Konten dari Pengguna

Karikatur: Gambar Hidup Berjuta Kritik

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
18 Januari 2017 21:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suatu gambar yang selalu membuat orang tertarik ketika melihatnya, dibuat dengan tujuan untuk mengkritik, menyindir, dan mengomentari. Biasanya di sajikan dengan lucu dan unik dengan gambar tangan.
ADVERTISEMENT
Karikatur adalah karya konstekstual yang terikat pada tempat dan waktu pembuatannya. Sering juga karikatur dianggap sebagai karya jurnalistik dalam bentuk visual (priyanto susanto : 2011). Meskipun begitu karikatur mulai mengikis peran dan fungsinya seiring dengan kecanggihan kamera dan tuntutan akan fakta yang menjadikan kamera dan foto menjadi cukup dalam media cetak, sehingga tidak aneh jika pada zaman modern seperti sekarang ini karikatur sudah jarang di temukan di media pers, mungkin hanya beberapa saja yang masih mempertahankan kritikannya dengan karikatur.
Tidak dapat di pungkiri pula karikatur sejak zaman dulu nyatanya mengalami perubahan yang sangat pesat. Pada masa kolonial karikatur di gunakan oleh pribumi untuk mambangkitkan semangat nasionalisme, sedangkan lembaga yang di kritik sudah tentu Pemerintah Kolonial. Setelah Indonesia merdeka karikatur seolah makin pesat perkembangannya seiring dengan munculnya berbagai polemik yang terjadi di Indonesia. Kekisruhan politik yang terjadi setelah kemerdekaan menjadikan sinisme dan sarkasme melalui karikatur berubah menjadi kepentingan golongan juga lembaga-lembaga tertentu. Karikatur bisa disebut saksi bisu betapa orang pada zaman itu dengan segala caranya saling menjatuhkan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Pada masa Orde Lama ketika semua media masa seolah di kekang dan juga PKI muncul dengan kekuatan besar, media menjadi sasaran besar orang-orang kiri untuk menghantam golongan-golongan yang di anggap perlu di lenyapkan. Kritikan melalui karikatur mengenai pemerintahan dan pemimpin Orde Lamaa terjadi dimana-mana. Sampai terjadi peristiwa 30 september 1966 yang akhirnya menjadi satu titik balik kebebasan pers hidup.
Pada masa Orde Baru banyak pers kehilangan mulutnya, mereka benar-benar tidak berkuitik dengan pemerintahan Orde Baru. Kritik-kritik pedas yang biasanya di sampaikan di batasi sedemikian rupa, dengan alasan dapat mengganggu stabilitas pembangunan nasional. Meskipun demikian karikatur tetap bisa menyelinap masuk mengkritik proses pembangunan nasional, serta berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari semua itu karikatur sejatinya turut andil penting dalam menyampaikan pendapat dalam beberapa hal. Yang paling penting adalah bagaimana karikatur tersebut dapat mengkritik juga di padu padankan dengan kemampuan seni, yang seolah dapat membuat orang tersenyum, kesal, atau malah terinspirasi ketika melihatnya. Di sisi lain gambar merupakan jalan yang cukup efektif jika menarik dari sudut standar rakyat Indonesia yang kebanyakan sangat kurang dalam hal membaca, bahkan mungkin Koran saja susah di temukan di daerah mereka. Gambar tidak memerlukan keahlian atau hobi membaca dulu untuk memahami maksud apa yang ingin di sampaikan.
Selanjutnya karikatur juga bisa jadikan alat untuk menyadarkan penglihatnya tentang apa yang sedang terjadi pada lingkungan sekitarnya, dengan kata lain karikatur membuat orang peka dan ‘melek’. Lebih dari itu secara emosional ketika orang melihat karikatur, akan menimbulkan rasa penasaran tersendiri mengenai pesan apa yang ingin di sampaikan oleh gambar tersebut.
ADVERTISEMENT
sumber gambar : hartabungkarno.blogspot.co.id