Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Ketika Natal 'Menghentikan Sejenak' Perang Dunia I
7 Desember 2020 17:30 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perayaan Hari Natal menjadi perayaan keagamaan yang seringkali menyajikan peristiwa unik termasuk pada perayaan Hari Natal tahun 1914, ketika memasuki tahun pertama Perang Dunia I. Pada tanggal 25 Desember 1914, tentara Blok Sekutu dan Blok Sentral memutuskan untuk melakukan gencatan senjata 'sejenak' dan saling beryanyi dan makan bersama untuk merayakan Natal di medan perang.
ADVERTISEMENT
Sosok dibalik momen perdamaian itu adalah Paus Benediktus XV yang baru saja menjabat setelah perang pecah di musim panas 1914. Pada 7 Desember, Paus mengirimkan permintaan kepada para pemimpin Eropa.
"Semoga senjata api menjadi hening setidaknya menjelang malam ketika para malaikat bernyanyi (malam Natal)," demikian permohonan Paus Benediktus.
Perdamaian pun terjadi di front Ypres, Belgia. Kejadian ini dikenal sebagai Christmas Truce (Gencatan Senjata Natal).
Sejatinya, para komandan dan petinggi dari kedua belah pihak tidak tertarik dengan gencatan senjata saat itu, tetapi para prajurit dari kedua belah kubu mengambil inisiatif sendiri. Pada tanggal 23 Desember, para tentara Jerman mulai memajang pohon-pohon Natal di luar parit mereka. Kaisar William II mengirim Tannenbäume (pohon Natal).
Tidak sampai disitu, para tentara Jerman bernyanyi lagu natal seperti Stille Nact. Seakan tak mau ketinggalan, para prajurit tentara sekutu ikutan menyanyi lagu-lagu Natal.
ADVERTISEMENT
Pada malam Natal saat itu, beberapa perwira tingkat bawah dari pihak Inggris memberi perintah agar tidak ada penembakan terjadi, kecuali ditembak lebih dahulu. Kebijakan ini dikenal dengan nama "live and let live" (hidup dan biarkan hidup).
Saat tiba Hari Natal pada tanggal 25 Desember, para prajurit Jerman keluar dari parit-parit mereka sembari melambaikan tangan untuk menunjukan jika mereka tak ada niat untuk perang (setidaknya saat Hari Natal itu). Keduanya pun saling berpapasan, mengobrol, bertukar hadiah, dan bahkan bermain sepak bola bersama.
Tidak hanya merayakan Hari Natal bersama dengan damai, para tentara dari kedua kubu juga memakai momen gencatan senjata itu untuk mengubur para tentara yang telah gugur. Mereka juga memanfaatkan kesempatan damai tersebut untuk memperbaiki parit masing-masing.
ADVERTISEMENT
Para tentara Inggris yang berjaga di sana menganggap tentara Jerman timur (dari Saxon), sebagai orang-orang yang bersahabat.
Sayangnya, tidak semua medan peperangan menikmati gencatan senjata. Pada front Prancis dan Jerman misalnya, di mana kedua belah pihak diketaui sangat membenci satu sama lain. Di front Rusia pun masih perang, pasalnya Hari Natal di Rusia baru diadakan pada bulan Januari setiap tahunnya (Ortodoks Rusia).
Adolf Hitler sebagai pimpinan Jerman diketahui tidak senang dengan peristiwa gencatan senjata sesaat tersebut. Namun, tidak ada satu pun pejabat di kedua belah pihak yang dihukum akibat perdamaian itu.
**
Referensi: