Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dinasti Ming, Keturunan Petani Miskin yang Berhasil Kuasai China
7 Desember 2018 14:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah penaklukan besar yang dilakukan oleh Jenghis Khan dan Kubilai Khan, China diperintah oleh Dinasti Yuan yang berasal dari luar wilayah China. Setelah berkuasa cukup lama, penguasa-penguasa Mongol itu pun akhirnya berhasil digulingkan oleh sebuah keluarga petani yang menamakan dirinya sebagai Dinasti Ming. Mereka pun berhasil mengambil kembali hak orang-orang China untuk diperintah oleh bangsanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Penguasa Ming yang pertama, Chu Yuan-chang (1328-1398) dilahirkan di sebuah keluarga petani miskin di Anhwei. Ketika berusia 16 tahun, ia memutuskan untuk menjadi biksu di biara. Selama beberapa tahun kemudian, ia banyak berkeliling kampung sebagai seorang tuna wisma. Saat itulah ia melihat adanya kejenuhan dari rakyat atas pemerintahan Mongol dan banyak dari mereka yang menginginkan adanya perubahan dalam pemerintahan.
Tahun 1352, Yuan-chang bergabung dengan sebuah kekuatan pemberontak. Pemikiran dan berbagai tindakan yang sangat mengesankan membuat ia dengan cepat memimpin sebuah pasukan, yang terdiri atas mantan tentara kerajaan dari dinasti sebelumnya. Hal yang sangat mengagumkan bagi seorang petani miskin dan tuna wisma.
Pada 1356 Chu Yuan-chang memimpin pasukannya untuk merebut kota Nanking. Walaupun peristiwa itu menjadi kemenangan yang sangat mengagumkan bagi kelompok pemberontak, dibutuhkan waktu 12 tahun sebelum ia dan pasukannya dapat merebut Peking dan memaksa orang-orang Mongol meninggalkan China.
ADVERTISEMENT
Tahun 1368, Chu Yuan-chang membuat Nanking menjadi ibu kota baru bagi kerajaan yang akan dibangunnya dan menjadikan dirinya raja baru, dengan nama Ming T’ai Tsu.
Ming T’ai Tsu menjadi penguasa yang dikagumi oleh rakyatnya. Kecakapannya dalam memimpin membuat ia dapat menyatukan beberapa wilayah China di bawah satu pemerintahan. Ia mengembalikan sistem kepercayaan yang diajarkan oleh Kong Hu-chu di dalam pemerintahannya.
Foto: commons.wikimedia.org
Langkah kaisar itu membuat China kembali menciptakan sebuah kelas cendekiawan, yang menjadi ujung tombak Dinasti Ming dalam membangun eksistensinya dalam sejarah negeri China. Namun selama masa pemerintahannya, ia bersikap sangat keras dan menegakan peraturan yang sangat tegas.
Ming T’ai Tsu lalu digantikan oleh kemenakannya pada tahun 1398, tetapi segera diturunkan oleh Yung Lo, yang memerintah dari tahun 1402 sampai 1424. Yung Lo memimpin sebuah ekspedisi besar untuk memperluas wilayah China sampai ke Asia Tengah. Ia juga melakukan serangan terhadap pasukan-pasukan Mongol terakhir yang ingin kembali memasuki wilayah China.
ADVERTISEMENT
Pada masa Yung Lo, militer China berkembang sangat pesat, dan menjadi yang terbaik di Asia. Pasukannya sangat teratur sehingga tidak ada pemberontakan atas penyerangan dari luar yang akan mengancam pemerintahannya.
Peking menjadi ibukota utama dari penguasa-penguasa Ming sejak tahun 1421. Setelah kematian Yung Lo, kemunduran secara signifikan terjadi pada Dinasti Ming. Salah satu faktor utama jatuhnya kekuasaan Ming adalah berkurangnya kepercayaan para penguasa terhadap para cendekiawan, yang harusnya menjadi penasihat bagi para kaisar.
Pertanian di China berkembang sangat pesat semasa Dinasti Ming, bahkan beberapa komoditi seperti kacang tanah, jagung, dan umbi jalar, pertama kali muncul di China pada masa tersebut. Penduduk China pun mengalami pertumbuhan yang sangat tajam, dari sekitar 65 juta pada masa awal periode Ming, hingga 150 juta jiwa menjelang akhir dinasti itu.
ADVERTISEMENT
Sumber: Crompton, Samuel Willard. 2005. 100 Keluarga yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma