci Kemajuan Peradaban Inggris
27 Maret 2019 16:42 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernikahan kontroversial raja Inggris, Henry VIII, dengan seorang gadis muda bernama Anne Boleyn, menjadi catatan kelam sekaligus revolusi bagi kerajaan Inggris selama abad ke-16.
ADVERTISEMENT
Dilahirkan tahun 1491, Henry Tudor naik takhta kerajaan Inggris pada 1509, dengan gelar Henry VIII. Pada tahun yang sama, Henry menikahi Cathreine the Aragon, putri bungsu Raja Ferdinand dari Spanyol.
Setelah beberapa tahun menikah, Catherine tidak kunjung memberi Henry pewaris laki-laki untuk takhta kerajaannya, sehingga hubungan keduanya mulai terlihat tidak harmonis. Demi memuaskan hasratnya memiliki seorang putra, Henry pun akhirnya mulai melirik wanita lain.
Henry mulai tertarik dengan salah seorang dayang Ratu Catherine, Anne Boleyn, yang saat itu usianya baru 18 tahun. Henry sangat tergila-gila dengan sosok gadis itu karena jauh lebih muda dan memiliki wajah yang lebih cantik dibandingkan Catherine.
Selama beberapa tahun, sang raja terus mengejar dan mendekati Anne, tetapi ia selalu menghindar. Namun, akhirnya, sekitar tahun 1529, Anne menyadari bahwa ia tidak dapat lagi menolak bujuk rayu Henry.
ADVERTISEMENT
Tahun 1530, Henry bertekad untuk menceraikan Catherine dan menikahi Anne. Ia pun memohon kepada Paus Celement VII di Roma untuk membatalkan pernikahannya dengan Catherine.
Paus Celement yang terus didesak oleh Henry mulai kebingungan karena ia mengetahui bahwa Henry pun melakukan hal yang sama ketika ingin menikahi Catherine, yang saat itu diberi dispensasi kepausan oleh Paus Yulius II.
Henry yang semakin tidak sabar, ditambah penolakan dari Paus Celement, akhirnya mengumumkan pendirian gereja baru di Inggris, yaitu Gereja Katolik Inggris, dengan dirinya sendiri sebagai pemimpin gereja. Mereka pun memutuskan memisahkan diri dari Roma dan segala aktivitas keagamaannya.
Henry segera mengeluarkan keputusan pembatalan pernikahan dirinya dengan Catherine, dan melangsungkan pernikahan dengan Anne pada 1533.
ADVERTISEMENT
Namun, belum berjalan lama, Henry kembali kecewa dengan pernikahan keduanya itu ketika gagal memberinya anak laki-laki. Anne memang melahirkan anak yang sehat dan cantik, tetapi itu tidak memuaskan keinginannya.
Tak lama kemudian, pandangan Henry terhadap Anne mulai berubah. Selain karena tidak sanggup melahirkan pewaris laki-laki, Anne juga memiliki perangai keras yang tidak dapat diatur oleh aturan-aturan Henry.
Henry yang sudah amat sangat kecewa, kemudian melaporkan istrinya ke pengadilan pada 1536, dengan tuduhan telah berzina dan berkhianat pada aturan kerajaan. Tuduhan-tuduhan palsu yang dibuat Henry mendapat pertentangan dari anggota kerajaan lain, tetapi pengadilan Inggris menyatakan bahwa Anne bersalah atas segala tuduhan. Anne pun dihukum pancung di Tower of London pada 19 Mei 1536.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Henry menikah sebanyak empat kali lagi dalam upayanya memiliki seorang pewaris laki-laki. Salah satu pernikahannya memberi Henry seorang putra, Edward, yang hanya memerintah sebentar.
Setelah kematian Mary Tudor (putri Henry dan Catherine), Elizabeth (putri Anne Boleyn) menjadi ratu Inggris, dengan gelar Elizabeth I.
Walaupun pernikahannya singkat, hubungan Henry VIII dengan Anne Boleyn menjadi jalan bagi terbentuknya Gereja Anglikan, serta terlahirnya pemimpin besar yang membawa Inggris pada puncak kejayaannya, yang dikenal juga sebagai Zaman Elizabeth.
Sumber : Crompton, Samuel Willard. 2005. 100 Hubungan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma