Insiden Dyatlov: Misteri Tewasnya Pendaki yang Masih Menjadi Teka-teki (Part I)

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
2 Februari 2021 14:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret para pendaki sebelum terjadinya insiden misterius. | Interesting Engineering
zoom-in-whitePerbesar
Potret para pendaki sebelum terjadinya insiden misterius. | Interesting Engineering
ADVERTISEMENT
Sekitar 54 tahun yang lalu, di belahan utara pegunungan Ural, Uni Soviet, menjadi saksi bisu salah satu peristiwa kematian paling misterius dalam sejarah peradaban manusia.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, insiden tersebut mudah dijelaskan: Sebuah tim pendakian yang berisi 10 orang, sembilan orang diantaranya harus gugur ketika melewati jalur pendakian yang ekstrem dengan suhu -30 derajat celsius. Namun, ada cerita lain yang lebih mendalam tentang peristiwa mengerikan ini yang dirangkum dari buku jurnal para pihak dan saksi yang terlibat dan juga investigator Uni Soviet, sangat mengerikan.
Pada 2 Februari 1959, malam harinya kelompok pendaki tersebut diduga merobek tenda dari dalam, lalu berkeliaran di tengah cuaca bersalju yang terbilang ekstrem hanya dengan mengenakan pakaian tidur. Tiga minggu berselang, lima jenazah ditemukan, beberapa jenezah ditemukan beberapa ratus meter di bawah lokasi kamp mereka. Setidaknya tim investigator membutuhkan waktu dua bulan untuk akhirnya dapat menemukan empat mayat lainnya, yang uniknya ditemukan dengan mengenakan beberapa pakaian milik kelompok mayat pertama. Di pakaian-pakaian tersebut ditemukan tingkat radiasi yang tinggi.
Kelompok Dyatlov menyiapkan tenda yang menjadi malam terakhir mereka. | Dyatlov Memorial Foundation
Luka dalam berat juga ditemukan pada mayat-mayat para pendaki tersebut, termasuk tulang tengkorak yang retak dan patahnya tulang rusuk. Namun, karena kurangnya bukti jika ada tindak kekerasan, investigator Soviet langsung menutup kasus ini dan dianggap sebagai kasus kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Para pendaki terdiri dari anggota kampus dan alumni dari Ural State Technical University, yang dipercaya sudah terbiasa mengikuti ekspedisi alam. Dipimpin oleh Igor Dyatlov, 23 tahun, mereka bermaksud mengeksplor lereng gunung Otorten di sisi utara pegunungan Ural pada tanggal 28 Januari 1959.
Yury Yudin, satu-satunya anggota ekspedisi yang bertahan hidup, jatuh sakit sebelum mereka berhasil mencapai tujuan. Yudin terpaksa harus ditinggal di desa pos terakhir. Sementara sembilan orang lainnya terus melanjutkan perjalanan mereka. Menurut bukti foto yang ditemukan oleh para penyelidik dari tim SAR Uni Soviet, kru yang dipimpin Dyatlov memasang tenda pada 2 Februari di lereng gunung di samping Bukit Ortoten. Gunung tersebut dinamai oleh suku asli setempat, Mansi, sebagai Kholat Syakhl, yang apabila diterjemahkan berarti "gunung kematian".
Kholat Syakhl atau "Gunung Kematian". | Wikimedia Commons
Kabarnya, tenda mereka hanya berjarak 1.6 kilometer dari hutan, di mana mereka bisa menemukan lebih banyak perlindungan dari temperatur di bawah nol derajat. Mereka juga tidak dikejar oleh waktu. Apa yang dilakukan oleh para pendaki dianggap aneh karena mereka memasang tenda di lereng gunung dan tidak di dalam hutan yang lebih aman. "Dyatlov mungkin tidak ingin kehilangan jarak yang sudah mereka tempuh, atau ingin terlebih dahulu membiasakan berkemping di lereng gunung," kata Yudin saat diwawancarai St. Petersburg Times tahun 2008 silam.
ADVERTISEMENT
Ternyata kemping tersebut merupakan yang terakhir bagi rombongan pendaki tersebut. Dyatlov sebelumnya mengatakan jika mereka diperkirakan akan kembali ke kota pada tanggal 12 Februari, namun tidak menutup kemungkinan memakan waktu yang lebih lama. Ketika tanggal 20 Februari tiba, tidak adanya kabar dari para pendaki dan akhirnya pencarian mulai dilakukan.
Pada tanggal 26 Februari, tenda para pendaki ditemukan oleh tim penyelamat dan sukarelawan. Ketika tim investigator tiba, mereka menyadari bahwa tenda telah dirobek dari dalam, dan menemukan jejak kaki delapan atau sembilan orang meninggalkan tenda menuju ke bawah gunung, ke arah hutan. Menurut penyelidik, alas kaki dan peralatan keselamatan lain justru ditinggalkan, dan jejak kaki mereka menandakan bahwa beberapa dari mereka tidak mengenakan alas kaki atau hanya mengenakan kaus kaki.
Penyelidik Soviet memeriksa tenda milik ekspedisi regu Dyatlov pada 26 Februari 1959. | Dyatlov Memorial Foundation
Dengan kata lain, mereka semua seolah terburu-buru lari keluar dari tenda, meskipun tidak adanya bukti adanya tindak kejahatan di dalam regu mereka. Dua mayat pertama ditemukan di hutan, di bawah pohon pinus besar. Mengingat bahwa antara hutan dan tenda mereka berjarak 1.6 kilometer, para penyelidik mengungkapkan jika jejak kaki mulai menghilang di tengah jalan, meskipun hal tersebut bisa saja terjadi karena salju yang selama 3 minggu turun sebelum investigator tiba telah menghilangkan jejak kaki para korban. Dua mayat tersebut hanya mengenakan pakaian tidur, tanpa alas kaki sama sekali.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan resmi dari penyelidik Soviet, ranting-ranting pohon pinus diketahui dipatahkan, dengan kesimpulan bahwa seseorang berusaha untuk memanjatnya, dan ditemukannya sisa api unggun tidak jauh dari situ. Tiga mayat berikutnya, ditemukan di antara tenda dan pohon besar, para jenazah terkapar seakan-akan mereka sedang berusaha untuk kembali menuju tenda. Salah satu dari mereka, Rustem Slobodin, ditemukan dengan tulang tengkorak yang retak, meskipun dokter mengatakan hal tersebut tidaklah fatal, dan akhirnya investigasi tersebut ditutup setelah dokter menemukan lima korban lainnya meninggal akibat hipotermia.
Potret para pendaki yang melakukan ekspedisi. | Museum Center at 5ive Points
Dua bulan kemudian, empat jenazah lainnya berhasil ditemukan terkubur beberapa meter di dalam salju, beberapa ratus meter dari pohon pinus raksasa. Perilaku lima anggota lainnya yang dianggap aneh, ternyata penemuan empat korban inilah yang paling mengejutkan. Mereka dilaporkan menderita kematian traumatis, meskipun dari luar tidak tampak adanya luka. Salah satu dari mereka, Nicolas Thibeaux-Brignollel, dilaporkan mengalami retak tulang tengkorak. Sementara Alexandor Zolotariov ditemukan dengan tulang rusuk yang hancur. Ludmila Dubinina, ditemukan dengan tulang rusuk hancur dan lidah yang terpotong. Meski menurut perkiraan para pendaki diserang oleh suku Mansi, petugas koroner pemeriksa mayat menyatakan bahwa dibutuhkan kekuatan lebih besar dari kemampuan manusia untuk meninggalkan luka dalam seperti itu pada mayat, terutama mengingat tidak adanya luka luar yang terlihat di seluruh badan korban.
ADVERTISEMENT
Referensi: