Junko Tabei, Perempuan Pertama yang Mencapai Puncak Everest dan 'Seven Summits'

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
21 Juli 2020 17:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Junko Tabei. Dok: Youtube/Rohit Gupta
zoom-in-whitePerbesar
Junko Tabei. Dok: Youtube/Rohit Gupta
ADVERTISEMENT
Keberhasilan penaklukkan pertama puncak Everest yang dilakukan oleh Edmund Hillary dan Tenzing Norgay memunculkan rasa penasaran bagi para pendaki-pendaki lainnya. Termasuk bagi seorang pendaki perempuan. Ia adalah Junko Tabei, perempuan asal Jepang yang berhasil mencapai puncak tertinggi dunia tersebut. Selain itu, ia juga menjadi perempuan pertama yang berhasil mencapai puncak Everest.
ADVERTISEMENT
Junko Tabei lahir di Miharu, Jepang pada tahun 1939 dan meninggal di Kawagoe, Jepang pada 20 Oktober 2016. Ia menyelesaikan Pendidikan tingginya dari Showa Women’s University pada tahun 1962 dengan mengambil jurusan English and American literature. Minatnya terhadap dunia pendakian telah ia miliki sejak kecil. Ia mengikuti kelas ekspedisi pendakian, dan pada saat kuliah, ia bergabung dengan beberapa klub pendakian, salah satunya adalah “The Ladies Climbing Club” yang berdiri pada tahun 1969 dan terdiri dari para perempuan. Pendakian pertama yang dilakukan klub tersebut dilakukan di Annapura III yang memiliki ketinggian 7.555 m pada tahun 1970.
Junko Tabei bersama Nobuko Yanagisawa dan Mayuri Yasuhara. Dok: Wikimedia
Keinginannya untuk melakukan pendakian terutama pada tujuh puncak tertinggi di setiap benua di dunia atau yang biasa disebut dengan “Seven Summits” merupakan suatu mimpi dan harapan bagi seorang pendaki seperti dirinya. Ia harus berupaya keras untuk melawan paradigma serta perasangka-prasangka buruk yang dilontarkan kepadanya sebab ia adalah seorang perempuan. Beberapa pengalaman yang ia rasakan seperti penolakan atas permintaan bantuan finansial untuk ekspedisi para perempuan dalam mencapai Everest. Ia sering diberitahu berkali-kali tentang penolakan bahwa “perempuan tidak boleh mendaki Everest”. Selain itu, kalimat-kalimat ‘penolakan’ lain juga pernah ia terima, seperti untuk melupakan tentang pendakian dan lebih baik mengurus anak-anak saja di rumah.
Junko Tabei pada tahun 1985 di Puncak Komunisme. Dok: Wikimedia
Tekad Tabei tetap kuat, terutama untuk dapat mencapai puncak-puncak tinggi di dunia, sehingga ia memiliki reputasi sebagai salah satu Alpinist (Pendaki Gunung Tinggi, terutama Pegunungan Alpen) terkenal di dunia. Persiapan ekspedisi Everest yang ia lakukan selama bertahun-tahun membuatnya harus berupaya keras. Melalu pekerjaannya sebagai editor teknis serta mengajar piano dan bahasa Inggris ia lakukan untuk dapat membiayai sebagian besar ekspedisi yang akan ia lakukan. Upaya keras yang dilakukannya pun akhirnya mendapat dukungan dana dari surat kabar dan jaringan televisi Jepang, dan akhirnya ia memimpin sebuah ekspedisi yang diikuti oleh para pendaki perempuan. Ia berangkat dengan meninggalkan suami dan anaknya yang sedang berusia tiga tahun.
Junko Tabei Memegang Bendera Jepang. Dok: Twitter/The Wing
Ekspedisi Everest yang ia pimpin tersebut mengikuti jalur pendakian yang telah sebelumnya dilakukan oleh Edmund Hillary yang berhasil mencapai puncak Everest untuk pertama kalinya. Pendakian pada 4 Mei 1975 tersebut dilakukan oleh 15 perempuan dan 6 Sherpa. Pendakian Puncak Everest tentu bukan merupakan hal yang mudah. Berbagai halangan serta rintangan banyak mereka hadapi, termasuk saat terjadinya longsoran salju yang berada dekat tempat mereka mendirikan tenda di ketinggian 21.000 kaki. Beruntung semua anggota selamat, meskipun Tabei dan Yuriko Watanabe sempat tertutup salju dan tidak sadarkan diri. Selain itu, sebagian besar peralatan mereka terbawa oleh longsoran salju. Namun, apa yang terjadi pada mereka tak membuat Tabei patah semangat. Ia akhirnya pulih dalam waktu singkat dan kembali mencoba mencapai puncak tertinggi dunia yang telah diidam-idamkan. Hingga akhirnya, pada tanggal 16 Mei 1975, Tabei berhasil menjadi perempuan pertama yang menginjakkan kakinya di puncak Everest (8,850 m [29,035 kaki]).
Dok: Twitter/AvoToastSeries
Pencapaiannya di puncak Everest bukan merupakan langkah terakhirnya untuk mendaki puncak-puncak tinggi di dunia. Ia akhirnya dapat menyelesaiki misinya sekaligus menjadi perempuan pertama yang berhasil mencapai "Seven Summist" pada tahun 1992. Berikut Enam puncak setelah Everest yang ia selesaikan sebagai pencapaian "Seven Summits"
ADVERTISEMENT
Selain itu, dia juga berupaya untuk mencapai puncak gunung tertinggi di setiap negara. Sekitar 70 puncak telah berhasil ia taklukkan. Hingga akhirnya ia menjadi advokat lingkungan dan menyelesaikan studi pascasarjana di Universitas Kyushu, mempelajari dampak sampah yang ditinggalkan di gunung oleh pendaki. Ia juga pernah menjabat sebagai direktur organisasi pelestarian Himalayan Adventure Trust of Japan.
Dok: Facebook/Shikhar Travels
ADVERTISEMENT
Sumber:
Laman Encyclopædia Britannica
Laman The Washington Post
Laman Planet Mountain